Setelah memeriksa keadaan Devan ke rumah sakit dan dinyatakan baik oleh dokter. Pihak kedua keluarga kemudian melangsungkan acara pernikahan mereka secara sederhana di kediaman Sisil. Karena acara pernikahan itu benar-benar mendadak hanya diberikan waktu dua hari oleh Rahmat untuk mempersiapkannya.
"Akhirnya Sisil pergi juga dari rumah ini. Aku yakin dia pasti akan dibawa oleh suaminya setelah pernikahan ini selesai." Amelia terlihat begitu bahagia melihat prosesi pernikahan Sisil dan Devan yang berjalan dengan lancar.
Rahmat terlihat berkaca-kaca matanya saat menyaksikan putrinya yang saat ini sudah menjadi istri dari Devan. Anak seorang Kyai yang terkenal di lingkungan tempat tinggal mereka.
"Istriku, di sana Kau pasti berbahagia karena Putri kita sekarang sudah mempunyai seorang suami dari keluarga yang sangat baik dan mulia statusnya. Dia kelak akan menjadi seorang Ibu Nyai yang di akan hormati. Karena dia istri seorang Gus, kau berkahilah Putri kita agar menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia bersama suaminya di sana." Rahmat meneteskan air matanya ketika melihat putrinya duduk berdampingan bersama Devan di pelaminan.
Memang bukan hal mudah bagi Rahmat untuk membesarkan Sisil setelah istri pertamanya meninggal. Apalagi istri keduanya memiliki tabiat yang tidak sama seperti ibunya Sisil yang halus budi.
"Semoga kau bisa berbahagia dengan suami dan keluarga barumu," Rahmat kemudian menghapus air mata yang mengalir di pipinya tanpa dia sadari terus saja melesak keluar. Begitu terharunya Rahmat dengan pernikahan putrinya yang tercinta dengan seorang Gus yang begitu tampan seperti Devan.
Terlepas dari status Devan sebagai ketua geng motor yang saat ini sedang dikejar-kejar oleh polisi karena melakukan balapan liar.
Jalan jodoh yang merupakan Rahasia Ilahi yang telah mempertemukan putrinya bersama Devan sehingga akhirnya sekarang mereka menjadi suami istri dadakan. Karena paksaan Rahmat dan istrinya.
Walaupun Rahmat sebenarnya tahu kalau Sisil dan Devan tidak melakukan apa-apa pada malam itu. Tetapi Rahmat ingin menyelamatkan kehormatan putrinya yang telah di lihat oleh istri keduanya sedang bersama seorang laki-laki di dalam kamar Sisil.
Rahmat paling tahu karakter istrinya yang suka bergosip dan tidak menyukai putrinya. Dia tidak mau nama baik Sisil hancur di hadapan publik karena perbuatan istrinya yang menyebarkan hal itu. Rahmat tahu istrinya tidak pernah menyukai Putri tercintanya yang merupakan saingan dari Sukma, anak dari suami pertamanya Amelia.
Setelah resepsi pernikahan selesai terlihat Devan mendekati Sisil yang saat ini masih berada di dalam kamarnya sedang bersiap untuk tidur. "Bersiaplah! Malam ini juga kita akan pindah ke rumahku. Aku tidak mau tinggal di sini berlama-lama." Devan terlihat masih cemberut karena tidak senang dengan pernikahan mereka berdua.
Sisil mengerutkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Devan yang menurutnya tidak masuk akal sama sekali,"Ini sudah hampir tengah malam, tidurlah di sini untuk malam ini. Besok baru kita pindah ke rumah kedua orang tuamu. Hari ini aku sangat lelah setelah acara pernikahan tadi." terlihat Devan yang acuh dengan apa yang dikatakan Sisil.
Devan merasa tidak nyaman tinggal di kamar sempit milik sosial Dia sudah terbiasa tinggal di kamarnya yang luas dan mewah.
Walaupun Devan anak seorang Kyai. Tetapi dia tidak menyukai kesederhanaan. Devan selalu minta kepada ayahnya untuk disediakan segala kebutuhannya yang terbaik.
Kyai Ibrahim yang hanya memiliki seorang anak mau tidak mau selalu mengikuti apapun yang diinginkan oleh putranya karena dia tahu kalau Devan melakukan itu semua hanya untuk membuat dia kesal dan marah kepadanya.
Sejak ibunya meninggal dan sang ayah menikah lagi Devan memang sudah berubah drastis sifat dan kelakuannya benar-benar sangat sulit untuk dikontrol dan mendapatkan predikat sebagai anak nakal Pak Kyai dari lingkungan sekitar mereka.
Devan lebih berat dengan kegiatan geng motornya daripada menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal menyelesaikan skripsi saja. Di usianya yang sudah masuk 25 tahun, Devan masih berkutat dengan skripsi yang tidak selesai-selesai.
"Kalau kau tidak mau ikut pindah denganku, malam ini Aku akan pergi sendiri." Devan sudah bersiap untuk meninggalkan rumah Sisil.
Akan tetapi Sisil yang sangat kelelahan tidak mempedulikan apapun yang dilakukan oleh Devan. Sisil malah membaringkan tubuhnya dan segera memejamkan matanya yang sudah terasa begitu berat. Sisil bahkan tidak mengganti gaun malam yang masih melekat di tubuhnya.
"Cih, dasar kebo! Menempel dengan bantal langsung nyenyak." Devan sekilas melirik ke arah Sisil yang tampak begitu cantik dengan gaun pengantin dan juga riasan make up yang masih menempel di tubuh dan wajahnya.
"Kalau di perhatikan, dia lumayan juga. Ya, standar lah. Dia tidak bisa dikatakan jelek juga. Tidak rugi juga menjadikan dia sebagai istriku. Setidaknya Abi tidak akan mendesak untuk menikah lagi ataupun meninggalkan Christina." hati Devan menghangat ketika mengingat tentang Christina wanita yang sangat dia cintai akan tetapi tidak pernah direstui oleh ayahnya karena perbedaan agama yang dimiliki oleh keduanya.
Devan yang sebenarnya juga merasakan lelah di sekujur tubuhnya. Devan akhirnya mengurungkan niatnya untuk kembali ke pondok pesantren dia pun kemudian membaringkan tubuhnya di samping Sisil.
Mereka berdua pun kemudian tidur lelap sampai subuh. Sehingga Devan tidak menyadari dirinya semakin mendekat mencari kehangatan dari tubuh Sisil yang begitu wangi karena gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.
Pada saat keduanya terbangun, tampak mereka terkejut karena mendapati dirinya saling memeluk satu sama lain.
"Aaaaaaaaa!" Devan dan Sisil berteriak sama-sama ketika mereka membuka matanya di pagi hari.
Tampaknya mereka berdua lupa tentang pernikahan yang sudah mereka lewati tadi malam.
"Kalian tuh apa-apaan, sih? Pagi-pagi berteriak-teriak begitu, ganggu orang saja sedang tidur!" Amelia mengetuk pintu kamar mereka sambil mengomel.
Sisil dan Devan saling menatap satu sama lain seperti mengingat sesuatu yang hilang sejenak di dalam pikiran mereka.
" Ya ampun aku lupa kalau kita sudah menikah!" Sisil terlihat memerah wajahnya setelah mengingat dirinya tadi memeluk Devan.
Devan yang merasa malu, akhirnya memilih untuk masuk ke kamar mandi. Karena pagi ini juga dia berniat untuk segera pindah ke rumah kedua orang tuanya. Devan tidak senang melihat Amelia yang begitu resek dan tidak bersahabat kepadanya.
Setelah selesai mandi dan juga sarapan, Devab langsung berpamitan kepada Rahmat dan Amelia dengan membawa Sisil beserta dirinya. Sisil terlihat begitu sedih karena harus berpisah dengan ayah tercinta yang telah mendampingi hidupnya selama 23 tahun lamanya.
"Jangan menangis putriku. Sekarang kau sudah menjadi seorang istri kau harus membina rumah tanggamu bersama suamimu dengan baik." Devan hanya memutar bola matanya dengan malas melihat adegan perpisahan yang penuh dengan air mata.
Devan melirik ke arah Amelia yang terlihat begitu bahagia dengan kepergian Sisil dari rumah itu.
'Dasar ibu tiri yang jahat!" Devan memang sangat alergi dengan segala yang berbau dengan ibu tiri karena dia juga membenci ibu tirinya hingga ke tulang sum-sum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Umi Tum
Devan tidak semua ibu tiri itu jahat 🤦
2023-06-27
1