“Maafkan aku, Nyonya. Aku akan membersihkan pecahan piring ini dulu dan memasak yang baru untuk nyonya.” Kata Zemira hendak meninggalkan ruang makan.
Ponsel Nadin berbunyi, ada pesan aplikasi hijau masuk.
[Tuan muda sedang menuju kearah, Nyonya.]
“Tunggu, kembali ke sini, Kau!”
Zemira yang sama sekali tidak paham bahaya sedang menanti, langsung saja mendekati ibu mertuanya, "Ada apa, Nyonya? Adakah makanan khusus yang ingin dipesan untuk aku masak?”
Bukan jawaban yang diterima Zemira, tapi dia justu terkejut ketika melihat Nadin menampar wajahnya sendiri secara berulang, dan menjatuhkan dirinya ke lantai.
Auw ….
Tanpa sebab, Nadin menjerit dan meminta ampun.
“Jangan menamparku lagi, Zemira. Aku akan mengikuti semua perintahmu, a-a-aku akan menjadi pelayan di rumah anakku sendiri. Maaf kalau tadi aku sudah berbicara kasar padamu.” Pinta Nadin sambil membungkuk dan meraih kaki Zemira.
Zemira terkejut dan secara refleks mundur.
Zemira tidak sempat berpikir panjang ketika tubuhnya tiba-tiba didorong dengan kasar.
Auw ….
Zemira menjerit kesakitan ketika tubuhnya jatuh menyentuh lantai. Darah segar mangalir dari siku tangannya.
“Apa kamu pikir aku akan diam saja ketika ibu yang melahirkanku diperlakukan semena-mena oleh gadis seperti kamu, ha? Walaupun kamu itu istriku, bukan berarti kamu juga bebas memperlakukan ibuku seperti ini!” teriak Bintang murka.
Zemira terkejut, kini dia sadar kenapa ibu mertuanya menciptakan sandiwara itu.
Bintang langsung saja membantu sang ibu berdiri, melihat bekas tamparan di pipi sang ibu menambah kemarahan lelaki tampan itu.
“Bibi! Bibi!” teriakan Bintang menggema di dalam ruangan.
Seorang pelayan berlari dengan tergesa-gesa. “Ada apa, Tuan Muda?”
“Obati wajah ibuku dan suruh orang bersihkan lantai ini.” Perintah Bintang.
Wanita itu langsung saja mengambil alih tangan sang nyonya besar dan menuntunya duduk di sofa kemudian langsung mengobati pipi yang memerah dengan menggunakan es dari kulkas.
“Kamu! Ikut aku!” Bintang menarik pergelangan tangan Zemira dengan kasar dan membawanya ke lantai dua.
“Kalian pergilah ke dapur! Aku tidak butuh bantuan kalian, aku puas ketika melihat putraku memperlakukan wanita sialan itu seperti sampah!" Nadin tersenyum penuh kemenangan.
Sementara itu di dalam kamar Bintang marah besar, dia menyalahkan Zemira atas apa yang terjadi pada ibunya.
Zee Zemira tidak terima ketika Bintang menyalahkannya atas apa yang tidak dilakukannya.
“Aku tidak bersalah! Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah mendengar permintaan maaf dariku apalagi rasa bersalah! Itu tidak akan pernah terjadi!”
Bintang terkejut mendengar teriakan Zemira yang tidak kalah kuatnya.
“Kamu pikir aku percaya pada pelakor sepertimu? Tidak! Kalian hanya tanaman merambat yang hanya bergantung pada belas kasihan orang lain!”
“Apa aku memintamu percaya? Bukankah tidak?”
Bukkk!!!!
Wajah Zemira pucat pasih ketika kepalan tangan Bintang mendarat tepat didinding beton, yang menjadi sandarannya.
Ya! Walaupun marah, namun Bintang masih dapat mengontrol emosinya hingga tidak memukul Zemira, tapi melampiaskan amarahnya di dinding beton yang tidak bersalah. Darah segar yang mengalir dari kepalan tangan Bintang sama sekali tidak dirasakannya.
Perlahan Zemira membuka matanya, dia terkejut melihat darah yang mengalir dari kepalan tangan sang suami.
“Kamu berdarah? Sini aku bersihkan.”
“Lepaskan tanganku, aku tidak mau dipegang oleh tangan kotor sepertimu!” bentak Bintang.
Namun, Zemira sama sekali tidak peduli, dia langsung saja mengambil kotak P3K yang ada di dalam lemari dan menarik Bintang kemudian memaksanya duduk. Dengan telaten Zemira mulai membersihkan luka Bintang.
Bintang menatap Zemira dalam-dalam.
Zemira bahkan lupa dengan luka yang ada di siku tangannya.
“Semarah apapun kamu tapi jangan pernah melukai diri sendiri. Apa yang kamu lihat dan dengar itu belum tentu suatu kebenaran. Hidup itu penuh tipu muslihat.” Kata Zemira tanpa berhenti membersihkan luka Bintang.
"Apa maksudmu, ibuku berbohong?” Bintang kembali marah.
“Sejak kapan aku bilang ibumu berbohong? Bukankah aku hanya mengatakan hidup itu penuh tipu muslihat?”
“Kenapa kamu tidak membangunkan aku tadi pagi?”
‘Aku harus tahu bagaimana pribadi gadis ini!’ batin Bintang, yakin.
Brukkk!!!!
Auw ….
Zemira menjerit ketika siku tangannya menyentuh lantai akibat dorongan Bintang.
Walaupun dorongan Bintang pelan, tapi luka di siku tangan Zemira membuatnya menjerit kesakitan.
“Dasar munafik! Aku mendorong pelan saja, sudah menjerit seakan-akan terluka.” Gerutu Bintang dan langsung meninggalkan kamar.
Zemira meraih kotak P3K yang berada diujung Kasur dan mulai membersihkan luka di siku tangannya.
“Aku harus menggunakan apa agar beling kecil ini bisa keluar? Bukankah di lantai tadi hanya ada piring pecah, terus bagaimana bisa ada beling?” tanyanya pada diri sendiri.
Auw ….
Zemira menjerit ketika memilih mengeluarkan beling itu secara paksa. Darah semakin banyak mengalir, namun dia tidak punya pilihan. Di sana dia hanya sendirian, walaupun statusnya sebagai istri. Namun dia sadar betul, Bintang sama sekali tidak menganggapnya istri.
Setelah selesai mengobati siku tangannya, Zemira memilih kembali ke lantai satu. Dia tidak ingin berlari dari masalah.
Baru saja tiba di lantai satu, Bintang melemparkan lima tas yang isinya pakaian.
“Itu pakaian yang akan kamu gunakan. Jangan pernah menyentuh satu barang milikku yang berada di kamar! Apalagi menyentuh keluargaku!” ancam Bintang sebelum meninggalkan rumah.
“Bagaimana ketika seorang suami lebih mempercayai ibu kandungnya dari pada istrinya sendiri?” tanya Nadin tersenyum sinis.
“Maaf Nyonya besar, aku harus menyelesaikan tugas yang sudah diamanatkan padaku. Jika ada pekerjaan lainnya, silahkan katakan saja. Aku ikhlas menjalankan semua perintah nyonya.” Kata Zemira tulus.
Mata Nadin membelalak sempurna mendengar kalimat tulus yang dikeluarkan oleh menantunya.
“Baik! Ikut aku sekarang juga!” Nadin menarik Zemira dan mendorongnya ke tepi kolam. “Bersihkan kolam itu sekarang juga!”
“Baik, Nyonya.”
Tanpa banyak bicara Zemira langsung saja turun ke dalam kolam dan mulai membersihkannya secara perlahan.
Nadin yang kesal dengan sikap patuh Zemira langsung saja menyalahkan pendingin air secara full kemudian meninggalkan kolam renang.
Zemira yang sama sekali tidak sadar kalau pendingin air dihidupkan masih saja meneruskan membersihkan kolam hingga kebagian tengah.
‘Perasaan airnya semakin bertambah dingin.’ Batin Zemira ketika mulai merasa kedinginan.
Meskipun merasakan keganjilan itu, namun tidak membuat Zemira menepi. Dia terus saja membersihkan dedaunan yang mengotori kolam renang. Perlahan kakinya mulai terasa keram.
Zemira menyadari pendingin air dinyalakan tapi sudah terlambat, kakinya sudah terlanjur tidak bisa digerakkan.
“Tolong! Tolong!” Teriak Zemira ketakutan.
Zemira yang mendengar itu langsung saja berlari kearah kolam dan tertawa. “Kamu pantas menerima itu! Selamat menuju sorga atau neraka.”
Tanpa rasa kasihan dan berdosa, Nadin segera meninggalkan Zemira yang semakin ketakutan.
“Siapapun tolong aku.” Teriak Zemira berusaha kuat.
“Bibi, bibi, tolong aku. Woy … siapapun tolong aku.” Teriakan Zemira semakin melemah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Linda Erma
Kk kok kadang nama Bintang jd Stiven n Zemira jd Rena...
2023-07-21
2