“Ihhh takut,” tutur Sasha dengan memasang wajah memelas.
Nada memutar bola matanya malas.
Kemudian ia kembali duduk bersama dengan Eliana. Sementara itu, Eliana sedang sibuk sekali dengan ponselnya. Bahkan Nada berbicara saja tidak mendapatkan respon darinya. Nada kesal, ia lalu menarik tangan Eliana dan membuatnya hampir menjatuhkan ponsel.
“Kenapa Nad?” Eliana menjawab seraya menghela napas panjang.
“Ya lagian lo nggak dengerin gue ngomong. Lagi ngapain sih lo?”
“Galang ngajak gue dinner nanti malam.”
Seketika Nada membulatkan mulutnya, “Oh.”
“Ke rumah gue yuk, bantu gue pilih baju!”
Tidak ada jawaban dari Nada. Ia terlalu fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Sejujurnya Nada malas sekali berurusan dengan Galang. Namun ia harus menjaga sahabatnya. Jangan sampai Galang kembali membuat hati Eliana terluka. Selesai makan siang, mereka kembali ke kelas.
**
Jam pulang telah tiba. Nada bergegas meninggalkan ruangan kelas bersama dengan Eliana. Sampainya di gerbang, ia sedikit memicingkan mata. Rupanya Galang telah berdiri di depan gerbang sekolah. Tanpa menunggu waktu lama, Eliana berlari ke arah Galang dan menyapanya dengan penuh senyuman.
Tatkala Nada menyaksikan kejadian itu, ia memijat pelipisnya seraya melangkahkan kaki mendekati mereka. Wajah malas terlihat sangat jelas. Terlebih, siang itu Galang seperti merasa menang di atas Nada. Kemudian Galang mendekatinya dan menyunggingkan bibirnya.
“Lo mau ikut kita dinner?” tanya Galang seperti mengejek.
“Ogah! Pergi aja lo sana, ngapain ngajak gue?”
“Ya ‘kan siapa tahu lo mau ikut kita. Bisa lah jadi nyamuk dan lihat kita pacaran, ya ‘kan Sayang?” Galang mengalihkan pandangan ke arah Eliana.
“Idih! Sok kepedean lo. Gue nggak sudi pergi sama cowok gak tahu diri kayak lo.”
“Dasar wanita udik!” ejek Galang untuk kesekian kalinya.
Nada tersulut emosi dan hampir menampar Galang, namun dicegah oleh Eliana.
“Udah Nad, sabar. Siang ini gue pulang sama Galang ya? Maaf!”
“Ya udah, gue duluan.”
Tanpa menunggu balasan, Nada pergi meninggalkan mereka berdua. Ingin sekali rasanya Nada menampar wajah Galang di hadapan banyak orang. Ekpresi wajahnya itu sunggung sangat menjengkelkan. Siang itu Nada memesan taksi online. Selagi menunggu, ia melihat sahabatnya pergi bersama dengan Galang.
Mereka saling berpelukan dengan mesra. Pasangan yang sedang dimabuk cinta. Nada mengerutkan dahinya sampai mereka bernar-benar hilang dari pandangan matanya. Tidak lama kemudian, taksi yang ia pesan akhirnya datang. Nada kemudian pergi dari tempat itu segera.
Sampainya di rumah, rupanya kedua orang tua Nada tengah berbincang serius. Nada berjalan dan menghampiri mereka berdua. Veny sang ibu sedang memegang sebuah kertas di tangannya. Nada yang melihat keduanya langsung menyapa dengan senyuman termanisnya.
“Selamat siang, Ayah, Bunda,” sapanya seraya memberikan pelukan hangat.
“Hai anak Bunda udah pulang? Bagaimana tadi sekolahnya?”
“Ya, seperti biasanya Bun.”
“Nada, Ayah dan Bunda mau bicara sama kamu sebentar, boleh?” ujar Firman.
“Ada apa, Yah?”
“Jadi begini, Ayah dan Bunda petang nanti ada urusan ke Singapura. Jadi, kamu nggak papa ‘kan di rumah?”
Ketika mendapat kabar seperti itu, raut wajah Nada langsung berubah. Bagaimana tidak, padahal Veny sudah berjanji untuk makan malam bersama nanti. Tapi, semua itu diingkari begitu saja. Karena tidak ingin berdebat, Nada langsung bangkit dan berlari ke kamarnya. Kedua orang tuanya selalu saja seperti itu.
“Nada, Ayah belum selesai bicara!” teriak Firman.
“Ayah sama Bunda pergi aja. Nada bisa sendiri kok,” balasnya dengan teriakan.
“Anak itu, kalau lagi bicara selalu aja seperti itu,” keluh Veny.
Firman hanya diam saja tidak menjawabnya.
Sementara itu di kamar, Nada menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Rasa lelah belajar di sekolah telah menjalar ke seluruh tubuhnya saat ini. Ditambah ia harus menerima kenyataan bahwa nanti malam dirinya harus makan seorang diri lagi. Perlahan kedua mata Nada mulai menutup sempurna. Ia telah hanyut dalam mimpi-mimpi indahnya.
**
Waktu begitu cepat berlalu. Seorang gadis yang sedang meraih mimpinya tiba-tiba saja tersadar. Keadaan sudah gelap gulita. Tidak ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Nada baru sadar ketika dirinya memeriksa ponsel. Rupanya sudah malam, pantas saja jika kamarnya sangat gelap sekali.
Nada berjalan dengan hati-hati, lalu menghidupkan lampu kamarnya. Kondisi tubuhnya masih mengenakan seragam sekolah. Setelah itu, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sekali. Beberapa saat kemudian, setelah selesai Nada keluar dari kamar.
Keadaan rumah sangat sepi sekali. Tidak terdengar suara apa pun kecuali suara Bi Surti yang sedang mencuci piring di dapur. Nada bergegas menghampirinya. Ia mengambil segelas air minum, dan meneguknya sampai habis.
“Bi, Bunda sama Ayah udah pergi ya?” tanya Nada yang berhasil membuat Bi Surti terkejut.
“Non Nada, buat Bibi kaget aja. Iya Non, Bapak dan Ibu sudah berangkat sore tadi.”
“Kenapa nggak bangunin aku?”
Bi Surti menoleh dan mengeringkan tangannya yang basah, “Tadi Ibu beri pesan kalau Ibu buru-buru takut ketinggalan pesawat.”
Nada menghela napas panjang. Ia kemudian duduk dengan wajah yang suram. Dirinya seperti tinggal seorang diri di dunia ini. Kesibukan orang tuanya telah merenggut kebersamaannya selama ini. Merasa suntuk berada di rumah, akhirnya Nada memutuskan untuk mencari udara segar di luar.
Ia segera mengambil kunci mobilnya dan pergi mencari makan. Kebetulan perutnya sudah lapar karena belum makan dari tadi siang. Kondisi jalan terpantau ramai. Nada baru ingat jika malam ini adalah malam minggu. Pantas saja jika banyak kendaraan yang berlalu lalang. Para pasangan merayakan malam minggu ini dengan dinner bersama atau sekedar mencari udara segar seperti dirinya.
Namun, berbeda dengan Nada. Ia keluar seorang diri tanpa ada pasangan di sampingnya. Perlahan Nada melajukan mobilnya. Ia sangat menikmati udara malam itu. Terasa nyaman dan sejuk sekali. Tidak lama kemudian, Nada melihat ada gerobak nasi goreng kesukaannya di pinggir jalan. Secepatnya Nada menghentikan laju mobilnya.
“Kebetulan ada Abang nasgor itu,” ujarnya pelan kemudian turun dari mobil.
Nada berjalan dengan santai. Kemudian ia memesan satu porsi naso goreng lengkap dengan telur dan kerupuk. Sudah menjadi kebiasaan Nada membeli nasi goreng pada malam hari. Menurutnya nasi goreng ini paling lezat dan tidak tergantikan. Tatkala sedang menikmati lezatnya setiap gigitan nasi goreng, tiba-tiba saja ada dua orang preman datang dan langsung mengganggu orang-orang yang ada di sana.
“Woi, siapa suruh jualan di wilayah gue?!” bentak preman itu.
Nada langsung berdiri dan meletakkan piringnya di atas meja.
“Kenapa lo bocah ingusan?”
“Beraninya ya lo Bang ganggu gue dan bilang gue bocah ingusan?” Nada semakin menantang.
Kedua preman itu menyengir kuda, “Heh… Beraninya lo nantang kita.”
“Siapa yang takut sama lo Bang?”
Gadis itu memberanikan diri untuk melawan para preman. Keahliannya dalam bidang bela diri memang tidak dapat diragukan lagi. Tetapi kali ini Nada terlalu kalah dengan dua orang preman sekaligus. Sekuat tenaga Nada melawan, menangkis, dan memberikan pukulan keras pada mereka. Tetapi ia gagal dan malah tersungkur.
“hahah, beraninya lawan kita.”
“Sssttt…” Nada mengumpat.
Tangannya terasa sakit sekali karena membentur jalan. Secara mengejutkan dari arah berlawanan ada seorang pria memberikan pukulan keras pada preman itu. Sontak semua orang yang ada di situ terkejut dan berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments