Tiara membereskan serpihan kaca bekas gelas yang dia jatuhkan tadi, dengan menahan kesakitan di tangan dan kaki nya yang terluka, akibat dari insiden kecil yang terjadi di Aula hotel barusan, lepas beberes, dia bergegas menuju dapur khusus karyawan yang ada di hotel tersebut, dengan penuh kesal, ia meluapkan amarahnya di dapur itu sendirian, dia terduduk lemas, sembari menyandarkan tubuh nya di tembok dapur dia menekuk lutut nya dengan kedua tangan yang menutupi wajah cantik nya.
" ahhhhh,!" teriak nya, dengan membungkam mulut nya, agar suara teriakan kekesalan nya tak terdengar orang orang yang ada di sekitar sana. saat sedang larut dalam perasaan kecewa nya, tiba tiba dia di kejutkan dengan suara pintu yang di buka dari depan, dia melihat seseorang yang terlihat 3 tahun lebih tua dari usia nya, lengkap dengan setelan jas seperti petinggi petinggi hotel itu pada umumnya, sedang berdiri di depan pintu dapur tersebut, Tiara yang semula duduk di lantai, dengan cepat berdiri dan merapikan baju nya,
"ada yang bisa saya bantu?" dia menghiasi wajah nya dengan senyuman yang sedikit terpaksa.
" tidak ada,saya bisa sendiri!" ujar laki laki berwajah tampan itu tanpa ekspresi
" kalau begitu boleh tau anda siapa?" Tiara lancang bertanya. Tanpa mengetahui siapa dia sebenar nya.
" saya orang baru di sini!" ucap laki laki itu, sembari membuat secangkir kopi racikan nya sendiri, sebenar nya bisa saja dia meminta barista untuk menyajikan kopi Ter enak di sana, namun sifat nya yang tidak mudah percaya kepada orang lain, dia lebih suka menikmati kopi buatan nya sendiri, dari pada harus menikmati hasil buatan orang lain.
" oh, asisten nya pak Haris, yang kemarin kan sudah resign y?" Tiara selalu sok akrab dengan orang orang baru disana, namun laki laki itu hanya melirik Tiara, sembari menyeruput kopi buatan nya tadi.
Pria itu tak mengeluarkan sepatah kata pun, dia hanya melihat tangan Tiara yang penuh luka akibat pecahan kaca dari gelas yang jatuh tadi.
" lain kali kalau bekerja lebih berhati hati, dan perhatikan SOP yang berlaku!" pria itu menyeruput kopi terakhir nya, kemudian meninggalkan nya bersama Tiara di dalam dapur.
" Asisten pak Haris wangi bener y?" gumam nya, hati nya sedikit senang, masih ada orang yang peduli dengan perasaan dan luka luka yang ada di tangan serta kaki nya tersebut.
****
Di sebuah kamar yang berada di lantai 20 hotel tersebut, Rudi membersihkan kaki Megan dari darah segar yang keluar disela sela luka akibat goresan dari pecahan kaca tadi.
Dia mengangkat kaki Megan dan meletak kan di atas paha nya, dengan lembut dia menyentuh kaki wanita itu, seraya membersihkan luka nya dengan anti septik,
" Aku rasa, tindakan mu terlalu berlebihan terhadap ku!" wanita yang duduk bersandar di atas kasur dengan kaki yang berada di pangkuan laki laki pemimpin megantara group itu, menahan perih akibat dari anti septik yang menyerap ke dalam luka luka nya itu.
" Aku tidak akan membiarkan sesuatu sekecil apapun menyakiti tubuhmu yang indah ini!" laki laki itu mengelus elus kaki mulus Megan, tangan nya merayap secara perlahan hingga ke pangkal paha nya, dengan sigap Megan menarik tangan Rudi yang sudah hampir masuk ke dalam area terlarang nya. melihat hal itu, Rudi merasa sangat kesal, kemudian secara paksa menyambar bibir wanita cantik yang ada di hadapannya tersebut, namun lagi lagi dia mendorong tubuh Rudi hingga tersungkur di atas tempat tidur, dan berniat meninggalkan nya, namun dengan cepat Rudi memeluk nya dari belakang, dan mencumbui leher jenjang nya itu,
" kenapa? Bukankah kau sering melakukanya dengan laki laki lain?" bisik Rudi di telinga nya. Dengan menahan geli, emosi Megan meradang mendengar ucapan itu, secara spontan dia mendaratkan pukulan keras ke pipi Rudi, hingga meninggalkan bekas kemerahan di kulit putih nya.
" jaga ucapan mu, meskipun Aku seorang wanita penghibur, tapi Aku masih punya harga diri!" Megan begitu marah dengan pernyataan Rudi yang menyinggung nya, meskipun harus ia akui, Rudi adalah satu satu nya orang yang paling dia cintai di dunia ini.
" Megan, meskipun Aku tidak bisa memiliki mu, setidak nya ijin kan Aku membeli mu malam ini saja, berapa yang kau mau? Akan Aku berikan, bahkan jika itu nyawaku!" laki laki garang itu hanya bisa bertekuk lutut di hadapan perempuan Cantik yang berprofesi sebagai wanita penghibur para kalangan atas yang membutuhkan jasa nya.
" Aku tidak akan mengijinkan mu menyentuhku, meskipun kau membeli ku dengan dunia seisi nya, Aku sudah berjanji pada diriku sendiri Rud!" perempuan itu memang tidak pernah mengijinkan Rudi menyentuhnya sedikit pun, meskipun dia benar benar mencintai laki laki hebat yang berdiri di hadapan nya tersebut. Meskipun berkali kali dia berhubungan dengan banyak laki laki dari para pengusaha yang gemar bermain wanita, tapi dia sangat lemah dengan cinta, di hadapan Rudi, dia merasa sangat malu dengan keadaan nya saat ini, ingin rasa nya dia menguasai ilmu menghilang, agar tidak lagi ber urusan dengan Rudi. Air mata nya mengalir membasahi wajah nya yang cantik itu, Rudi yang merasa iba melihat nya, merangkul nya dan mengajak nya duduk di atas Sofa yang menghadap langsung ke jendela,
" maafkan Aku Megan, hari ini kau sangat cantik, Aku tak kuasa menahan hasrat ku yang hanya untuk mu!" sembari membersihkan air mata yang membasahi wajah cantik nya.
" berjanjilah Rud, jangan lagi kau lakukan hal ini, jika tak ingin Aku menghilang!" ungkap nya, sembari menyandarkan kepala nya dalam dekapan Rudi.
" iya, Aku berjanji!" laki laki itu terlampau Bucin terhadap Megan, seolah olah dia lupa, jika sudah memiliki istri saat berada di dekat Megan.
***
Raisa yang menahan air mata nya, memilih menyendiri diatas rooftop hotel yang sudah disewa suaminya secara eksklusif itu, ditemani dengan pemandangan kota malam hari, yang bertabur lampu lampu dari bangunan gedung yang terlihat kecil jika dilihat dari ketinggian rooftop tersebut. pemandangan itu terlihat sangat indah, sehingga membuat suasana hati nya sedikit tenang, dia menyandarkan tubuh nya di permukaan tembok pembatas yang berada di sisi sisi bangunan gedung itu,sembari menikmati segelas jus jeruk di tangan nya, dia hanya bisa diam mengingat suami nya yang begitu perhatian terhadap Megan, ingin sekali dia menangis sejadi jadi nya disana, dan meluapkan semua kekecewaan atas apa yang terjadi kepada nya selama ini,
Namun air mata nya serasa membeku, sebeku hati nya yang hampir tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang tulus dari suami nya selama mereka hidup bersama.
" menangislah nyonya, jika kamu ingin menangis, karena airmata itu anugrah!" terdengar suara dari seseorang yang sedang duduk di sofa rooftop tersebut, Raisa memutar badan nya mencari sumber suara itu,
" Tuan Angga, sejak kapan tuan berada di sini?" Raisa sedikit terkejut, sebab dia merasa sedari tadi tak ada seorang pun disana, hanya ada dia seorang.
" jangan memanggilku Tuan Nyonya, panggil saja Aku Angga, usiaku jauh lebih muda dari pada nyonya!" ucap Angga yang sedang membaca tabloid ternama yang memang disediakan untuk para pengunjung hotel,
" sejak kapan kamu disini?" Raisa kembali mempertanyakan hal yang sama kepada nya.
Angga bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke arah tembok tempat Raisa bersandar.
" sejak saya melihat nyonya menahan airmata!" jawab nya, laki laki remaja itu ikut menikmati pemandangan kota yang tampak indah jika di lihat dari ketinggian itu.
" jangan kamu menertawakan ku, Aku sudah terbiasa dengan hal itu!" Raisa sedikit tersinggung dengan ucapan Angga, yang seakan akan menghina kegagalan nya sebagai seorang istri yang di dambakan suami nya.
" jangan di biasakan sesuatu yang buruk menjadi terbiasa, karena pasir di lautan, mampu menutup perhiasan berharga yang ada di dalam nya!" Raisa terperangah, dengan kedewasaan Angga yang bertutur kata, di usia nya yang baru menginjak 17 tahun, Remaja itu mencoba memotivasi Raisa yang sedang dalam keadaan terpuruk,
" apa anda tau nyonya? saya pernah diminta oleh seseorang untuk melukis wajah istri nya, namun sampai saat ini belum juga selesai!" Angga kembali memecah keheningan diantara mereka berdua, masih dengan posisi menatap kota yang terlihat indah itu.
" kenapa belum di selesaikan?!" tanya Raisa penasaran,
" orang itu memintaku untuk memberikan tema wanita yang bahagia, sebagai kado ulang tahun pernikahannya yang pertama, tapi Aku sama sekali tidak menemukan kebahagiaan di wajah wanita itu, hasil lukisanku terlihat absurd, seharusnya senyum nya bahagia, tapi dia malah terlihat seperti ingin menangis!" ucap Angga sedikit tertawa,
Raisa hanya terdiam mencoba mencerna apa hubungan nya dengan wanita dalam lukisan nya itu.
" sejak kapan anda belajar melukis?" tanya Raisa kepada kepada Angga yang sejak awal tak pernah menatap wajah nya itu.
" sejak Aku masih kecil, datanglah ke tempat ku nyonya, Aku akan memperlihatkan hasil karya ku disana!" sembari memberikan sebuah kertas kecil berisi nama dan alamat lengkap galeri lukis nya.
Raisa menerima kertas itu, sebelum Angga berpamitan untuk pergi dari sana.
" saya pergi dulu nyonya, semoga anda berkenan untuk hadir, saya dengar anda pecinta seni lukis!" Angga membungkuk kan badan nya, dan berniat untuk pergi dari sana, Raisa hanya menganggukkan kepala nya, tanpa mengeluarkan sepatah kata, dia melihat punggung Angga yang berjalan membelakangi nya, entah mengapa? Dia merasa ada seseorang yang benar benar menghargai nya, setelah sekian lama orang orang disekitar nya hanya memandang dia sebagai perempuan bodoh, yang menjadi istri boneka seorang koleris seperti Rudi Hartono.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments