Bab 3. Pernikahan Paksa

Setelah keadaan Devan sudah lebih baik. Mereka pun kemudian berbicara di ruang tamu untuk mendiskusikan perihal masalah pernikahan yang diinginkan oleh Rahmat dan Amelia yang akan mereka paksa harus terjadi kepada Sisil dan Devan.

Devan sebenarnya merasa bahwa saat ini dirinya sedang diperas dan di jebak oleh keluarga Sisil yang memaksanya untuk menikahi wanita yang asing di matanya. Karena dia memiliki seorang kekasih yang sangat dia cintai akan tetapi tidak direstui oleh ayahnya karena beda agama.

Rahmat bisa melihat penolakan di dalam mata Devan dan juga Sisil.

"Sisil!l Kamu adalah seorang wanita yang terhormat. Bagaimana mungkin kamu sembarangan memasukkan seorang laki-laki ke dalam kamarmu? Kalau berita ini sampai tersebar keluar nama keluarga kita pasti akan tercemar. Kehormatanmu sebagai seorang wanita akan dipertanyakan oleh semua orang!" Rahmat saat ini sedang berusaha untuk mencoba membujuk sisir agar menerima apa yang dia inginkan pada mereka berdua.

Devan melirik sekilas kepada Sisil yang terlihat begitu cantik walaupun hanya berpenampilan sederhana.

Devan sendiri tidak terlalu menggilai wanita-wanita seksi atau cantik. Karena bagaimanapun juga dia adalah seorang Gus, anak dari Kyai besar yang terhormat. Tidak mungkin dia berpikiran kotor seperti itu kepada seorang wanita asing seperti Sisil yang sudah menolongnya.

Kalau malam ini Sisil tidak membantu dia untuk meninggalkan tempat kejadian dia kecelakaan dirinya saat ini pasti sudah berada di dalam penjara karena ditangkap oleh Polisi.

"Baiklah aku akan menikahi anak gadismu. Diamlah! Tidak usah banyak cerewet! Kepalaku masih sangat pusing dan badanku sakit semuanya aku juga sangat lapar." Tanpa merasa canggung ataupun malu Devan langsung pergi ke arah dapur karena dia ingin makan.

Devan yang sudah merasa sebagai rumahnya sendiri karena mereka semua yang memaksa dirinya untuk menikahi Sisil tanpa merasa canggung sama sekali langsung menyantap makanan yang ada di atas meja dengan lahap.

Rahmat dan Amelia hanya bisa menatap satu sama lain melihat kelakuan barbar seorang Devan yang menurut mereka tidak punya sopan santun.

Bagaimanapun juga Devan sadar, apa yang terjadi pada dirinya malam ini memang benar-benar salah. Dia sebagai seorang laki-laki memiliki kewajiban untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan bertanggung jawab kepada Sisil yang sudah menolongnya dengan mengorbankan nama baiknya di hadapan keluarganya.

Sisil yang merasa kasihan kepada Devan yang pasti kelaparan akhirnya menemani pemuda itu makan di sana karena dia sendiri juga merasa lapar setelah seharian berada di luar rumah.

"Makanlah pelan-pelan! Nanti kamu keselek, tidak ada yang berbuat makanan denganmu!" Sisil menasehati Devan yang akan terburu-buru.

Tanpa sengaja mata mereka saling bertaut selama beberapa menit, saat Sisil mengambilkan lauk pauk untuk Devan yang sudah habis di piringnya.

Entah kenapa Sisil merasa jantungnya berdebar sangat cepat saat tanpa sengaja lengan Devan menyentuh telapak tangannya saat mereka sama-sama hendak mengambil nasi.

Interaksi antara Devan dan Sisil terus diperhatikan oleh Rahmat dan Amelia.

"Lihatlah mereka berdua siapapun yang melihat itu pasti langsung bisa mengetahui kalau mereka memiliki hubungan spesial masih saja berkelit kalau mereka melakukan hal-hal yang tidak senonoh di dalam kamar itu!" Amelia terus memanasi hati Rahmat agar benar-benar merealisasikan pernikahan paksa antara Sisil dan Devan.

Amelia tidak akan membiarkan masalah malam ini lepas begitu saja dia akan memanfaatkan untuk bisa membuat Sisil segera keluar dari rumah suaminya.

Sudah sejak lama Amelia merasakan Sisil sebagai duri di dalam dagingnya karena sang suami yang lebih menyayangi Sisil daripada Sukma yang merupakan anak dari hasil pernikahannya dengan suami pertamanya.

'Pasti akan sangat menyenangkan kalau melihat Sisil menikahi b******* seperti laki-laki itu! Sementara Sukma akan menikah dengan Rehan yang merupakan seorang dokter yang sangat kaya dan kaya karena anak pemilik rumah sakit yang besar di kota ini.' Otak jahat Amelia bekerja dengan sangat cepat merencanakan segala sesuatu agar pernikahan Sisil dan Devan benar-benar terjadi.

Setelah melihat Revan dan Sisil sudah selesai makan Rahmat pun kemudian memanggil Devan untuk bertemu dengannya di ruang kerja.

"Cepat telepon kedua orang tuamu untuk segera datang kemari malam ini juga kita harus merencanakan pernikahanmu!" Rahmat menatap tajam kepada Devan yang cukup terkejut mendapatkan pedoman semacam itu dari Rahmat.

Devan sendiri tidak terlalu mengerti apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh semua orang yang ada di rumah Sisil.

Devan bisa melihat kalau sesuai adalah seorang gadis yang baik dan tidak mungkin memanfaatkan kondisi itu untuk bisa menjadi istrinya.

Devan bisa merasakan bahwa Sisil tidak bahagia berada di rumah itu terlihat dari wanita yang mengaku sebagai ibunya Sisil terus saja memojokkannya dan menghina dirinya.

"Baiklah berikan ponselmu. Kelihatannya ponselku jatuh di jalan ketika aku mengalami kecelakaan tadi!" Devan pun mengulurkan telapak tangannya untuk meminta ponsel dari Rahmat.

Rahmat pun kemudian memberikan ponselnya kepada Devan yang terlihat memencet nomor telepon yang dia hafal.

"Abi, ada seseorang yang ingin bicara dengan Abi!" Devan pun kemudian memberikan ponselnya kepada Rahmat yang cukup terkejut mendengar Devan memanggil Abi kepada ayahnya.

Rahmat kemudian mengambil ponsel tersebut dan mulai berbicara kepada ayahnya Devan.

"Maaf apakah Anda ayah dari laki-laki yang tadi menelepon anda?" tanya Rahmat kepada Kyai Ibrahim yang terkejut mendengar suara orang lain berbicara dengannya.

"Benar, Devan adalah putraku. Kenapa dia bisa bersama Anda?" Kyai Ibrahim terlihat begitu panik memikirkan hal-hal negatif yang terjadi kepada Putra bengalnya yang sangat susah diatur.

Rahmat Kemudian menceritakan semuanya kepada Kyai Ibrahim tentang kejadian yang menimpa Devan malam ini yang membuat sang Kyai menjadi khawatir luar biasa dengan keselamatan putranya yang hanya satu-satunya.

Kyai Ibrahim kemudian langsung mendatangi rumah milik Rahmat dan menemui Devan yang masih terlihat pucat wajahnya karena hanya diobati begitu saja oleh Sisil yang cukup Mahir untuk mengobati luka-luka seperti itu mengingat dirinya adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sangat pintar.

Rahmat cukup terkejut ketika Kyai Ibrahim dan juga istrinya datang ke rumahnya.

Benar-benar tidak bisa berkata-kata karena ternyata laki-laki yang sejak tadi terus dihina istrinya ternyata adalah anak seorang Kyai yang sangat terkenal di lingkungannya.

Rahmat sampai tidak bisa berkata-kata ketika berhadapan dengan Kyai Ibrahim yang terlihat khawatir dengan keadaan Devan.

"Kamu baik-baik saja Devan? Ayo kita ke rumah sakit. Abi benar-benar sangat khawatir denganmu!" Kyai Ibrahim menyentuh telapak tangan putranya dengan penuh kasih sayang.

Akan tetapi Devan yang masih merasa kesal sontak menghempaskannya begitu saja dan itu dilihat oleh Sisil yang langsung mengerutkan keningnya karena ketidaksopanan yang ditunjukkan oleh Devan kepada ayahnya sendiri yang seorang Kyai terkenal.

Mendadak rasa suka yang tadi dirasakan oleh Sisil menghilang seketika melihat Apa yang dilakukan oleh Devan di hadapan ayahnya yang begitu sabar menghadapi kebengalan putranya yang tidak patuh kepada orang tuanya.

Akan tetapi Sisil tidak berani mengatakan apa-apa pada Devan. Karena saat ini statusnya hanyalah orang asing di dalam kehidupan Devan, belum resmi sebagai istrinya seperti yang diinginkan oleh ayah dan juga ibu tirinya.

Terpopuler

Comments

Umi Tum

Umi Tum

nggak sabar nunggu lanjutannya 🤔🤗

2023-06-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!