Selepas kepergian Devan, Jo memberi tahu Bella agar tidak keluar dari kamar.
"Nona, sebaiknya anda kembali ke kamar anda. Dan saya minta, jangan keluar dari kamar jika tuan tidak memberi perintah." Jelas Jo.
"Kenapa aku harus selalu berada di kamar? Aku bukan tahanan yang harus selalu di kurung," ujar Bella menyela.
"Ini untuk kebaikan diri anda sendiri, nona. Patuh lah jika tidak ingin melihat tuan murka, jika tuan Devan sampai murka, maka itu akan berimbas pada diri anda sendiri," sahut Jo kemudian berlalu meninggalkan Bella dengan beribu pertanyaan di kepalanya.
'Memangnya kenapa jika aku keluar kamar? Aku kan tidak mencuri,' batin Bella.
Bella kemudian memutuskan untuk masuk kembali ke kamarnya, tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain duduk termenung. Untung saja dia membawa ponselnya, ya walaupun hanya ponsel jadul, tapi lumayan lah.
Dia membuka ponselnya untuk mencari tau tentang calon suaminya itu. Bella membaca semua rumor di sana, ada yang mengatakan Devan itu gay, kejam, dingin dan juga tampan. Ya, memang jika di lihat calon suaminya itu tampan, tapi juga mengerikan.
Tok.. Tok.. Tok..
Bunyi ketukan pintu, menghentikan kegiatan Bella. Gadis itu segera menyimpan ponselnya, kemudian bangkit untuk membuka pintu.
Nampak Jo Berdiri di sana, dan di sampingnya ada seorang pria, tapi dia terlihat seperti wanita, mungkin lebih tepatnya waria. Waria itu memegang koper di sampingnya, terlihat seperti desainer atau mungkin dia mua. Ah entahlah, Bella tidak tahu.
"Nona, ini Hendry. Dia akan membantu anda memilih baju untuk pernikahan anda," ujar Jo.
"Hai cantik, kenalkan aku Hendry panggil saja ryry. Aku akan membantu kamu untuk fitting baju," sahut Hendry memperkenalkan dirinya dengan gaya cucok.
"Mari, silahkan masuk." Bella membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan Hendry masuk.
'Kenapa semua pekerja di sini adalah laki-laki? Apa berita tadi benar?'
Bella pun berpikir mungkin saja berita yang tadi dia baca itu adalah benar, Devan adalah pria yang tidak pernah menyukai wanita. Lalu pernikahan yang akan di langsungkan itu, apa maksudnya?
"Baiklah mari kita lihat, gaun mana yang cocok di tubuh indah mu ini. Ah aku tidak menyangka ternyata Devan sangat pandai memilih calon istri, rupanya berita itu tidak benar ya," ujar Hendry.
'Berita apa?' batin Bella.
Bella hanya diam dan tidak banyak bicara ataupun protes mengenai gaun itu, dia hanya menurut pada apa yang di perintahkan oleh Hendry. Hendry pun tidak mengalami kesulitan saat mencocokkan gaun rancangannya pada tubuh Bella, selain tidak banyak protes tubuh Bella memang sangat cocok menggunakan semua gaun itu
"Wah kamu cantik sekali. Bagaimana kalau sudah memakai make up, pasti semakin cantik aku jadi iri deh," ujar hendry yang terpesona dengan kecantikan alami yang Bella miliki.
Bella hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Khem!"
Tiba-tiba Devan masuk begitu saja yang membuat mereka berdua terkejut.
"Ikh Devan!" ujar Hendry kemudian mendekati Devan.
"Lihatlah, calon istri mu sangat cantik bukan?" puji Hendry di depan Devan.
"Aku ingin bicara berdua dengan nona ini, jika kau sudah selesai segera keluarlah," ucap Devan dingin.
"Hey kau mengusir ku? Kau tidak ingat siapa yang memaksa ku untuk datang? Iiih sebel deh." Protes Hendry kesal.
Hendry langsung saja mengemasi barang-barangnya kemudian berlalu pergi dari kamar Bella. Sedangkan Bella, dia diam tak berkutik berdiri di tempatnya tadi, Bella tidak berani menatap ke arah manik mata Devan. Bella ingat dengan jelas, jika pria itu memiliki wajah yang sangat dingin dan juga mengerikan menurutnya.
"Kau dengar nona, aku tidak pernah menganggap pernikahan di antara kita ini ada. Kau hanyalah tahanan sebagai alat barter hutang paman mu. Sekarang tanda tangani surat perjanjian ini!" Dingin Devan yang membuat Bella merasa ketakutan.
Dengan kepala menunduk, Bella mengambil surat perjanjian itu dari tangan Devan. Bella langsung saja menanda tangani surat tersebut tanpa membaca poin apa yang telah tertulis di sana.
Devan langsung berlalu meninggalkan kamar Bella setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.
'Kuatkan aku tuhan!' Setetes cairan bening mengalir di pipi Bella.
Bella menangis sesenggukan, ternyata dia di jual oleh pamannya pada orang tak punya perasaan untuk membayar hutang-hutangnya.
'Sudahlah Bella, terima saja nasib mu hiks.'
...**************...
Hari yang di takutkan oleh Bella akhirnya datang juga, hari ini adalah hari di mana pernikahan Mereka di langsungkan. Meskipun ini hanyalah pernikahan kontrak, tetapi Devan menggelar pesta pernikahan itu dengan sangat meriah. Devan ingin membuktikan pada semua orang, bahwa dirinya bukanlah seorang gay seperti berita yang beredar.
Bella saat ini tengah di rias oleh Hendry, yang menjadi mua untuk Bella.
"Wow, kamu sangat-sangat cantik nona. Aku sangat yakin, kali ini Devan akan sangat terpesona pada mu nona," puji Hendry sambil berdecak kagum menatap wajah cantik Bella.
Bella tersenyum kecut mendengar ucapan Hendry, dia memandang bayangannya di cermin, memang sangat cantik sampai dirinya pun tidak bisa berkata-kata. Tapi semua yang Hendry ucapkan, itu tidak akan pernah terjadi. Bella ingat dengan jelas apa yang terjadi waktu itu, Devan tidak pernah menganggap pernikahan ini ada.
Impian Bella yang ingin memiliki pendamping hidup yang mampu membawanya keluar dari penderitaan, nyatanya hanya tinggallah sebuah mimpi. Pria itu tidak mungkin akan mencintainya, karena Bella hanya di jadikan budak di istana megah itu.
"Oke sudah, kalau begitu ayo kita keluar," ajak hendry saat sudah selesai.
'Baiklah Bella, kuatkan hatimu. Penderitaan yang sebenarnya telah di mulai.'
Bella menutup mata, kemudian mengangguk sebagai jawaban.
Dengan langkah berat, Bella berjalan menuruni anak tangga satu persatu, menuju ke halaman belakang tempat prosesi berlangsung. Sepanjang kaki Bella melangkah, tak luput dari pandangan kagum semua orang yang hadir di acara tersebut.
Saudara sepupunya yaitu Alea, turut hadir di pesta pernikahan itu. Wanita itu memandang iri dengan apa yang Bella kenakan, gaun mewah, pesta yang meriah, dan rumah megah.
"Bu, seharusnya aku yang memakai gaun itu. Seharusnya aku yang di dandani seperti itu, kenapa harus dia sih Bu?" kesal Alea.
"Alea sayang, kamu bisa mencari lelaki yang sama kayanya dengan tuan Devan. Di sini pasti banyak pria kaya, secara yang hadir adalah rekan bisnis tuan Devan," sahut Ibu.
"Tapi aku ingin tuan Devan Bu, aku tidak yakin akan ada yang sekaya tuan Devan. Aku membayangkan bagaimana jika aku jadi nyonya di istana megah ini, aku pasti akan mendapat kemewahan," rengek Alea.
"Iya kalau dia menganggap mu sebagai istrinya, bagaimana kalau dia menganggap kamu sebagai pelayan saja? Lebih baik kamu cari pria lain yang lebih manusiawi," tukas ibu.
"Iya juga ya Bu, aku pasti akan di siksa habis-habisan, iiih mengerikan."
'Terima kasih Bella kamu anak baik, Paman berhutang Budi padamu. paman pastikan kamu akan hidup bahagia nantinya,' batin paman Isa terharu.
Bella terus berjalan di atas red karpet, menuju Devan yang sudah berdiri untuk menjemputnya. Bella berusaha untuk tersenyum, agar para tamu tidak berpikir negatif.
Sedangkan Devan, dia memandang takjub wanita yang akan segera menjadi istrinya itu.
'Sangat cantik!' batin Devan secara tidak sadar memuji Bella.
Meski Devan terkenal sangat dingin, tapi kali ini dia menebar senyum seolah mengatakan pada semuanya bahwa dirinya tengah sangat berbahagia saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments