Pukul 5 pagi, Bella sudah terbangun dari tidurnya. Hari ini adalah hari pertama dirinya menjadi seorang istri, Bella berencana akan membuatkan sarapan untuk suaminya itu. Meskipun Bella tidak yakin, apakah Devan akan mau memakan makanan yang dia siapkan. Tapi meski begitu Bella tetap semangat, toh tidak akan tau kalau tidak di coba kan?
Bella segera bergegas membersihkan dirinya, dia tidak ingin memikirkan hal yang malah membuat semangatnya hilang.
Setelahnya wanita itu turun ke lantai bawah menuju ke dapur, terlihat di sana pak Sam tengah mengawasi beberapa pelayan pria yang akan mulai menyiapkan sarapan untuk tuan Devan.
"Selamat pagi pak Sam, boleh saya bantu?" sapa Bella.
"Ya, nona?" jawab pak Sam.
"Em, tuan Devan biasanya sarapan apa?" tanya Bella.
"Tuan biasanya hanya sarapan dengan roti dan secangkir kopi," ujar pak Sam.
"Ah hanya itu, tuan biasanya minum kopi pahit atau manis?"
"Tuan menyukai kopi yang tidak manis tapi juga tidak pahit," jelas pak Sam.
"Apa tuan meminta kopinya untuk di antar ke kamar?" tanya pak Sam.
"Ah tidak kok pak, tuan Devan belum bangun. Saya ingin menyiapkan sarapan untuk tuan Devan, tapi jangan katakan pada tuan kalau saya yang menyiapkan. Saya tidak ingin tuan marah nanti," ujar Bella mengutarakan niatnya.
"Tidak perlu nona, di sini sudah ada pelayan yang menyiapkan. Jadi anda tidak perlu repot-repot, jika anda membutuhkan sesuatu anda bisa mengatakannya pada saya," sahut pak Sam.
"Tidak apa-apa pak, saya sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Saya tidak terbiasa jika hanya harus duduk tanpa melakukan apapun, itu sangat membosankan. Boleh ya pak, saya mohon. Lagi pula tuan Devan kan sudah menjadi suami saya," mohon Bella agar di izinkan.
"Baiklah nona."
Pak Sam menjelaskan semua kebiasaan dan apa saja yang di sukai oleh Devan, dan Bella mendengarkan dengan teliti agar dia tidak melakukan kesalahan nantinya. Bella berharap Devan akan suka dengan pelayanannya, tidak peduli jika pria itu tidak akan bisa mencintainya. Setidaknya Bella sudah melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Itu semua harus anda ingat dengan baik, nona. Saya berharap anda tidak akan melakukan kesalahan yang akan berakibat pada diri anda sendiri, tuan tidak akan memaafkan orang yang membuat kesalahan, bahkan sekecil apapun kesalahan itu," jelas pak Sam.
"Baiklah pak, saya mengerti. Saya harap anda bisa menyembunyikan ini dari tuan Devan, jangan katakan jika saya yang menyiapkan kebutuhannya," pinta Bella.
"Baiklah nona, kalau begitu saya permisi ke rumah belakang untuk mengerjakan yang lain," pamit pak Sam.
Selepas kepergian pak Sam, Bella segera menyiapkan sarapan untuk suaminya. Bella mengerjakan tugas yang biasanya di lakukan oleh pak Sam, dirinya juga sudah menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya.
Setelah selesai semuanya, Bella naik ke atas menuju kamar pertamanya. Masih ada beberapa barang miliknya di sana, dia berencana akan membawanya ke kamar Devan.
Devan turun dengan mengenakan setelan yang telah di siapkan oleh Bella tadi, perpaduan warna yang sangat cocok dengan kepribadian Devan yang dingin.
Dengan wajah datar tanpa ekspresi, Devan duduk di meja makan untuk memulai sarapan. Pak Sam yang sudah berdiri di samping tuannya pun paham, lalu menyodorkan sarapan yang telah di siapkan oleh Bella tadi.
"Di mana dia? Apa kau tidak memberi tahu dia tentang aturan di rumah ini? Panggil dia sekarang!" perintah Devan dingin.
"Baik tuan."
Pak Sam segera melangkahkan kakinya ke atas untuk memanggil Bella.
"Nona anda sudah di tunggu oleh tuan untuk sarapan, tolong segera turun sekarang," ujar Pak Sam.
"Baik pak," sahut Bella dari dalam.
Bella segera turun untuk sarapan, rupanya dia tadi mengganti bajunya dengan dress selutut yang sederhana, Terlihat manis di tubuhnya.
'Dia memakai baju yang sudah aku siapkan, sangat gagah!" batin Bella saat melihat Devan.
Dengan langkah ragu, Bella duduk di samping kanan Devan. Mereka lalu memulai sarapannya dengan diam.
"Mulai hari ini kau harus mematuhi aturan rumah ini, aku tidak suka jika ada yang melakukan kesalahan. Jangan pernah sekalipun melakukan hal yang tidak aku sukai dan tanpa seizinku. Kau jangan besar kepala karena kau istriku, ingat! Pernikahan ini tidak ada artinya untuk ku," peringat Devan saat dirinya sudah menghabiskan selembar rotinya.
"B-baik tuan, saya mengerti," jawab Bella gugup.
"Selamat pagi," sapa papa Devan yang baru saja datang.
"Pagi pa, papa sudah bangun?" tanya Devan, sedangkan Bella hanya tersenyum tipis.
"Papa sudah bangun sejak tadi, papa baru saja joging keliling komplek ini," ujar papa.
"Hem baiklah, segera lah sarapan pa. Devan harus segera ke kantor, tidak apa-apa kan jika Dev tinggal?" tanya Devan.
"Kenapa buru-buru sekali pergi ke kantor, apa ada masalah?" tanya papa penasaran.
"Tidak ada masalah apapun pa, Dev hanya sedang banyak pekerjaan," jelas Devan.
"Baiklah kalau begitu, pergilah. Ada Bella yang akan menemani papa sarapan," jawab papa Devan.
Devan langsung pergi meninggalkan ruang makan, dan kini hanya tinggal papa dan Bella saja di sana.
"Bagaimana tidur mu tadi malam nak? Apakah nyenyak?" tanya papa Devan di sela-sela kegiatan sarapannya.
"Saya tidur dengan nyenyak tuan," jawab Bella.
"Loh, kenapa masih panggil tuan? Saya ini sudah menjadi papa kamu juga loh, panggil saya papa seperti Devan. mana ada menantu memanggil papa mertuanya dengan sebutan tuan," tukas papa Alan.
"Eh, hehe i-iya pa," sahut Bella canggung.
"Apa kamu sibuk hari ini?" tanya papa.
"Tidak pa, saya tidak memiliki kesibukan apapun sekarang," jawab Bella.
"Bagaimana kalau kamu temani papa jalan-jalan keluar?" ajak papa.
"Maaf pa, tapi tuan Devan melarang saya keluar dari rumah tanpa izin darinya."
Bella takut membuat kesalahan dan akan mengundang kemarahan Devan. Hal itu bisa saja membahayakan dirinya.
"Kamu tenang saja, Devan biar papa yang urus, nanti papa telpon dia. Lagi pula kita hanya jalan-jalan ke taman depan, tidak jauh dari sini," ujar papa.
"Baik papa, kalau begitu Bella akan bersiap-siap dulu," sahut Bella berpamitan.
Bella yang sudah menyelesaikan sarapannya, segera bangkit menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Papa Devan juga sudah menyelesaikan sarapannya, saat ini beliau tengah menikmati secangkir kopi. Pak Sam yang melihat tuannya sudah selesai segera membereskan meja makan.
"Pak Sam, kemari lah!" panggil papa.
Papa berniat menanyakan sesuatu pada pak Sam, apakah pak Sam sependapat dengan dirinya.
"Ya tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya pak Sam.
"Apakah pak Sam sudah lama mengenal gadis itu?" tanya papa penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments