Aku Telah selesai sarapan dan langsung menyambar tasku untuk pergi ke sekolah, Di depan rumah kulihat sudah ada Didi menunggu.
"Neng tadi malam tuan menghubungi saya. Katanya Saya yang akan mengambil raport neng Elsa." Ucap Didi sambil membukakan pintu untukku.
"Tidak usah, Sudah ada yang ngambil." Jawab ku pelan.
"Kalau saya boleh tau siapa neng?" Didi mulai menyalakan mobil, Dan melaju dengan kecepatan standar menuju ke sekolah.
"Dia kakak sahabat ku." Jawab ku apa adanya.
"Oh, Syukur lah neng. Lagian saya ada keperluan pagi ini ke kampus untuk bertemu dosen."
Aku tak lagi menanggapi ucapannya, Sekarang aku mendengarkan musik melalui headset.
Sekarang pikiran ku tentang Papa semakin negatif saja, Aku berfikir mungkin saja Papa saat ini sedang bersama wanita kemarin. Awalnya aku memaklumi semua sikap Papa karena dia adalah direktur utama yang sudah jelas pekerjaannya tidaklah sedikit. Tapi sekarang aku memiliki pandangan yang lain semenjak aku melihat adegannya bersama wanita itu.
Pikiran ku mulai menerawang jauh, Bagaimana kalau tiba-tiba aku memiliki ibu tiri. Setahu ku tidak ada ibu tiri yang benar-benar tulus menerima anak suaminya, Mungkin diluar sana ada wanita yang menyayangi anak tirinya seperti anak kandungnya. Aku rasa itu Seribu berbanding satu, Bahkan mungkin tidak ada.
Karena asik dengan pikiran ku masing-masing, aku tak menyadari jika mobil yang ditumpangi sudah memasuki gerbang sekolah. Mobil sudah berhenti tetapi aku masih asik melamun, Memikirkan hal yang tak ada ujungnya.
"Neng sudah sampai!" Didi mengagetkan ku dan aku juga melihat pintu mobil sudah di buka.
"Ah, Makasih." Aku keluar dari mobil lalu menyusuri sekolah menuju ke kelas ku.
Dari kejauhan aku melihat Yura melambaikan tangannya kearah ku, Disampingnya kulihat Tante Ira dan juga Kak Hans ada di sana.
Mengapa aku mengharapkan kak Hans yang mendampingi ku kali ini? itu karena saat ini dia hanya menunggu waktu wisuda saja, Jadi aku berfikir mungkin dia tidak terlalu sibuk.
"Elsa sini." Ibu Ira juga memanggil ku dengan antusias, Sungguh pemandangan yang menyenangkan menurut ku.
"Kak Hans terimakasih karena sudah bersedia menolong ku!" Aku menatap Kak Hans dengan tulus, Aku benar-benar tidak menyangka Kak Hans datang dengan stelan jas berwarna hitam. Penampilannya sungguh sangat tampan dan dewasa saat ini.
"Okey, Kamu hanya perlu rajin belajar supaya bisa menjadi orang sukses." Kak Hans mengusap kepala ku dengan lembut, Dan itu sukses membuat ku tersipu. Maklum saat ini usia ku sedang berada di fase malu-malu tapi suka.
"Ok gays, Jadi kita masuk sekarang atau ke kantin dulu?" Suara cempreng Yura kembali membuat ku fokus.
"Bukannya sebentar lagi kalian akan berkumpul di lapangan? Sebaiknya kita di sini saja." Jawab kak Hans.
"Ok deh!" ucap Yura.
Kulihat sejak tadi Tante Ira memperhatikan ku dengan seksama, Apakah ada yang salah dengan penampilan ku?
"Tante ada yang salah dengan penampilan ku?" Tanya ku bingung,
"Tidak, Kamu cantik sekali Tante jadi pengen bawa kamu pulang buat jadi mantu ehehe."
"Ibu apa-apaan sih, Elsa masih 16 tahun." Jawab Yura dengan ekspresi polos.
"Maksud ibu nanti kalau kalian udah gede, Ya kan Hans." Tante Ira melirik Hans untuk meminta jawaban.
"Ibu jangan ngaur, Jangan buat Elsa nanti gak bisa tidur karena mikirin perkataan ibu." Jawab Hans
"Haha Tante bisa saja! Oh ya! Setelah ini kita makan dimana?" Aku mencoba tertawa walaupun kesannya tawa yang dipaksakan hanya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Makan di rumah Tante aja ya, Nanti kamu sama Yura temenin Tante belanja ke pasar." Usul Bu Ira, Satu hal yang kutahu tentang Bu Ira dia lebih suka makanan yang diolahnya sendiri, Katanya lebih sehat dan enak. Memang kuakui masakan Tante Ira sangatlah enak, Beda tipis dengan masakan Mama.
"Sekalia-sekali ke restoran dong Bu, Kita kan bisa ketinggalan jaman kalau gak pernah makan di restoran!" Rengek Yura pada ibunya. Padahal aku lebih suka makanan rumahan daripada makan di restoran yang sangat tidak sebanding harga dengan porsi.
"Ra kita makan di rumah aja ya, Gue pengen makan daun singkong tumbuk!"
"Wah, lihat tuh Elsa aja lebih suka makan di rumah. Elsa tenang ya nanti Tante masak daun singkong sama goreng ikan teri Medan kesukaan kamu!"
"Benar ya Tante, Tenang aja kalau nanti Yura gak mau nemenin biar aku aja." jawabku semangat.
"Kamu suka daun singkong tumbuk?" Kali ini Kak Hans bertanya pada ku.
Dengan malu-malu aku menjawab "Iya kak apalagi ditumbuk sama kecombrang sama yang bulat-bulat itu, aku gak tau namanya."
"Itu namanya rimbang!" celetuk Yura
"Ah iya, itulah pokoknya. Aku suka banget aku juga pertama kali makan di rumah kalian waktu itu."
Kak Hans hanya tersenyum melihat ku, mungkin dia merasa lucu dengan selera ku yang terbilang ndeso. Bukannya sombong, Aku sudah bosan dengan makanan restoran karena tak ada satupun yang membuat ku ketagihan.
"Kalo Lo suka nanti Lo bisa belajar masaknya sama Ibu." Ujar Yura.
"Kalo Elsa gak keberatan ibu dengan senang hati mengajari."
"Beneran Bu? sekalian ajari goreng ikan teri juga ya Bu " mataku berbinar-binar seakan mendapatkan rejeki nomplok. padahal mah cuma diajari masak doang.
"Iya Pokoknya Tante bakalan ajari sampe pinter."
"Asyiiik.." Aku bertepuk kegirangan dan kulihat mereka tertawa karena ku.
Setelah pembicaraan seputar Daun singkong tumbuk, tibalah waktunya aku dan Yura untuk berkumpul dengan teman-teman yang lainnya di lapangan untuk mendengarkan ceramah dari Bapak kepala sekolah dan beberapa guru juga. Sekalian mendengarkan pengumuman siapa saja yang mendapat ranking mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
Dan tak ku sangka aku mendapat juara 1 di kelas ku, Dan Yura juga juara 1 di kelasnya. Saat yang paling mendebarkan adalah dimana aku dan Yura menduduki nominasi juara umum kelas 10. Dan ternyata! Yura juara 1 dan aku juara 2 umum. sungguh sangat membanggakan bukan?
Dari kejauhan kulihat Bu Ira mengusap sudut matanya yang berair aku dapat mengartikan kalau ia terharu Sekaligus bangga dengan pencapaian Yura. Mungkin kalau Mama masih ada dia juga akan bangga pada ku, Tiba-tiba hati ku sedih, Apakah Papa juga akan bangga dengan prestasi ku?
Setelah semua juara diumumkan kami dibubarkan dan kembali ke kelas masing-masing, Kak Hans setia menunggu ku, Sedangkan Tante Ira sudah masuk bersama Yura ke kelasnya.
"Selamat ya! Tetap pertahankan prestasi mu." Kak Hans mengulurkan tangannya, Langsung saja ku sambut.
"Terimakasih Kak!"
"Ingat! Mendapatkan juara itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Jadi belajarlah yang giat!" Nasehat kak Hans
"Iya Kak, Aku akan berusaha." Jawab ku malu-malu.
"Dimana kelas mu?" Tanya kak Hans.
"Disana." Aku menunjukkan ke kelas ku yang bersebelahan dengan kelas Yura.
"Kalau begitu sebaiknya kita masuk sekarang." Kak Hans berjalan di depan Sedangkan aku mengekor di belakangnya.
Bersambung 💞💞💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments