Bukankah setiap diri seseorang itu berharga?
***
Raisa, membuka mata nya yang sudah cukup lama terpejam, dia mendapati tubuh nya sudah berada di tempat yang tampak asing bagi nya, dia melihat sekeliling ruangan itu yang cukup sempit, di dalam ruangan itu dipenuhi dengan sketsa sketsa lukisan yang menggantung di langit langit kamar, ruangan itu terlihat begitu rapi, hampir tak ada satu pun barang yang berceceran di lantai, meskipun hanya sekedar pakaian kotor yang menumpuk.
wewangian dari lilin aroma terapi, membuatnya semakin merasa betah di dalam sana, sampai dia teringat satu hal, tentang kejadian malam tadi yang mengguncang segenap jiwa dan raga nya, dia juga berusaha mengingat ingat sesuatu yang sedikit terlupakan di pikiran nya, sembari bangkit dari tempat tidur, dia mencoba berjalan mengelilingi setiap sudut kamar tersebut, tampak ada sebuah kaca besar yang menyatu dengan lemari pakaian di kamar itu, jiwa perempuan nya meronta ronta ketika melihat kaca di depan nya, perempuan mana? Yang tidak suka berlama lama di depan kaca? Untuk melihat pantulan diri nya, bahkan tak jarang ada yang memuji dirinya sendiri, dengan kecantikan yang di miliki nya, di tambah dengan luka luka pukulan yang dia dapat dari suami nya tadi malam, dia penasaran sebanyak apa luka yang di dapatkan nya, ketika dia asyik melihat pantulan tubuh nya di cermin, tiba tiba dia kembali teringat tentang keadaan nya yang basah kuyup semalam, jika tadi malam pakaian yang dia kenakan basah kuyup, lantas, kenapa dia tiba tiba sudah berganti pakaian? gini gini dia masih perawan lho, meskipun sudah 5 tahun menyandang status sebagai nyonya Rudi, alias istri nya tuan Rudi.
"aaaaah"! Sontak dia berteriak di depan kaca itu, suaranya melengking hingga ke arah dapur, Angga yang sedang memasak sesuatu disana, sedikit terkejut dengan suara lengkingan Raisa,
mendengar hal itu, dia segera berlari menuju sumber suara.
" ada apa nyonya ?" dengan panik Angga menghampiri Raisa yang sedang duduk di depan cermin itu.
" kenapa bajuku sudah berganti? Siapa yang mengganti pakaian ku tadi malam?" dia bertanya sembari mendekap dada nya, laki laki itu tersenyum kecil di buat nya, melihat tingkah Raisa yang di nilai nya cukup menggemaskan. Raisa sedikit geram, melihat Angga yang tertawa didepan nya itu, bagi nya ini bukan sebuah lelucon, ini menyangkut harga dirinya sebagai gadis perawan yang belum pernah terjamah,
" kenapa Anda tertawa? Apakah ada yang lucu?" kening nya mengkerut, matanya menyipit keika melihat Angga yang semakin gemas di buat nya.
" maaf Nyonya, meskipun Aku seorang laki laki dan hidup seorang diri, Aku tidak pernah aji mumpung melihat seorang wanita cantik yang datang ke rumah ku, dengan keadaan yang sangat lemah seperti Anda tadi malam!" ucap Angga yang sedari tadi menyandarkan tubuhnya sela sela pintu kamar,
" lantas siapa yang mengganti pakaian ku?"
Dia sedikit lega, lantaran bukan Angga yang mengganti baju nya itu.
" Nyonya jangan khawatir, Aku meminta tolong salah satu teman perempuan ku yang kebetulan datang kesini untuk meminjam peralatan lukis!" ucap Angga,
"syukurlah!" Raisa menghela nafas lega,
" baju kotor nyonya sudah Aku cuci, sebaik nya nyonya kembali beristirahat,!" ucap Angga yang hendak pergi untuk kembali melanjutkan aktifitas nya di dapur.
" apa? Jadi kau juga mencuci pakaian dalam ku?" ia kembali histeris, bagaimana tidak? Seorang laki laki single yang mungkin belum pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tidak jijik mencuci baju dalam seorang wanita?
laki laki itu, tersenyum kecil mendengar teriakan Raisa, dan kemudian berjalan menuju dapur meninggalkan Raisa seorang diri di kamar nya, sebenarnya Raisa merasa malu kepada Angga, sudah sangat merepotkan nya sejauh ini, dia kembali menenggelamkan diri di atas ranjang, sembari merasakan sakit di sekujur badan nya, akibat pukulan bertubi tubi yang dilayangkan suami nya itu.
semua manusia pasti ada di titik jenuh, andaikan saja manusia tak mempunyai rasa jenuh, tuhan tidak akan menciptakan dunia dengan beragam rupa dan warna,
Itulah, yang di rasakan Raisa saat ini, perempuan mana yang tak jenuh, jika yang di sajikan pasangan nya, adalah hal yang sama setiap hari nya, dia selalu meninggalkan Raisa meringkuk sendiri dalam kesendirian dan dalam keheningan, seakan menyiksa jiwa dan raga nya, adalah sebuah kewajiban yang jika di tinggalkan nya, dia akan mendapatkan dosa.
***
Angga, menyiapkan berbagai macam hidangan yang dia masak sendiri tadi, dengan berbekal ilmu yang dia dapatkan dari mantan pembantu nya dulu, tangan nya begitu luwes untuk meracik bumbu bumbu agar tercipta citra rasa yang diluar ekspektasi nya.
" nyonya,mari kita sarapan bersama sama!" Angga yang sudah selesai menyiapkan makanan di meja makan itu, bergegas memanggil Raisa yang sedang beristirahat di kamar nya.
" maaf ya, Aku tidak bisa membantumu memasak hari ini!"
Raisa bangkit dari tempat tidur nya,
Please, jangan perlihatkan wajah menyedihkan itu, Angga tidak akan sanggup melihat, apa lagi wajah dan sekujur tubuh Raisa yang di penuh lebam, hati nya merasa teriris melihat hal itu,kenapa ada lelaki sekejam itu? Jika tak sanggup mendampingi nya, setidak nya biarkan dia bebas dan memilih sendiri jalan kebahagiaan nya, bukankah laki laki terlahir dari tubuh wanita?
" tidak apa apa nyonya, Aku tau keadaan nyonya!"
Raisa terdiam, menatap remaja yang ada di hadapan nya itu, usia nya baru 17 tahun, tetapi sikap dan perilaku nya melebihi orang orang yang jauh lebih tua dari nya.
pada akhir nya, berjalan berdampingan menuju meja makan kecil yang sudah di siapkan Angga sedari tadi.
"Nyonya mau diambilkan apa?" Angga berusaha melayani Raisa dengan baik. lagi lagi Raisa hanya terdiam, dia terkesima dengan remaja tampan yang begitu baik itu, dia hanya menggunakan isyarat melalui mata nya, sebab bibirnya tak mampu lagi berkata kata,lirikan mata nya tertuju pada sup Ayam yang ada di meja itu, Angga yang sudah mengetahui isyarat itu, segera mengambil mangkuk dan mengisi nya dengan sup Ayam untuk di berikan kepada Raisa.
" jangan, Aku bisa mengambil sendiri!" akhir nya suara itu bisa keluar juga dari mulut nya, dia benar benar merasa sungkan dengan kebaikan Angga yang bertubi tubi.
" tidak apa apa nyonya, Aku sengaja memasak sup ini, karena kandungan gizi nya sangat baik untuk memulihkan tenaga bagi orang yang sedang sakit, silahkan, nikmatilah selagi hangat!" dia memberikan mangkuk yang berisi Sup Ayam itu kepada Raisa.
" emm,, Angga, mulai hari ini jangan memanggilku nyonya, panggil saja Aku Raisa!"
" baik Nyonya!" Angga menganggukkan kepala nya, belum juga Raisa menutup mulut nya, Angga sudah melupakan permintaan nya tadi.
" Raisa Angga, bukan nyonya Raisa!" Dia kembali memintanya untuk menanggalkan kata Nyonya di depan nama nya,
" baik, Raisa!" sembari tersenyum malu malu ke arah perempuan itu.
Raisa menikmati hidangan demi hidangan di atas meja itu, bagi nya, Sup buatan Angga adalah sup terenak di dunia yang pernah di makan nya.
" Enak sekali!" ucap Raisa, dia merasa bahagia menyantap masakan itu, tanpa di sadari, dia terus menambah dan menambah porsi makan nya, Angga yang melihat hal itu juga merasa senang, Raisa bisa menikmati makanannya dan memakan nya dengan lahap.
" syukurlah!" Angga tersenyum melihat nya.
" terima kasih makanan nya!" Raisa menyilangkan sendok dan garpu di atas piring saji nya, yang arti nya dia sudah menyelesaikan makan nya itu.
" sebenar nya, setelah ini kelas melukis sudah di mulai, tapi tenang saja, Aku sudah meliburkan semua anak didik ku, jadi nyonya bisa istirahat dengan tenang hari ini!" ucap Angga, yang masih menyantap makanan nya yang tinggal sedikit lagi untuk habis.
" apa gara gara Aku datang kesini? Sampai sampai kamu meliburkan anak anak didik mu?" tanya Raisa, yang merasa bersalah atas kebodohan nya, untuk melarikan diri ke tempat Angga. Dia sendiri tidak paham, kenapa tubuh nya lebih memilih berjalan kerumah Angga dari pada kantor polisi terdekat.
" tidak nyonya, jangan terbiasa menyalahkan diri sendiri, lagi pula, hari ini Aku ada kepentingan untuk berbelanja alat alat lukis ku yang sudah mulai habis!"
Raisa tidak tahu, seberapa bahagia nya Angga ketika dia datang ke galeri nya, meskipun dalam keadaan babak belur seperti itu.
" kemana biasa nya kamu belanja?" tanya Raisa,
" ke toko khusus alat seni, tempat nya dekat, tidak jauh dari sini,lagi pula nanti Aku cuma sebentar saja!"
Angga sudah menyelesaikan makanya, dan kemudian beberes untuk membersihkan piring piring dan mangkuk kotor bekas makan mereka tadi,
"biar Aku saja!" Raisa menyahut mangkuk kotor yang ada di tangan Angga,
" tidak nyonya, sebaiknya nyonya istirahat saja di kamar!" Angga kembali menarik mangkuk yang kini sudah berada di tangan Raisa, namun secara tidak sengaja lengan nya menyenggol lengan Raisa yang memar akibat pukulan keras yang di lakukan oleh suami nya itu.
"auh,!" Ia meringis kesakitan,
"nyonya tidak apa apa kan?"
Angga segera bangkit dari duduk nya, dia panik melihat Raisa yang kesakitan, kemudian dia memeriksa tangan Raisa yang penuh luka itu.
" sebaik nya nyonya istirahat dulu di kamar, mari saya antar!"
Tanpa di sadari, dia membopong tubuh Raisa yang kecil itu ke dalam kamar, kemudian membaringkan nya di atas tempat tidur.
Raisa terkejut, dia merasa Angga terlalu berlebihan, meskipun tubuh nya jauh lebih besar dari diri nya,
" terimakasih!" Raisa sedikit malu sebenar nya, namun rasa haru nya lebih besar, hingga tak kuasa menahan air mata nya.
" hey, kenapa menangis?"
Angga menyapu airmata perempuan itu dengan tangan nya.
" tidak apa apa!" ujar nya,
"ya sudah, tunggu disini Aku ambilkan air hangat untuk mengompres luka luka nyonya!"
Angga beranjak pergi menuju dapur untuk mengambil air hangat. Dia begitu bersemangat saat ini, apa lagi melihat wanita pujaan nya datang ke tempat nya dengan keadaan yang menyedihkan, dia merasa bangga, Raisa mempercayai nya, meskipun dia belum mengenal Angga secara intens, bukankah cinta memang buta, tapi dia tau dimana tuan nya berada? Sesaat kemudian Angga kembali dengan membawa baskom berisi air hangat untuk mengompres luka luka Raisa yang hampir memenuhi tubuh nya itu.
" Nyonya, ijinkan Aku mengompres lukamu dengan air hangat!"
Sembari memeras handuk kecil untuk mengompres luka perempuan yang ada di hadapan nya tersebut.
Raisa mengangguk kemudian menyincing kaos lengan panjang nya, dan mendekatkan tangan yang penuh lebam itu kehadapan Angga .
" permisi nyonya!"
Angga memegang tangan Raisa dengan hati hati, kemudian membasuh nya dengan handuk yang sudah di basahi dengan air hangat,
Raisa meringis menahan sakit,
" maaf Nyonya jika anda sedikit kesakitan!"
Dia terus melakukan hal yang sama seperti tadi, sebenarnya dia tidak tega melihat perempuan itu merintih kesakitan.
" Angga, kenapa anda begitu baik kepadaku?"
Suara Raisa memecah keheningan, dia memandangi wajah Angga yang sibuk membasuh tangan nya dengan air hangat itu.
" Aku tidak punya alasan untuk tidak baik kepada anda nyonya!" Angga menjawab pertanyaan Raisa tanpa melihat wajah perempuan cantik di hadapan nya itu.
" Anda tidak perlu khawatir tuan Angga, setelah saya sembuh, saya akan pergi dari sini, dan mengganti semua kerugian yang anda alami karena kehadiran saya disini!"
Ucap Raisa, biar bagaimanapun yang dia lakukan ini salah, melarikan diri kerumah laki laki bujang yang tinggal sendirian.
Namun, Angga yang mendengar hal itu, segera menghentikan aktifitas nya yang sedari tadi sibuk mengompres tangan Raisa,
" apa anda lupa nyonya? Aku pernah berkata kepada Anda, perhiasan yang terbenam pasir di lautan, tidak akan pernah tampak ke indahan nya!" sorot mata nya yang teduh, memandang wajah Raisa dengan penuh kasih. Perempuan mana yang tidak meleleh jika di sambut dengan kehangatan yang seperti itu? Baru kali ini Raisa diperlakukan bak seperti seorang Ratu oleh laki laki, selama kehidupan nya dengan Rudi, dia tak pernah mendapatkan senyuman manis, apa lagi perlakuan hangat seperti ini, dia sudah menikah, tapi apalah arti pernikahan itu? Jika suaminya tidak pernah menyentuh nya, dan lebih memilih menyentuh perempuan lain dengan kehangatan nya, bukan kah ini adil? Jika Raisa mendapatkan nya dari Angga? Tapi sekali lagi, dia tidak membenarkan perbuatan nya ini, secepat nya dia harus pergi dari tempat ini, dia juga kasian dengan Angga jika suatu hari suami dan keluarga nya tau kalau Raisa tinggal bersama Angga.
" tapi, Aku tidak ingin merepotkan Anda, ini juga tidak benar!" Raisa bersikukuh ingin pergi dari sana setelah kesembuhan nya.
Angga yang masih menatapnya dengan pandangan yang teduh itu, menarik tubuh Raisa kedalam dekapan nya.
" Aku lah yang akan membersihkan mu dari lumpur lumpur kotor itu!" dia mendekap tubuh Raisa dengan penuh kehangatan, meskipun usianya yang masih 17 tahun, namun tubuh nya sudah tumbuh seperti laki laki dewasa pada umum nya.
Raisa di buat terkejut oleh nya, atas apa yang di lakukan Angga kepadanya, dia membulatkan mata nya, merasakan desiran aneh di dada.
Belum pernah seorang pun menyentuh tubuh nya seperti ini, termasuk juga Rudi selaku suami nya, yang hanya yang hanya bisa mendiamkan nya dan meninggalkan nya sendiri, meringkuk berteman sunyi.
" Angga lepaskan Aku!" Raisa mencoba melepaskan dekapan yang hangat itu.
" Aku mencintaimu!"
Sekali lagi Raisa di buat terkejut oleh pernyataan Angga, bagaimana bisa dia jatuh cinta dengan perempuan yang jauh lebih tua usianya di banding diri nya.
Angga semakin mempererat pelukan nya itu, dia tak peduli dengan Raisa yang mencoba melepaskan nya, biar bagaimanapun tubuh laki laki itu terlampau kuat dari pada tenaga nya, Raisa hanya pasrah dengan keadaan nya, jantung nya berdegup begitu kencang, kini dia hanya bisa terdiam meringkuk dalam pelukan Angga yang hangat.
percayalah, kamu itu berharga Dimata orang orang yang menyayangimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments