"Selamat datang di toko The Diamond. Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pegawai begitu ramah saat Cherry serta Andreas masuk.
"Kami ingin melihat cincin pernikahan," sahut Andreas tersenyum.
"Baik, Tuan dan Nona, mari ikuti saya." Pelayan dengan blazer hitam itu membawa Cherry dan Andreas menuju etalase-etalase perhiasan dengan kwalitas premium tersebut.
"Kalau boleh saya tahu, Tuan dan Nona ingin cincin model seperti apa? Lalu ingin berlian jenis apa dan berapa karat?" tanya pelayan tersebut dengan ramah.
"Cher, pilih deh. Aku gak tau jenis-jenis cincin itu," sahut Andreas pada calon istrinya.
"Apakah ada desain baru dari berlian biru holy?" tanya Cherry dengan suara yang seperti biasa sedingin es.
"Ah, blue diamond. Kebetulan kami memilikinya. Sebentar, saya ambilkan dulu," sahut si pelayan dengan senyuman cerah. Jarang sekali ada yang meminta berlian biru dengan harga fantastis itu.
Tak lama pelayan tersebut datang. Namun, ia tak datang sendiri, tetapi dengan seorang lelaki dengan jas hitam tersenyum ramah pada Cherry.
"Selamat pagi, Nona Cherry. Saya sudah mengira bahwa pelanggan yang tertarik dengan holy blue diamond itu pasti Nona Cherry," sahut lelaki yang ternyata adalah manager toko perhiasan itu. Cherry pun hanya mengangguk. Jangan heran, toko perhiasan itu memang langganan si gadis.
"Kebetulan, kami baru saja menerima desain baru untuk cincin pernikahan. Anda bisa melihatnya dulu." Lelaki dengan penampilan necis itu meraih kotak cincin setelah mengenakan sarung tangan. Ia buka kotak beludru hitam tersebut dan menampilkan sebuah cincin dengan batu berlian biru.
"Wow! Aku baru tahu kalau ternyata ada berlian berwarna biru. ck, ck, ck, menawan!" puji Andreas yang berbinar.
"Blue diamond ini salah satu berlian terindah dan bermahal di dunia, Tuan. Tidak salah jika terlihat menawan," sahut manager bernama Putra itu ramah.
"Jangan norak!" umpat Cherry yang membuat Andreas salah tingkah apalagi ditatap pelayan dan manager.
"Kkhhmmm. Calon istri saya emang begitu, suka bercanda," ucap Andreas tertawa kikuk.
"Ah, jadi Nona Cherry akan menikah? Wah, ini sungguh kabar baik. Selamat untuk Tuan dan Nona," sahut Putra tulus.
"Coba." Cherry menjulurkan tangannya untuk dipasangkan. Awalnya Putra akan memasangkan, tetapi langsung ditahan oleh Andreas.
"Biar saya aja yang pasangin. Masa laki-laki lain yang pasang di jarinya." Lelaki muda itu meraih cincin berlian tersebut dan memasangnya di jari sang calon istri. "Seleramu memang jempolan. Cantik cincinnya," sahut Andreas berdecak melihat betapa indahnya cincin berlian biru itu di tangan putih mulus Cherry.
"Ini, berapa harganya?" tanya Andreas pada sang manager.
"Untuk cincin ini, dengan desain khusus dibandrol dengan harga dua puluh miliyar," sahut Putra tersenyum ramah.
"Astaga! 20 miliyar? Gak salah ini?" tanya Andreas terjingkat kaget.
"Ini sudah harga spesial untuk Nona Cherry. Beliau ini kolektor berlian biru. Bahkan Nona Cherry pernah membeli kalung dengan harga 100 miliyar," sahut Putra kembali yang membuat Andreas menutup mulutnya. GILA! Bisa-bisanya Cherry sekaya itu. Hanya satu kalung. Ia tak bisa membayangkan seberapa besar kekayaan Cherry terutama keluarga Kusuma. Pantas saja mamanya ngebet sekali meminta dirinya menikahi gadis psikopat ini.
"Saya ambil cincin ini," sahut Cherry tanpa basa-basi.
"Ah, tunggu sebentar Pak ... Putra. Saya mau bicara dengan calon istri saya dulu." Andreas menarik tangan Cherry untuk bicara empat mata.
"Yang bener aja, Cher. Cincinnya 20 M. Aku gak punya uang sebanyak itu. Jual jantungku juga gak akan mampu bayar itu cincin. Kamu tahu sendiri perusahaan orang tuaku hampir bangkrut. Bisa pilih cincin lain?" tanya Andreas setelah di rasa tak ada orang di sekelilingnya.
"Saya bisa beli sendiri," sahut Cherry tak peduli.
"Mana bisa gitu? ini cincin pernikahan. Harus aku yang membelinya. Gimana bisa cincin pernikahan beli masing-masing?" sahut Andreas tak terima. "Kita pilih yang lain, ya? Berlian lainnya. Jujur, aku mungkin gak sekaya kamu, tapi kamu calon istriku, aku mau kasih yang aku bisa untuk kamu."
Cherry hanya bisa menghela napas dengan berat. Ia berbalik kembali menghampiri Putra. "Bungkus cincin berlian biru itu." Cherry membuka tasnya, lalu menyerahkan sebuah kartu hitam pada sang manager.
Andreas menatap nanar apa yang dilakukan calon istrinya. Harga diri sebagai calon suami benar-benar terinjak saat cincin pernikahan mereka dibeli sendiri oleh Cherry.
"Tolong perlihatkan cincin pernikahan sepasang, dari perak," sahut Cherry yang membuat Andreas yang sejak tadi menunduk jadi mendongak.
"Perak, Nona?" tanya Putra sedikit terkejut.
"Dalam agama kami, laki-laki dilarang menggunakan perhiasan emas. Jadi, karena calon suami saya tidak bisa mengenakan emas, saya juga tidak akan mengenakannya. Saya akan mengenakan apa yang suami saya kenakan," sahut Cherry yang membuat Andreas terkejut. Bagaimana bisa gadis itu berbicara dengan kata-kata manis.
"Wah, Nona dan Tuan benar-benar pasangan serasi. Baiklah, saya akan menunjukkan sepasang cincin perak terbaik milik kami. Atau, Nona ingin memesan sesuai keinginan Nona?" tanya Putra ramah.
"Tunjukkan saja yang ada. Hari lamaran kami tinggal beberapa hari. Jadi, tidak akan sempat jika harus memesan terlebih dahulu," sahut Cherry yang langsung membuat Putra bergerak cepat.
Andreas pun mendekati Cherry dengan perasaan yang menyelusup dengan aneh. Kenapa Cherry justru memilih perak? Apa dia tengah memandang rendah Andreas yang tidak bisa memberikan cincin yang diharapkan Cherry atau memang alasan yang diucapkan gadis itu benar adanya? Tapi, mana mungkin seorang Cherry Blossom yang tak punya hati itu memiliki ketulusan? Mustahil sekali.
Setelah memiliki beberapa model dan mencocokkan ukuran jari akhirnya mereka telah memilih lebih tepatnya pilihan Cherry. Ya, Andreas sendiri mana mengerti soal perhiasan.
Tak lupa cincin berlian biru yang Cherry beli dengan uangnya sendiri.
Andreas masih merasa sesak mengetahui perhiasan yang berbentuk bulat kecil itu senilai 20 M. Uang itu sungguh bisa membantu perusahaannya yang tengah menimpa badai. Hah! Kini ia percaya bahwa keluarga Kusuma bisa membantu perusahaannya.
Setelah membayar, keduanya keluar dari toko perhiasan. Cincin pernikahan dipegang oleh Andreas karena nanti ia yang akan berikan.
"Jadi, setelah ini mau ke mana?" tanya Andreas pada calon istrinya yang sejak tadi diam saja. Ah, tidak aneh jika wanita itu irit bicara. Bukan irit lagi, sih, tapi pelit.
"Saya mau balik ke kantor," jawab Cherry tak acuh seperti biasa.
"Loh, gak beli seserahan?" tanya Andreas. "Bukannya kalau lamaran bawa barang seserahan gitu, 'kan?"
"Saya gak paham soal gituan," sahut Cherry sembari menatap jam di tangannya. "Kalau tidak ada hal penting lagi, saya pergi sekarang."
"Eh, tunggu. Ini sudah mau jam makan siang, kita gak makan bareng dulu? Di mall ini banyak restoran enak," sahut Andreas pada calon istrinya. Ya, meski wanita itu menyebalkan, tetap saja Andreas tidak bisa membiarkan gadis itu pergi begitu saja sebelum makan siang.
"Saya gak punya waktu. Pergi saja sendiri." Tanpa mendengar balasan Andreas, Cherry pergi begitu saja. Timothy pun pamit dan langsung mengejar sang nona.
"Ck! Punya calon bini kenapa kayak robot gitu, sih? Gak asyik banget!" Andreas berdecak sebal.
Lelaki itu berbalik menatap toko perhiasan tadi. Ia tersenyum lalu berjalan santai masuk ke sana lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Wanita yg berwatak tegas n kuat 💪💪
2023-07-04
1
🤩😘wiexelsvan😘🤩
sabar sabar sabar kamu harus banyakin sabarnya ngadepin cherry ya bang,,,vote bunga biar makin semangattt up ya thorrr 😍😍😘😘😘
2023-07-03
1