Setelah selesai sarapan aku memutuskan untuk menghubungi Yura, Rupanya dia juga sudah mengirimkan pesan berkali-kali pada ku. Yura menanyakan keberadaan ku tapi aku baru melihatnya sekarang, Segera ku kirimkan pesan kalau aku akan segera meluncur ke toko kue miliknya.
Aku sudah selesai mandi dan bersiap, Aku tak melihat keberadaan Papa lagipula aku tak ada niat sedikitpun untuk mengecek ke kamarnya. Bisa dikatakan aku masih marah dan kecewa padanya, Biarkan untuk sementara ini aku menata hati ku untuk menerima kenyataan ini.
Sepuluh menit aku menunggu taksi online yang ku pesan telah tiba di halaman rumah, Aku tak pamit pada siapapun lagipula aku membawa ponsel jadi kalau ada yang mencari bisa langsung menghubungi ku. Karena sekolah sudah pada libur jalanan sangat lah ramai sehingga macet dimana-mana. Hampir 1 jam aku berada di dalam taksi yang membuatku bosan setengah mati.
Dari kejauhan kulihat toko kue milik keluarga Yura sangatlah ramai, Memang kuenya sudah terkenal di sini. Selain tak mengandung pemanis buatan kue buatan Ibunya juga tak mengandung pengawet. Jadi kue yang dibuat hanya bertahan paling lama hanya 5 hari saja, Aku langsung turun dan masuk ke dalam toko kulihat Yura sedang sibuk menghias kue ulang tahun.
"Eh ada yang serius amat nih!" Yura langsung menoleh dan menunjukkan wajah kesal pada ku.
"Lo dari mana aja sih? dari tadi pagi gue hubungi Lo gak balas." wajah Yura masih saja cemberut.
"Sorry, Gue baru bangun dan langsung capcuss ke sini." Aku mendekatinya dan duduk di kursi sebelahnya, Sedangkan Yura berada di posisi berdiri sambil menghias kue ulang tahun. Tangannya begitu terampil dan cekatan, mungkin karena sudah terbiasa dan punya keahlian hasil dari kue yang dihias sangat cantik dan menarik untuk dilihat.
"Ada apa? Mata Lo agak sembab." Yura juga ikutan duduk di sebelah ku.
"Gue nonton drakor sampe jam 4 pagi, Ceritanya sedih banget gue sampe histeris. Pemeran cowok utamanya Ganteng banget Woi! Tapi sayang dia mati karena mengidap penyakit serius." Aku sengaja mengarang cerita bohong supaya Yura tak curiga, Lagipula aku tak ingin Yura mengetahui perihal Papa yang ingin menikah lagi.
"Masa sih? Judul filmnya apa? Gue jadi penasaran juga nih." Kulihat ekspresi Yura sangatlah penasaran.
"Gue lupa ehehe." Aku cengengesan menjawab pertanyaannya, Lagian judul apa yang mau ku kasih tahu. orang aku nonton aja kagak.
Kulihat Yura mendengus kesal "Lo gimana sih!! Setahu gue Lo hapal semua judul drama yang Lo tonton. Masa sekarang malah lupa!"
"Ya elah! Lo gimana sih, Kapasitas memori otak gue udah menipis jadi wajar aja kalo gue lupa." Aku masih saja berkilah, Dan untungnya Yura tak curiga sama sekali.
Selama berada di toko takk banyak yang kulakukan, aku hanya membantu memasukkan kue permintaan pembeli ke dalam kotak, Selebihnya Yura dan beberapa pegawai yang mengerjakan. Sedangkan Tante Ira berada di bagian kasir.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Tante Ira menyuruh ku untuk pulang duluan. Kebetulan tadi siang kak Hans juga datang jadi dialah yang mengantarkan aku.
Jalanan semakin macet saja, Aku sampai-sampai bosan di dalam mobil karena tak ada obrolan antara aku dan kak Hans.
Jujur saja aku agak canggung dekat-dekat dengannya, Aku memainkan ponsel ku agar tak terlalu kentara kalau aku tak nyaman hanya berdua di dalam mobil dengannya.
"Elsa, Bagaimana kabar om Charles?" Aku kaget karena kak Hans bertanya secara tiba-tiba.
"Eh! kabar papa baik kok kak."
"Syukurlah, Lalu apa rencana mu di hari libur kedepannya?" Kak Hans menoleh ke arah ku, Buru-buru kualihkan pandangan ku ke arah jendela.
"Aku belum tau kak, Mungkin aku akan lebih banyak di rumah." jawab ku pelan.
"Hmm, Nikmati saja masa remaja kalian asal tahu batasannya." meski kak Hans berbicara dengan nada lembut tapi aku tau ada makna yang sangat dalam di balik ucapannya.
"Iya kak!" Aku hanya bisa tersenyum kikuk.
Setelah itu kami kembali terdiam, Hanya terdengar suara klakson yang saling bersahutan. Sungguh tidak sabaran sekali! Mau klakson seratus kali pun tak akan mengubah keadaan kalau kendaraan berbaris berkilo-kilo meter. Aku sangat heran mengapa banyak sekali pengendara yang membunyikan klakson sesuka hati mereka, menurut ku dalam keadaan macet parah seperti ini tak ada gunanya terus-menerus membunyikan klaksonnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 2 Jam akhirnya aku sudah sampai di rumah, Badan ku sangat lelah kepala ku juga berat rasanya.
Apakah ini efek dari menangis semalam? Aku tidak tahu pasti tapi yang jelas saat ini aku ingin segera membaringkan tubuh ku di atas ranjang ku.
Tanpa berganti pakaian apalagi mandi, Aku segera melempar tubuh ku di atas ranjang. Sungguh sangat nyaman rasanya.
Entah sudah berapa lama aku tertidur, Sayup-sayup kudengar suara papa memanggil nama ku. Kucoba untuk membuka mata tapi tak berhasil.
Apa yang sebenarnya terjadi, Mengapa membuka kelopak mata saja aku tak punya tenaga? Kurasakan tubuhku melayang seperti diangkat seseorang. Siapa yang mengangkat ku? Setelah itu aku tak merasakan apa-apa lagi.
Disaat pertama kali ku membuka mata yang pertama kali kulihat adalah ruangan asing. Dimana aku sekarang, ini bukan kamar ku.
Ruangan yang sebagian besar warnanya putih, Sepertinya aku sekarang berada di rumah sakit. Tapi kenapa? Bukankah tadi aku tertidur di kamar ku? Kulihat tangan ku juga dipasang selang infus. Kalau aku baik-baik saja tidak mungkin diinfus.
Ku ingin bertanya tapi pada siapa? Hanya aku seorang diri di ruangan ini. Jam di dinding menunjukkan pukul 3 dini hari, Berarti aku sudah tertidur kurang lebih 7 jam lamanya.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala ku, Tapi aku bertanya kepada siapa? Tak ada siapapun di sini.
Cklek!
Pintu ruangan tempat ku berada dibuka oleh seseorang, Kulihat seorang pria dewasa yang sangatlah tampan mengenakan pakaian khas seorang dokter. Aku cukup terpana melihat ketampanannya apalagi saat ini dia tersenyum pada ku. Dibelakangnya kulihat dua orang perawat berjalan juga karena ke arah ku.
"Kamu sudah sadar, Bagaimana perasaan mu saat ini?" Dokter tampan itu membuka kedua mata ku lalu menyorotnya dengan senter kecil.
"Aku baik-baik saja." Jawab ku lemah.
"Tubuh mu dehidrasi, Perbanyaklah istirahat. Jangan terlalu banyak pikiran." Lagi-lagi dokter tampan itu tersenyum.
Aku hanya mengangguk kecil, "Siapa yang membawa ku ke rumah sakit?" Tanya ku
"Pak Charles, Sepertinya beliau punya keperluan mendadak. Jadi dia menitipkan kamu pada kami."
"Oh." Mendadak rasa kecewa kembali menyelimuti hati ku.
Setelah mengecek cairan infus dokter itu juga memeriksa tekanan darah ku. Dengan sigap kedua perawat itu mencatat semua yang di perintahkannya.
Bersambung 💞💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments