Blue Scandal
Langit biru dengan semburat semu merah menandakan sebuah hari kembali dimulai. Makhluk hidup mulai melakukan aktivitasnya masing-masing. Jalanan yang sepi pun menjadi ramai. Suara klakson bersahutan menggema di semua penjuru.
Meski banyak orang yang sudah mulai melakukan aktivitas, ada beberapa diantaranya yang masih sembunyi dari dunia yang sudah semakin terik.
Perempuan itu masih diam menatap langit-langit kamarnya, meski sudah terbangun sejak satu jam yang lalu. Ruangan berwarna biru yang minim cahaya itu tampak tenang. Hanya suara detik jam dan alunan nafas pelan yang teratur.
Pandangan matanya memang mengarah ke langit-langit kamar, namun tatapan mata itu terasa jauh sekali seolah melihat ke tempat yang tidak bisa dilihat siapapun.
Dunia berubah, selalu, setiap waktu. Ada yang siap dan bisa menerima itu dengan baik, namun ada juga manusia yang kesulitan untuk menerima suatu hal yang berubah, apalagi jika itu terjadi tiba-tiba.
Entah bisa menerima atau tidak, kehidupan akan tetap terus berjalan dan waktu akan terus berlalu. Entah siap atau tidak, kehidupan tidak akan pernah menunggu sebuah luka untuk sembuh.
Tok... tok... tok...
Suara pintu kamar itu diketuk terdengar nyaring karena rumah itu cukup sepi. Perempuan yang sedang berbaring diatas kasur itu hanya diam memandangi pintu tanpa bergerak atau mengeluarkan suara apapun.
"Lilia, kamu sudah bangun?"
Suara laki-laki yang sedang di depan pintu itu terdengar serak. Pintu diketuk lagi karena tak mendapatkan jawaban namun perempuan itu tetap tak menjawab.
Matanya memang memandang ke arah pintu, namun tatapan mata perempuan berambut panjang itu tampak kosong.
"Lilia, kalau kamu sudah bangun, turunlah lalu makan. Saya akan pergi sampai sore, jadi kalau kamu butuh sesuatu bilang aja ke Elen ya?"
Laki-laki itu kembali berbicara lalu menghela nafas panjang dan menunggu selama beberapa waktu. Lagi-lagi tak ada jawaban. Tak lama kemudian suara langkah kaki menjauh dari depan pintu itu.
Perempuan yang dipanggil Lilia itu mengalihkan pandangan matanya ke arah langit-langit kamar lagi. Matanya berkaca-kaca, ada rasa pedih mendalam pada matanya yang mulai basah itu.
Perempuan bermata coklat itu masih ingat betul, seminggu yang lalu dia masih datang ke sekolah memakai seragam putih abu-abu, seminggu lalu dia masih bercanda dan tertawa dengan teman-temannya, seminggu yang lalu dia masih mendapat apresiasi dari banyak orang, seminggu yang lalu semua masih baik-baik saja.
Harusnya sebentar lagi ia akan lulus sekolah dan tentunya masuk perguruan tinggi, menjalani kehidupan yang normal, mengeluhkan tugas yang bertumpuk dan bercanda bersama dengan teman-teman atau bahkan mulai berpacaran.
Seharusnya ia bisa melakukan lebih banyak hal. Menulis lebih banyak, membaca lebih banyak, menghargai setiap waktu lebih banyak.
Air matanya mengalir perlahan, lambat laun menjadi terisak kecil. Perempuan itu menutup wajahnya yang sembab dengan bantal. Memukuli dadanya yang terasa sesak untuk bernafas.
Kehidupannya berubah tiba-tiba karena suatu kesalahan yang tak ia lakukan. Masa sekolahnya berakhir lebih cepat karena kesalahan yang tak ia perbuat.
Kenapa semua jadi begini?
Perempuan itu menangis namun menahan suaranya agar tidak terdengar. Ia menekan wajahnya dengan kuat dengan bantal berwarna coklat yang sejak tadi ia dekap.
Perempuan itu ingin berteriak, emosi dan pikirannya mulai tergoncang karena kejadian buruk yang menimpanya.
Apa aku lebih baik mati saja?
...◆◇◆◇◆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Estella Tsana
Aku mampir nih, kak >. <
2023-07-21
1
Cinnn
Semangat Kakak, thanks udah mampir di karya Author❤
2023-07-11
2
Dark p
up trus😁
2023-07-08
1