satu ranjang

Akad nikah segera di langsungkan, Devan hanya perlu satu kali tarikan nafas dia sudah berhasil mengucapkan kalimat qabul. Dan para saksi mengucapkan 'sah'. Kini Bella sudah resmi menjadi nyonya Devan Alandra, seorang CEO muda yang sukses.

Suara riuh tepuk tangan mengiringi kebahagiaan pengantin baru itu. tapi siapa yang tahu, jika sang pengantin melakukan pernikahan tersebut dengan maksud terselubung.

Bella menunduk sedih, tak terasa air matanya kembali mengalir membasahi pipi. Devan melirik, apa yang Bella lakukan. Devan langsung mencengkram erat tangan Bella di bawah meja.

"Berhenti menangis, atau kau akan melihat potongan kepala paman mu saat ini juga. Tunjukkan pada semua orang bahwa kita adalah pengantin yang berbahagia." Ancam Devan dengan berbisik.

Mendengar hal itu, Bella dengan segera menghapus air mata di pipinya. Dia mengangkat wajahnya, kemudian berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara tepat di belakang mereka, paman mendengar ancaman Devan pada Bella ikut merasa sedih.

'Bella maafkan paman. Kak Bram maafkan aku, aku gagal menjaga Putri mu,' batin paman perih.

Setelah pembacaan doa selesai, kini kedua pengantin di minta untuk naik ke pelaminan yang sudah di dekor dengan sangat indah. Sedangkan para tamu undangan, kini tengah menikmati menu hidangan yang sudah di sediakan.

Di atas pelaminan, Bella berusaha tersenyum menyalami tamu-tamu yang hadir hari itu. Terlihat sangat cantik dengan senyuman yang menghiasi bibir manisnya, walaupun hanya senyuman paksa. Devan juga sangat tampan dan gagah dengan balutan jas mewah di tubuhnya.

"Selamat ya atas pernikahan kalian," ucap seorang pria paruh baya.

"Papa?" Devan merasa terkejut karena sang papa hadir di sana.

"Kau tidak memberitahu papa hari bahagiamu ini? Kau melupakan papa?" tanya sang papa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Papa, aku tidak bermaksud melupakan papa. Acara ini terlalu mendadak, aku berencana memberitahu papa setelah ini," ujar Devan.

"Kau tidak ingin papa hadir di hari bahagia mu?" tanya papa lagi.

"Papa, ku mohon mengertilah, aku akan menjelaskan semuanya pada papa nanti. Untuk sekarang, bergabunglah dengan yang lain dulu," sahut Devan.

"Hem, baiklah."

Akhirnya papa Alan mengalah, pria paruh baya itu segera turun dari pelaminan.

Papa Alan juga seorang pebisnis seperti Devan, tapi perusahaannya beliau wariskan pada Devan. Awalnya Devan menolak, di karenakan dirinya sudah memiliki perusahaan sendiri. Namun karena kasihan melihat sang papa yang harus memimpin perusahaan di usia yang sudah senja, Devan menerima perusahaan itu, dan akhirnya kini Devan memimpin dua perusahaan besar sekaligus walaupun berbeda bidang.

Acara resepsi di lakukan hingga pukul 9 malam. Kaki Bella terasa sangat pegal karena berdiri terlalu lama, ingin meminta izin ke kamar terlebih dahulu namun dia tidak memiliki keberanian.

Kini hanya tersisa paman, bibi, Alea dan papa devan. Bella mengantar keluarga paman hingga ke pintu utama, sebelum kembali melanjutkan langkah, paman memeluk Bella dan memberikan semangat.

"Bella jaga diri mu baik-baik ya nak, patuh lah pada suami mu walaupun itu sulit. Jadilah istri yang baik untuknya, rebut lah hatinya hingga dia luluh. Paman akan selalu berdoa yang terbaik untuk mu, paman yakin suatu saat nanti kamu pasti akan bahagia," ujar paman sembari melepas pelukan mereka.

Bella hanya mengangguk sebagai jawaban. dirinya tahu, hari harinya akan berubah mulai saat ini. Dia harus lebih kuat dari sebelumnya, entah keadaan seperti apa yang akan dia lalui setelah ini. Akankah dirinya mampu melewati penderitaan ini? Entahlah, Bella pun tidak yakin dengan dirinya sendiri. Bella menghela nafas panjang menatap kepergian mobil paman.

"Apa lagi yang kau lakukan di luar? Kembali ke kamar mu sekarang!" perintah Devan dingin kemudian berlalu pergi.

"B-baik tuan."

Bella segera melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Sedangkan di ruangan lain, tepatnya di ruang kerja Devan. kini Devan sudah duduk berhadapan dengan sang papa yang siap menuntut penjelasan dari putranya itu. Devan melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya, kemudian menghela napas pelan sebelum akhirnya mulai menceritakan semuanya.

"Baiklah, apa kau sudah siap untuk menjelaskan semua yang terjadi pada papa?" tanya papa Alan.

"Sebelumnya Devan minta maaf pa, Devan terpaksa melakukan ini semua. Devan tidak punya pilihan lain, tapi Devan harus melakukannya."

"Pernikahan ini bukanlah seperti yang papa bayangkan, pernikahan ini hanyalah sebuah status untuk keuntungan dua belah pihak. Untuk membuktikan pada dunia bahwa aku bukanlah seorang gay, dan untuk mempertahankan perusahaan milik paman wanita itu." Jelas Devan.

"Lalu kau menerimanya begitu saja?"

"Aku mau menerimanya karena aku memiliki keuntungan, jika tidak aku tidak akan mau. Aku juga ingin memberi pelajaran pada wanita itu," sahut Devan.

"Apa maksud mu?" Papa mengernyitkan keningnya bingung.

"Menurut informasi dari Jo, wanita itu sangat sombong dan gila harta!"

"Bagaimana mungkin? Dari yang papa lihat, dia adalah wanita baik-baik. Di lihat dari sorot matanya, dia bukanlah wanita yang seperti itu, mungkin Jo salah informasi. Perlakukan istrimu dengan baik Dev, atau kau akan menyesal nanti," ujar papa.

"Semua wanita sama saja pa, mereka hanya ingin harta ku saja. Wanita jaman sekarang hanya menginginkan ketenaran dan kekuasaan!" sanggah Devan tetap dengan pemikirannya.

"Tidak semua wanita seperti itu Dev, kau tidak bisa menilai bahwa semua wanita itu sama saja. Ada sebagian dari mereka yang mempunyai hati yang tulus."

"Coba papa sebutkan pada ku, wanita mana yang memiliki itu di hatinya? Istri papa hanya menginginkan harta saja, bahkan mama juga sama halnya. Mama pergi meninggalkan kita saat aku masih kecil, bahkan di saat aku sedang sangat membutuhkannya." Devan kembali mengingat masa lalunya, di mana sang mama meninggalkannya dulu.

"Jangan menilai bahwa semua wanita itu sama Dev, mungkin selama ini wanita yang kau temui adalah wanita dengan jenis yang sama. Tapi istri mu berbeda, sebelum kau menyesal, perlakukan lah istri mu dengan baik. Pahami karakternya dan cobalah untuk mencintainya," peringat papa sebelum akhirnya pergi dari ruang kerja Devan.

Devan kembali ke kamarnya dengan masih memikirkan ucapan papanya, sesampainya di kamar dia merasa sangat marah karena tidak mendapati Bella di dalamnya. Devan tidak ingin pernikahan kontrak ini sampai bocor ke keluarga dekatnya, dia ingin menghindari perjodohan yang di lakukan oleh keluarganya. Devan berjalan ke kamar Bella dengan wajah marahnya, entah apa salah Bella sebenarnya.

Devan membuka pintu kamar Bella dengan kasar, membuat sang empunya terkejut. Melihat wajah suaminya yang tidak bersahabat, membuat Bella semakin takut, namun memberanikan diri untuk bertanya.

"M-maaf tuan, a-ada yang bisa saya bantu?" tanya Bella.

"Kemasi barang-barang mu dan pindah ke kamar ku sekarang juga!" perintah Devan tegas.

"T-tapi tuan-"

"Ini perintah! Kau tidak punya hak untuk membantah! Lakukan sekarang atau kau akan melihat mayat paman mu detik ini juga." Ancam Devan.

Ancaman itu adalah hal paling ampun untuk mengancam Bella, karena wanita itu langsung bangkit mengemasi barang-barangnya.

Sebelum memasuki kamar suaminya, Bella mengetuk pintu terlebih dahulu, setelah mendapat jawaban barulah Bella masuk.

"Maaf tuan, di mana saya bisa menyimpan barang-barang saya?" tanya Bella hati-hati.

"Di dalam walk in closet ada lemari kosong, kau letakkan saja di sana." jawab Devan tanpa menoleh sedikitpun.

Bella berjalan ke arah yang di tunjuk oleh Devan, dan segera merapikan barangnya di sana. Setelah selesai Bella memutuskan untuk mengganti bajunya karena dia sudah sangat mengantuk.

"Maaf tuan, di mana saya akan tidur?" tanya Bella lagi, dia sangat berhati-hati dengan tindakannya.

"Apa kau buta? Di sini hanya ada satu ranjang? Jadi di mana mestinya kau tidur? Aku tidak ingin jika sampai ada berita buruk tentangku nanti."

'Jadi, apa maksudnya aku harus tidur satu ranjang dengannya? Mungkin saja iya.'

Bella naik ke atas ranjang dengan hati-hati, takut-takut kalau dirinya melakukan kesalahan. Namun ternyata, Devan hanya diam saja saat tahu dirinya naik ke atas ranjang. Berarti Bella tidak salah tanggap.

'Ya tuhan sisakan kekuatan untukku besok melanjutkan hidupku, dan bukakan hati suamiku agar mau menerima diriku.'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!