Mengalir seperti air

Rey memasuki ruangan Aldo masih dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Aldo yang melihat tingkah sahabatnya itu menjadi heran dan bertanya - tanya.

"Kenapa kamu senyum - senyum kayak orang gila?"

"Orang gila itu tertawa bukan senyum."

"Tumben kamu ke sini?"

"Pingin ngopi," ucap Rey santai sambil menyilang kan kakinya.

"Pingin ngopi tuh di cafe bukan di sini. Kamu pikir kantorku jualan kopi?"

"Tapi aku pingin kopi buatan sekertarismu yang cantik itu."

Aldo seketika melotot tajam melihat Rey yang masih saja dengan senyum anehnya.

"Kamu pikir sekertarisku pelayan. kalo kamu mau kopi biar pegawai pantry yang buatkan."

"No. Aku maunya sekertarismu yang buat kalo tidak mau ya sudah kita batalkan saja kontraknya," ucap Rey santai merasa menang.

"Gila Lo!!"

Aldo pun mau tidak mau mengabulkan permintaan Rey dan menghubungi Susan untuk membawakan kopi ke ruangannya.

Ceklek

Susan berjalan ke meja Aldo tanpa melihat keberadaan Rey yang sedang asyik duduk sambil memperhatikannya.

"Ini kopinya. Tumben banget minum kopi siang - siang begini dan kenapa juga ga minta pegawai pantry yang buatin?"

"Bukan untukku tapi untuk dia tuh," ucap Aldo sambil memonyongkan bibirnya ke arah Rey yang duduk di sofa.

What's......??!!

Kenapa orang ini lagi sih? kata Susan dalam hati.

Susan pun terpaksa memberikan kopi yang dia bawa untuk Rey.

"Silahkan dinikmati kopinya Tuan," sambil meletakkan kopi diatas meja.

"Terimakasih."

"Ada lagi yang harus saya bantu Tuan? Kalo tidak ada saya permisi."

"Tidak."

Susan pun berjalan hendak meninggalkan mereka tapi sengaja mendekat ke meja Aldo dan mencondongkan badannya lebih dekat ke arah Aldo.

"Lain kali aku ga mau ya seperti ini!" ucapnya sedikit berbisik dan geram lalu pergi.

Rey yang menyaksikan tingkah wanita itu tambah tersenyum dan senang melihatnya.

Aldo yang melihat sikap Rey merasakan ada yang aneh dengan sahabatnya itu.

"Ada masalah apa kamu dengan Susan?" tanya Aldo curiga

"Tidak ada," jawabnya singkat

"Jangan bohong! Aku mengenalmu dari kecil."

"Sejak kapan dia jadi sekertarismu?"

"Setahun lebih, kenapa?"

"Sepertinya hubungan kalian bukan seperti bos dan karyawan?"

"Jangan menyebar gosip! Aku dan dia tidak ada apa - apa."

"Oooo," jawab Rey singkat sambil mengangguk - anggukkan kepalanya.

"Bagaimana dengan wanita itu? Apa kamu sudah menemuinya?"

"Aku sudah menemuinya tapi dia tidak tau kalo Elina itu anakku."

"Maksudmu?"

"Ya. Aku sudah bertemu dengan dia tiga kali tapi dia tidak tau dan aku pun tidak akan memberi tahu dia kalo Elina itu putriku. Biarkan dia tau dengan sendirinya."

"Dia juga sudah punya kekasih," lanjut Rey

"Aku tidak mau terlalu berharap dan aku takut suatu saat nanti dia meninggalkan Elina karna kekasihnya itu tidak suka dengan putriku. Aku takut Elina bersedih."

"Apa kamu mau menjauhkan Elina dengan dia?"

"Aku melihat ada ketulusan pada wanita itu. Beberapa hari ini mereka selalu komunikasi lewat panggilan video dan aku selalu memperhatikannya."

"Apa kamu kenal dengan kekasihnya?"

"Tidak. Aku hanya tau dimana wanita itu bekerja dan siapa bosnya," ucapnya sambil melirik kearah Aldo.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"Karna bosnya memperlakukan dia bukan layaknya sebagai karyawan melainkan seperti kekasihnya."

"Hey. Aku tidak pernah melakukan itu pada Susan dan kami tidak ada hubungan apa - apa!" Aldo merasa tidak terima dan merasa ucapan Rey ditujukan padanya.

"Kenapa kamu jadi sensitif?" Rey tersenyum melihat sikap Aldo yang tiba - tiba membela diri.

"Tunggu dulu! Jangan bilang wanita yang kamu maksud itu Susan?" ucap Aldo sambil berdiri dan pindah duduk di sofa dan bergabung dengan Rey.

"Ya. Dia sekertaris kesayanganmu."

"Kamu bercanda khan?" Aldo seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

Rey mengambil ponselnya dan menunjukkan foto saat Susan memeluk Elina.

Terlihat raut muka Aldo terkejut namun masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kenapa kamu tidak jujur saja kalo Elina itu putrimu?"

"Tidak untuk sekarang. Aku ingin melihat seberapa tulus dia menyayangi putriku. Aku juga berharap kamu merahasiakan ini. Aku ingin mengenalnya dengan caraku sendiri sebagai Rey dan bukan sebagai ayah Elina."

"Jangan bilang kalau kamu juga jatuh cinta padanya seperti Putrimu?"

"Sepertinya tidak untuk saat ini. Aku tau dia sudah mempunyai kekasih dan mereka merencakan pernikahan."

"Jangan bilang kamu mengutus orang untuk menyelidikinya?"

"Kenapa? Apa kamu tidak suka kalo aku mencari informasi tentang dia?"

"Tidak. Bukan begitu maksudku."

"Baguslah kalo begitu."

"Apa kamu akan menyerah begitu saja setelah tau bahwa dia sudah mempunyai kekasih?" lanjut Aldo.

"Entahlah. Aku tidak mau merusak hubungan orang lain."

"Kalaupun hubungan mereka hancur aku pastikan itu bukan karena dirimu ataupun Putrimu."

"Maksudmu?" Rey tak mengerti apa arti kata - kata Aldo.

"Sudahlah jalani saja seperti air mengalir, ikuti saja arusnya kemana dia mengalir nanti juga kamu akan tau jawabannya."

"Tapi ingat, jangan pernah sekali - kali kamu menyakitinya! Bila itu terjadi kamu berurusan denganku," lanjut Aldo.

"Apa kamu mencintainya?" tanya Rey penasaran dengan sikap Aldo.

"Tidak. Tapi aku menyayanginya seperti adikku sendiri."

Aldo berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di kursi singgasananya.

"Aku harap kamu tidak melarang Susan untuk dekat dengan putrimu karna aku yakin dia pun menyayangi putrimu dengan tulus seperti putrimu menyayangi dia sebagai mamanya. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan karna aku percaya Susan akan memberikan yang terbaik bagi putrimu."

"Apa kamu yakin?" Rey tak percaya dengan apa yang Aldo katakan.

"Aku mengenal Susan bukan hanya sebagai sekertaris tapi aku mengenal pribadinya."

Setelah perbincangan yang cukup lama Rey pun meninggalkan Rungan Aldo dan kembali ke kantornya.

Dalam benaknya masih selalu terngiang ucapan Aldo biarkan mengalir seperti air dan ikuti saja kemana arusnya. Kalau pun hubungan mereka hancur bukan karena kamu dan Elina...apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Aldo . Ah mengapa aku jadi memikirkan wanita itu.

Disebuah supermarket Susan berjalan sendirian dia sengaja mampir sepulang kerja karna ada yang harus dibelinya.

Dilihatnya pengasuh Elina juga sedang berbelanja.

"Hey Bibik sedang apa disini?"

"Eh Nyonya," ucap bibik Sri yang terkejut karena Susan datang dari belakangnya.

"Jangan panggil nyonya saya belum menikah dan saya masih muda," ucapnya sambil tersenyum.

"Bibik lagi belanja susu untuk Non Elina."

"Bik. Boleh aku ikut Bibik pulang? aku kangen sama Elina."

"Boleh Non."

"Terimakasih ya Bik."

"Sama - sama Non"

Mereka berdua pun melanjutkan belanja sebelum keduanya pulang menuju rumah Rey.

Dalam perjalanan Susan tampak senang dia akan bertemu dengan Elina karna memang sudah beberapa hari ini mereka tidak melakukan kontak dan belum pernah bertemu sejak saat acara tempat Aldo.

Putri kecil itu mampu membuat Susan selalu merindukannya meski mereka tidak mempunyai hubungan darah.

Seolah Susan menemukan mutiara hatinya meskipun dia tidak tau siapa orang tua anak itu dan bagaimana keadaan keluarganya.

Apa yang dirasakan oleh Susan adalah perasaan yang tulus dari dalam hati yang muncul secara tiba - tiba saat pertama mereka bertemu.

Terpopuler

Comments

Indah Putri

Indah Putri

yuuii

2021-06-04

2

IntanhayadiPutri

IntanhayadiPutri

Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku

TERJEBAK PERNIKAHAN SMA

makasih 🙏🙏

2020-12-03

0

Mbak Puput

Mbak Puput

datang lagi

2020-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!