Juli 2017
Di sebuah kecamatan kecil di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur...
Tahun ajaran baru kembali berganti, siswa sekolah kembali ke rutinitas seperti biasa. Bangun pagi, pergi ke sekolah, mengerjakan tugas lalu kembali ke rumah.
Bagi beberapa orang, hal itu adalah hal yang membosankan. Meski begitu, ada juga siswa yang tampak selalu semangat menyambut tahun ajaran baru. Seperti perempuan yang sedang berdiri di depan cermin itu.
Perempuan itu merapikan seragam yang dikenakannya, memastikan rambut panjangnya sudah terikat rapi. Ia tersenyum melihat pantulannya di cermin, mata coklatnya itu tampak berbinar.
"Lili, sarapan dulu." Terdengar suara dari arah dapur dengan nada lembut.
Perempuan yang dipanggil Lili itu bergegas ke dapur untuk sarapan. Sang mama sudah menyiapkan sarapan kesukaannya, nasi goreng dengan telur ceplok setengah matang.
"Kamu nanti berangkat naik bus? Kenapa nggak mau dianter Papa?''
"Kan Lili udah gede, ma. Masa dianter mulu? Udah janjian sama Fani berangkat bareng," ucap Lilia memberi alasan.
Sang mama tersenyum, lalu menyodorkan uang saku untuk Lilia. Perempuan paruh baya itu memandangi anaknya lekat, tak menyangka anaknya sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik.
Tak lama setelah selesai sarapan, klakson motor terdengar dari halaman rumah. Lilia pun salim kepada mamanya untuk berpamitan.
Fani sudah menunggu di halaman rumah sambil memeriksa riasan wajahnya di kaca spion motor. Lilia yang melihat itu tertawa.
"Udah cantik kak."
Fani yang kepergok sedang memeriksa riasan wajah hanya tertawa kecil. Keduanya pun bergegas menuju sekolah.
... ◇◇◇...
Suasana SMA di salah satu kecamatan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu tampak sudah ramai sejak pagi.
Persiapan upacara penerimaan murid baru sedang dilaksanakan. Tampak banyak siswa yang bingung melihat ke sekeliling. Beberapa senior mengarahkan mereka untuk berbaris.
Guru-guru tampak sudah hadir dan bersiap berdiri di tempat yang disediakan. Tak lama kemudian upacara pun dimulai. Siswa baru berbaris sesuai dengan penempatan kelas yang telah diumumkan sebelumnya.
Setelah mengikuti upacara, semua siswa baru diperkenalkan ke lingkungan sekolah. Tidak ada ospek perploncoan yang dilakukan senior di sekolah ini.
"Lil, tuh cowok ganteng banget," ucap Fani tiba-tiba.
Mereka sedang tur keliling sekolah dipandu oleh salah satu anggota osis laki-laki yang tampan.
Lilia menoleh ke arah yang ditunjuk Fani. Sialnya laki-laki yang sedang ditunjuk Fani itu sedang menoleh ke arahnya.
Pandangan mata mereka bertemu, laki-laki itu tersenyum sedangkan Lilia memaksakan diri tersenyum.
"Dasar gila," ucapnya pelan dengan nada kesal.
"Gavin dari dulu ganteng banget yak," ucap Fani sambil terkekeh menggoda Lilia.
"Siapa itu yang ngobrol di belakang?!" Suara anggota osis itu langsung membuat Fani diam.
Lilia menahan tawanya sedangkan Fani langsung berekspresi serius.
Setelah tur keliling sekolah, semua siswa diminta masuk ke kelas masing-masing untuk orientasi singkat dan pemberian jadwal pelajaran.
Semua siswa duduk bebas sesuai tempat yang diinginkan. Fani mengajak Lilia untuk duduk dibagian tengah agar bisa melihat papan tulis dengan jelas. Tak lama kemudian ada laki-laki yang duduk di bangku bagian depannya.
"Gavinnnnn!" Fani berteriak memanggil.
Laki-laki yang dipanggil Gavin itu menoleh namun pandangannya fokus ke perempuan di sebelah Fani.
Fani yang melihat itu tampak kesal. "Woi! gue yang manggil ya, matanya kemana-mana."
Gavin tertawa sedangkan Lilia yang barus selesai menata alat tulis dan bukunya tampak kaget.
"Hai Lilia," ucap Gavin menyapa sambil tersenyum.
"Oh, hai… ," jawab Lilia riang.
Fani yang melihat itu tambah kesal. "Gini amat jadi obat nyamuk."
Tak lama kemudian guru datang untuk memberikan jadwal dan menyampaikan aturan. Setelah itu siswa dibebaskan berkeliling selama satu hari itu saja.
Ada yang berkeliling sekolah, ada yang lebih memilih tidur di kelas, ada yang sok akrab menyapa kakak kelas, ada juga yang langsung ke kantin untuk makan.
"Anggota-anggota osis keren juga yak, gue jadi pengen daftar," celetuk Fani tiba-tiba setelah menghabiskan satu mangkuk bakso.
Lilia yang duduk di hadapan Fani tertawa kecil. "Ikut aja, kelas 2 nanti emang angkatan kita kan yang jadi pengurus osis," ucap Lilia menanggapi.
"Menurut lu, gue pantes jadi apa?"
"Ketua Osis lah hehehe."
"Bener juga, tahun depan nyalon ah. Lu mau jadi wakil gue?"
"Nggak."
Fani tertawa. Pandangan matanya melihat ke sekeliling kantin.
"Nyari mangsa lagi?" Lilia tertawa melihat tingkah Fani.
"Siapa tau nemu jodoh disini," ucap Fani sambil tertawa.
Obrolan seru mereka berhenti setelah kantin menjadi semakin ramai. Lilia dn Fani pun memutuskan berkeliling sekolah yang sangat luas itu.
...◇◇◇...
Hari pertama masuk sekolah terasa spesial bagi Lilia. Terlebih lagi teman dari SMP yang sempat dikaguminya juga sekelas dengannya.
Gavin namanya, dia merupakan salah satu teman Lilia dari SMP yang sama. Laki-laki dengan tinggi 175 itu cukup populer sejak lama dan sekarang pun sepertinya akan menjadi lebih populer lagi.
Tampangnya yang terlihat tampan dan damai itu tentu saja menarik perhatian banyak siswa wanita. Kulitnya bersih, mata coklat keabuan miliknya tampak memukau dengan wajahnya yang simetris bersih tanpa cela berpadu dengan rambut lurusnya yang dipotong pendek.
Sosoknya selalu terlihat menonjol dalam setiap kesempatan apapun. Hal tersebutlah yang membuat Lilia sempat mengidolakan temannya yang satu itu.
Dunia ini bekerja dengan aneh, baru saja dipikirkan oleh Lilia, laki-laki itu lewat tak jauh dari tempat Lilia dan Fani yang sedang duduk.
"Kalian ngapain disini?" Gavin dan Fahmi mendekat ke tempat Lilia dan Fani duduk.
"Lagi lihatin cogan lewat," ucap Fani terkekeh.
Lilia ikut tertawa lalu tersenyum ke arah Gavin. Laki-laki yang satu itu memang enak dipandang mata.
Gavin tersenyum, tatapan matanya yang hangat itu tentu terlihat jelas di mata semua orang kecuali Lilia.
"Ehem..."
"Oh iya, gue lupa. Kenalin ini temen gue Fahmi, dia temen gue sejak kecil."
Lilia menyalami Fahmi, beitupun dengan Fani. Mereka berkenalan dan bertanya hal-hal ringan dalam obrolan itu.
"Habis darimana dan mau kemana lu Gav?" Tanya Fani penasaran.
"Dipanggil guru tadi disuruh nyatet jadwal baru."
"Lah jadwalnya ganti?"
"Ya gitu lah."
"Pengurus kelas belum dibentuk nih, baru gue doang yang ditunjuk jadi ketua kelas sama Fahmi wakilnya. Kalian nggak mau bantuin gitu?" ucap Gavin.
"Lilia suruh jadi sekretaris aja. Dia orangnya teratur dan rapi. Cocok sih menurut gue" jawab Fani cepat.
"Nggak dulu deh, dari smp jadi pengurus kelas terus," ucap Lilia menanggapi dengan ekspresi malas.
Gavin mengangguk mengerti. Laki-laki bermata coklat keabuan itu pun pamit pergi bersama wakil ketua kelas.
"Fan, kayaknya kalau tahun depan dia nyalon jadi ketua osis, kamu bakal kalah deh," ucap Lilia tiba-tiba.
"Wah iya juga, pasti 90% cewek di sekolah ini milih dia."
Keduanya pun tertawa. Mereka lanjut mengobrol membahas banyak hal, tentang masa SMP yang sudah lewat maupun rencana hidup kedepannya.
Lilia dan Fani sudah berteman sejak SMP. Meski berasal dari desa yang berbeda, mereka sering pergi bersama kemanapun seperti saudara.
Sifat Fani yang tegas dan santai hampir serupa dengan Lilia. Oleh karena itu mereka cocok dalam banyak hal dan menjadi sangat akrab.
Namun keduanya memiliki minat yang berbeda. Lilia menyukai hal-hal yang berkaitan dengan akademik sedangkan Fani lebih suka olahraga.
Keduanya larut dalam percakapan tentang rencana yang akan dilakukannya di masa sekolah tersebut. Masa putih abu-abu yang disebut sebagai masa terbaiknya remaja.
...◆◇◆◇◆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dark p
semangat thor
2023-07-08
1
Pecinta Hujan
Semangat terus thor, ceritamu bagus banget
2023-07-04
2
Zayna Almeta
jadi keingat masa SMA
2023-06-29
1