Bab 2. Di Paksa Menikah

Rahmat yang merasa curiga karena ada bercak-bercak darah yang menuju kamar putrinya akhirnya mengetuk pintu kamar Sisil. Rahmat takut kalau putri kesayangan hasil pernikahannya bersama istri yang sangat dia cintai mengalami musibah.

"Sisil! Apakah kamu ada di dalam kamarmu, sayang? Kenapa ada begitu banyak bercak darah di lantai apakah kamu baik-baik saja, sayang?" Terlihat Rahmat yang begitu mengkhawatirkan putrinya yang sejak tadi tidak juga keluar dari kamarnya.

Sisil yang saat ini masih membersihkan luka-luka di tubuh Devan terkejut seketika mendengar suara Ayahnya di luar pintu kamarnya.

Amelia yang melihat sang suami berdiri di depan pintu Sisil langsung mendekati sang suami yang malam-malam bukannya tidur malah mencari keributan di depan kamar anak tirinya yang tidak dia suka.

Amelia memang tidak menyukai Sisil sejak dulu karena Sisil lebih cantik lebih pintar dan lebih dicintai oleh Rahmat ketimbang anaknya yang dia bawa dari suaminya yang pertama.

"Ada apa sih, Pah?? Malam-malam bukannya tidur malah ribut di sini. Eh, darah siapa ini Pah?" Amelia sontak terkejut ketika matanya tanpa sengaja melihat begitu banyak bercak darah di lantai yang belum sempat dibersihkan oleh Sisil karena dia harus membantu Devan yang sampai saat ini masih pingsan di ranjangnya.

Rahmat menatap istrinya yang terlihat panik seperti dirinya juga, waktu pertama kali melihat bercak darah itu di lantai.

"Ini Papa sedang menanyakan kepada Sisil tentang bercak darah itu. Papa takut kalau Sisil kenapa-napa." Rahmat mencoba menjelaskan kepada Amelia.

Karena lama tidak juga dibuka pintunya oleh Sisil. Amelia yang tidak sabar pun kemudian langsung mencari kunci cadangan dan memaksa masuk ke dalam kamar Sisil.

Mata keduanya terbelalak melihat Sisil yang saat ini sedang menyentuh tubuh seorang laki-laki tampan yang berbaring di atas ranjang tanpa pakaian. Hanya berselimut saja dari pinggang sampai ke kakinya.

"Sisil!! Omg!! Apa yang kau lakukan ini? Berani-beraninya kamu berbuat mesum di dalam rumah ini?" Amelia terlihat melotot kepada Sisil.

Akan tetapi di dalam hati Amelia dia bersorak bahagia karena akhirnya bisa menemukan suatu cara untuk menendang Sisil dari rumah itu.

'Akhirnya anak kurang ajar ini bisa juga aku tendang. Aku akan menyuruh Mas Rahmat untuk menikahkan dia dengan laki-laki itu yang sudah tidak senonoh di dalam rumah kami. Wah, beruntung juga Sisil karena memiliki suami yang tampan seperti laki-laki itu.' batin Amelia yang seperti menemukan sebuah cara untuk membuat Sisil keluar dari rumah suaminya.

Sisil yang terkejut melihat ayahnya saat ini sedang menatap tajam kepadanya dengan amarah langsung mendekati sang ayah dan berusaha untuk menjelaskan semua yang terjadi di dalam kamarnya.

"Pah yang terlihat oleh kalian ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Sisil hanya sedang menolong laki-laki ini yang tadi mengalami kecelakaan di jalan." Sisil berusaha untuk memegang telapak tangan ayahnya tetapi Rahmat yang sudah merasa kesal langsung menghempaskan tangan Sisil dari tangannya.

Amelia benar-benar merasa bahagia melihat kejadian itu. "Pah, Kita harus menikahkan mereka berdua ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal ini bisa menjadi aib untuk keluarga kita!" Dengan begitu bersemangat Amelia mengompor-kompori Rahmat agar hatinya panas dan menikahkan Sisil dengan laki-laki asing yang belum pernah mereka temui.

Sisil terkejut sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Amelia yang tidak masuk akal baginya.

"Mama jangan bicara sembarangan! Sisil tidak melakukan apapun dengan dia. Sisil hanya menolongnya dan mengobati luka-lukanya!" Sisil menatap tajam kepada Amelia yang langsung marah kepadanya.

Rahmat langsung memisahkan perdebatan antara Amelia dan Sisil yang membuat kepalanya semakin pusing.

"Jaga sopan santun mau Sisil! Karena bagaimanapun juga dia adalah ibumu!" Rahmat menegur Sisil yang dia rasa tidak menghargai Amelia sebagai ibunya.

"Ibuku sudah meninggal lama sekali! Papa jangan mengada-ngada! Karena selamanya Sisil tidak akan pernah anggap wanita jahat ini sebagai ibuku!" Mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya Rahmat langsung menamparnya.

Amelia benar-benar senang sekali melihat adegan itu dia pun semakin melancarkan aksinya dengan berpura-pura menangis.

"Mama tahu sejak dulu kamu tidak pernah menerimaku sebagai ibumu tapi tidak perlu juga kau begitu ekstrim seperti ini, Sisil!" Sisil benar-benar muak melihat Amelia yang sedang berakting di hadapan ayahnya.

Karena mendengar keributan yang ada di sekitarnya Devan pun kemudian membuka matanya dan merasakan sekujur tubuhnya yang begitu sakit.

Devan melihat ke sekeliling dan merasa terkejut ketika melihat begitu banyak orang yang saat ini sedang bersitegang di kamar sempit yang ditempati oleh Sisil.

"Kalian siapa? Kenapa ribut-ribut di sini? Aih! Kenapa kepalaku rasanya sakit sekali?" Devan menyentuh kepalanya yang terasa begitu berat.

Sisil yang merasa senang melihat Devan yang sudah sadar dari pingsannya langsung mendekatinya.

"Tenanglah saat ini kamu berada di dalam kamarku. Mereka berdua adalah ayah dan juga Ibu tiriku. Aku menolongmu ketika kamu mengalami kecelakaan. Apa kau ingat itu?" tanya Sisil mengecek apakah ada yang salah dengan Devan.

Devan terlihat berpikir dan terus menatap wajah orang yang ada di dalam kamar itu satu demi satu.

"Yah, aku mengingatnya. Aku sedang melakukan balapan liar bersama dengan teman-temanku di geng motor yang aku Pimpin. Tapi tiba-tiba saja ada polisi yang mengejar kami. Sehingga aku panik dan kehilangan fokus saat aku mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi dan akhirnya motorku jatuh karena menabrak pembatas jalan!" Devan menjelaskan semuanya kepada Sisil sehingga perempuan itu bisa memahami apa yang sedang terjadi kepada Devan.

Rahmat dan Amelia saling menatap satu sama lain setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Devan.

"Oh jadi kamu ini seorang berandalan yang sedang dikejar oleh Polisi? Pah laporkan saja dia ke kantor polisi kalau dia menolak untuk menikah dengan Sisil. Hmm, ingin melihat bagaimana wajahnya ketika dia berada dalam jeruji besi atas tuduhan berbuat mesum dengan Sisil di kamar ini dan juga balapan liar yang merupakan ilegal!" Amelia sengaja mengompor-kompori ayahnya Sisil agar mengikuti apa yang dia katakan untuk menikahkan Sisil dengan Devan.

Hanya membayangkannya saja Amelia sudah sangat bahagia bahwa Sisil akan menikah dengan seorang berandalan yang tidak memiliki masa depan dan calon orang blangsak masa depannya.

'Alangkah bahagianya melihat Sisil menjadi orang miskin yang tak berguna dan memiliki suami sampah seperti dia. Aku akan sangat bahagia sekali melihat Sukma yang bisa menikahi Rehan Dewangga yang merupakan seorang dokter hebat dan tampan. Lebih penting dari itu semua, Rehan adalah seorang pewaris dari sebuah rumah sakit yang sangat terkenal! Ya ampun baru membayangkannya saja hatiku sudah sangat bahagia sekali!' batin Amelia sambil senyum-senyum karena sedang membayangkan Sukma yang menikahi Rehan, calon menantu idamannya.

Rahmat menatap Sisil yang sejak tadi terus menggelengkan kepala karena tidak suka dengan apa yang dikatakan Amelia kepada Devan yang terlihat sebagai pemuda yang baik.

"Pah, kami berdua tidak melakukan apa-apa di kamar ini. Kenapa kalian harus memaksa kami untuk menikah?" Sisil tampak begitu frustasi dengan semua yang dikatakan oleh ibu tirinya yang sangat jahat kepadanya sejak dulu.

Terpopuler

Comments

Umi Tum

Umi Tum

lanjuut ....

2023-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!