Salsa tidak bisa bekerja dengan tenang setelah Dimas memintanya untuk menikah dengan pria itu. Salsa sendiri tidak tahu alasannya karena setelah itu Dimas mengusirnya.
Ia juga harus segera pulang dan bekerja seperti biasa. Kebetulan jadwalnya masih sama dengan kemarin, yaitu saat sore hingga malam hari.
Salsa yang pendiam membuat beberapa orang temannya tak menaruh curiga saat ia benar-benar diam karena masalah besar itu.
Selama ini tak sedikitpun ia menceritakan kehidupan priabadinya dengan orang lain selain ayahnya. Sehingga saat terpuruk seperti ini, dukungan ayahnya lah yang ia harapkan tapi ia sadar ayahnya telah tiada.
Salsa pulang saat waktu hampir menunjukkan pukul 4 pagi. Ia memilih untuk tidur di mes karyawan di belakang minimaket yang memang disediakan oleh bosnya.
"Dari mana kamu?"
Baru saja membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa, ia sudah di sambut tak ramah oleh ibu tirinya.
"Baru pulang kerja," sahutnya tak kalah jutek. Ia berjalan masuk dan langsung menuju kamarnya yang berada di bagian paling belakang rumah ini.
Semenjak ibunya tiada, Salsa memilih tidur di kamar itu karena itu adalah kamar yang dulu ibu dan ayahnya tempat sebelum rumah ini di renovasi.
"Ibu nanya sama kamu, Salsa!" bentak wanita bernama Diana itu.
"Jangan sok peduli. Gajianku masih seminggu lagi!" balas Salsa cuek. Sudah menjadi hal lumrah baginya, diajak bicara hanya saat mendekati tanggal gajian.
"Dasar anak durhaka! Ayah kamu menitipkan kamu sama ibu tapi ini balasan kamu?"
Perlahan suara itu hilang dengan sendirinya seiring menutupnya pintu kamar yang telah usang itu.
Salsa menghela nafas panjang. Entah mengapa percakapannya dengan ibu tirinya itu selalu dalam kategori pertengkaran. Mereka tak akan saling sapa atau bicara satu sama lain selain karena bertengkar.
Sementara itu, di rumah sakit, Maya dan Dewa kembali membujuk Dimas agar mau bicara dan makan. Sejak kemarin, Dimas tidak makan apapun.
Dimas terlalu terpuruk dan hanya memupuk kebencian dalam hatinya. Pertama pada Salsa yang ia rasa sudah masuk dalam babak baru, yaitu balas dendam.
Tujuannya menjadikan Salsa pengganti Ralin untuk menikah dengannya adalah agar ia bisa membalas dendam pada gadis itu.
Ia akan mewarnai hari-hari dalam pernikahan mereka dengan penderitaan. Dimas tidak akan memberi kesempatan untuk istri pengganti itu merasa bahagia. Dimas sengaja memenjaraka Salsa dalam penjara yang ia sebut dengan pernikahan.
Kedua, pada Ralin. Ia berjanji aka membuat gadis itu menyesal telah menghinanya.
"Dimas, makan dulu, Nak!" Bujukan Maya ini mungkin sudah yang ke puluhan kali.
Damar mendekati Dimas dan duduk di samping ranjangnya. "Kamu harus kuat, Dim. Ralin akan merasa senang karena keputusan untuk meninggalkan kamu adalah hal yang tepat."
"Bangkitlah! Semangtlah! Buat dia menyesal karena telah meninggalkan kamu," Damar mengusap bahu Dimas.
"Jangan menyebut namanya. Aku gak peduli lagi. Dia menyesal atau enggak, ku anggap dia sudah mati," gumam Dimas.
Mendengar nama Ralin, membuatnya teringat perjuangannya beberapa tahun terakhir saat ia giat bekerja demi bisa memiliki saham terbesar ke dua di perusahaan.
Dia juga memberi modal pada Ralin untuk mulai membuka bisnis. Dimas bahkan berusaha agar Ralin bisa ikut memamerkan karyanya dibeberapa acara fashion show.
Namun, sekarang nama Ralin hanyalah angin lalu baginya. Perjuangan yang dulu ia lalui nyatanya tak sedikitpun dihargai. Hinaan yang Ralin lontarkan padanya membuat seluruh cinta dan rasa sayangnya lenyap tak tersisa.
"Kamu begitu membenci Ralin karena meninggalkan kamu, lalu kenapa kamu malah mau menikahi Salsa yang jelas-jelas sudah menyebabkan kamu jadi seperti ini?" tanya Damar yang ingin tahu alasannya.
Terkesan aneh saat seorang pria memilih menikahi wanita yang telah menghancurkan hidupnya.
Jadi, namanya Salsa. Batin Dimas.
"Ini pilihanku dan aku gak membiarkan siapapun menghalangiku. Aku akan tetap menikah di tanggal yang sama, meski dengan wanita yang berbeda," jawab Dimas.
"Apa alasannya karena ingin membuat Ralin menyesal?" tanya Damar.
"Anggap saja begitu," jawab Dimas sambil menyeringai.
Siang harinya, Maya dan Dewa datang ke rumah Salsa untuk mengatakan pada orang tua gadis itu bahwa Salsa harus bertanggung jawab.
Berbekal alamat dari KTP Salsa yang ditahan oleh Damar, sepasang suami istri itu berhasil menemukan rumah petak berwarna kuning yang hampir pudar itu.
"Cari siapa, ya?" tanya Diana yang membuka pintu dan melihat keduanya dengan seksama.
Dewa mengatakan niatnya datang untuk bertemu dengan Salsa. Detik itu juga Diana mempersilakan keduanya masuk. Penampilan rapi meski sederhana membuat Diana yakin kalau tamunya ini bukan orang sembarangan.
Diana membangunkan Salsa yang masih tertidur. Ia mengetuk pintu kamar Salsa.
"Ada apa, Bu?" tanya Salsa malas.
"Ada orang yang cari kamu," bisik Diana sambil melirik ke arah ruang tamu.
"Siapa?"
"Mana ibu tahu. Kelihatannya orang kaya. Kamu punya masalah apa sama orang kaya, hah?"
"Sebentar, aku bersiap dulu," jawabnya.
Salsa mencuci muka dan merapikan rambutnya. Ia juga penasaran siapa orang yang sedang mencarinya. Apa mungkin Damar?
Salsa tertegun saat melihat orang tua Dimas duduk di sofa usang di ruang tamu rumah itu.
Ia ikut bergabung dan ia merasa risih saat Diana meliriknya seolah bertanya urusan antara dirinya dan kedua tamunya itu.
"Kami datang untuk membicarakan hal serius. Bisakah kami bicara dengan ayahnya Salsa?" tanya Dewa sopan.
"Ayahnya sudah meninggal dua bulan lalu dan saya ibu sambungnya. Langsung pada intinya saja, Pak. Tujuan anda datang ke rumah ini untuk apa?" tanya Diana.
Ia yakin, ada masalah serius yang sedang Salsa hadapi. Tidak mungkin keduanya datang untuk melamar Salasa yang sama sekali tidak pernah terlihat bersama seorang pria pun.
Maya dan Dewa terkejut mendengar respon Diana yang sepertinya tidak menyayangi Salsa sedikitpun.
"Baiklah, saya sampaikan saja pada ibu selaku keluarganya."
"Salsa telah menyebabkan anak saya mengalami kecelakaan. Jadi, dia harus bertanggung jawab."
"Kamu benar-benar, ya Salsa!" bentak Diana. "Sudah ibu bilang, jual motor butut kamu itu, dan kamu bisa naik ojek saat berangkat kerja!"
"Kalau sudah begini, darimana kamu punya uang untuk menanggung pengobatan anak mereka?" tanya Diana.
Salsa menunduk lemah. Malu rasanya dibentak di depan orang lain seperti ini. Ia yakin, tamunya pasti merasa tidak nyaman.
"Bu, dengar dulu! Anak kami mengalami kecacatan di kedua kakinya. Dan pernikahannya batal karena calon istrinya tidak bisa menerima kondisi putra kami."
"Jadi, Salsa harus bertanggung jawab untuk menikah dengan putra kami dan mengurus putra kami sampai batas waktu yang saya sendiri tidak tahu sampai kapan," lanjut Maya.
Anak ini, hampir saja membuatku kehilangan rumah ini. Biaya pengobatan peia itu pasti akan membuat rumah ini habis terjual. Batin Diana.
"Lalu, bagaimana dengan dendanya, Pak?" tanya Diana cepat.
"Kami tidak meminta denda, kami hanya ingin dia mengabdikan hidupnya untuk mengurus putra kami yang mengalami keterbatasan dalam bergerak," jawab Dewa.
Dewa dan Maya sudah memikirkan matang-matang keputusan ini. Dan sepertinya memang ini yabg terbaik. Dimas pasti akan lebih leluasa jika istrinya sendiri yang mengurusnya, bukan seorang suster atau wanita lain yang berstatus hanya sebagai pekerja.
"Itu artinya Salsa akan tinggal bersama suaminya?" tanya Diana yang ingin menguasai rumah itu.
Rumah sederhana itu sudah diwariskan pada Salsa. Diana dan putri kandungnya harus angkat kaki kalau Salsa sudah menikah dan memiih tinggal di rumah itu.
"Tentu, karena kami harus mengawasinya dan memastikan dia merawat putra kami dengan baik," jawab Dewa.
"Saya setuju, Pak," sahut Diana.
"Saya akan membuatnya mengerti kalau ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," lanjut Diana seolah ia berada di pihak orang tua Dimas.
Salsa tak bisa mengelak lagi. Ia hanya bisa pasrah menerima keputusan itu. Mungkin hal itu jauh lebih baik dibanding harus mencari uang yang entah berapa banyaknya, atau yang lebih buruk lagi, ia harus mendekam di dalam penjara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
terima saja Salsa.. walaupun pun pahit..
2024-01-10
1
Febry Valentin
sedih amat ya salsa thour
2024-01-08
1
Nyoman Wirati
sabar ya salsa..
2024-01-06
1