“Kita sampai.” Jack menunjuk sebuah pohon kayu besar yang daunya sangat rindang, mereka menepikan perahu. Jack menenggelamkan perahu itu, entah untuk apa laki-laki itu melakukannya. Anna terus memperhatikan sekitar ia melihat semua pohon disini semuanya sama, hanya saja tepat di hadapanya adalah pohon yang paling besar.
“Ayo, lewat sini.” Jack mengajak Anna berjalan melewati pohon yang sangat besar itu, mereka berjalan melintasi rerumputan dan pohon-pohon besar.
Anna tersenyum melihat matahari mulai menyinari jalan, embun mulai menetes dari daun-daun pohon yang mereka lewati, udara terasa sangat sejuk, membuat siapapun yang berada di sana akan merasa nyaman, rumput yang dipijak masih terasa basah, nyanyian burung di pagi hari menemani langkah mereka.
Hampir dua jam mereka berjalan dan tidak tahu pastinya berapa lama atau berapa jauh
mereka berjalan, tiba-tiba terdengar suara.
“Kriuk...” tepat, itu suara perut Anna.
“Jack, aku lapar!” Laki-laki itu tidak menghiraukan teriakan Anna, dia terus berjalan, ada beberapa rusa yang lansung berlari melihat kehadiran mereka. Anna kesal melihatnya,
“Sekarang aku akan mati kelaparan.” Anna bergumam sambil berjalan, hampir tiga jam dari terakhir Anna berteriak bahwa ia lapar dan selama itu pula perutnya tidak berhenti berteriak meminta diisi. Gadis itu terus berjalan sambil menunduk sesekali meraba perutnya.
Buk...
Anna menabrak punggung Jack, dengan lemas gadis itu mengosok kepalanya sambil mendongak lemas.
“Ini.” laki-laki itu menyodorkan sebuah apel, “Makanlah.”Anna tersenyum lebar langsung melahap apel yang di berikan Jack.
“Dari mana kau dapat kan ini?” Apel yang di berikan pria itu tinggal bagian tengahnya.
Jack hanya diam menatap cara Anna memakan apel, kemudian ia menunjuk keatas, tepat diatas mereka adalah pohon apel yang sedang berbuah dan bukan hanya itu saja, pohon apel yang berbuah ada beberapa di sekitarnya. Jack berusaha memetik buah apel sebanyak mungkin sambil memakanya begitu juga dengan Anna.
“Kita harus membawa ini untuk guruku.” pria itu terus memasukan buah apel yang merah kedalam tasnya.
“Tasku sudah penuh, Jack.”
***
Sekitar lima ratus meter mereka berjalan langkah gadis itu tiba-tiba terhenti.
“Itu rumah guruhmu?” Gadis itu menunjuk sebuah rumah dari batu yang tidak terlalu besar dan cerobong asap yang sedang mengepul serta ada beberapa kuda di depan rumah itu.
“Iya, ayo cepat sepertinya guruku masih ada di rumah.” Jelas Jack sambil memperhatikan wilayah sekitar, dia mengendap-endap percis seperti maling yang akan membobol rumah mangsanya.
“Jangan berisik.” Jack memperingatkan Anna, gadis itu menautkan alisnya tanda binggung.
“Aku bahka tidak bersuara, bukanya dia sendiri yang paling gaduh dan mencurigakan.” Anna bergumam dalam hati, ia menarik kata-kata sebelumnya kalau Jack tampan, sekarang gadis itu menyimpulkan pria di depanya menyebalkan.
Anna berdiri tepat di belakang Jack yang sedang mengetuk pintu, tidak beberapa lama keluar seorang pria tua. Seketika Anna membesarkan bolah matanya, menatap pria tua di hadapanya yang sedang tersenyum lebar.
“Jack, Anna, cepat masuk.’’ Guru Jack mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah.
Anna terus memperhatikan guru Jack, dia mirip Pak Robert si penjual buku, hanya saja dia sekarang lebih tinggi dan lebih berisi, terdapat janggot yang panjang sampai ke dada.
“Pak Robert?“ Anna menyapa guru Jack.
“Sepertinya kita telah bertemu di kehidupan mendatang, tepatnya di dunia mu.” Jawab pria tua itu sambil tersenyum ramah.
“Anda sangat mirip deng-” Belum sempat Anna menyelesaikan kalimatnya, ia ingin mengatakan bahwa Robert mirip dengan guruh Jack, tapi mengapa ada pak Robert dalam mimpi aneh ini?
“Aku Roberto, mungkin yang kau temui sebelumnya adalah aku yang telah terlahir kembali, tapi percayalah aku belum pernah bertemu denganmu sebelumnya.” Jelas Roberto sambil memberikan segelas air minum pada gadis yang masih terlihat binggung.
Beberapa kali Anna mengerjapkan matanya, ia masih berusaha mencernah ucapan Roberto yang mengatakan bahwa Robert adalah ia yang terlahir kembali adalah masa depan Roberto. Itu berati Anna juga berasal dari masa depan di negeri ini. Benar disini masih seperti kehidupan orang zaman dulu, tidak ada televisi, ponsel, listrik, mobil atau motor, semuanya masih menggunakan kuda atau berjalan kaki, “Dasar bodoh Anna, kenapa kau tidak menyadarinya dari tadi ha!” gadis itu mengangguk seperti orang gila.
“Dari mana anda tau namaku?” Anna menatap heran mengapa semua orang disini tahu namanya?
“Sepeti artis saja, semua orang mengenalnya, hahaha benar-benar lucu” Anna kembali tersenyum geli, ternyata semuanya tidak terlalu buruk, setidaknya ia populer di negeri asing ini.
“Dari buku ramalan leluhur kami, dan Jack mengatakan ia sering melihatmu datang kesini.”
***
Flas back Jack
Seorang pria sedang berjalan di hutan sekedar untuk mencuri buah apel milik guru Roberto, sebenarnya ia tidak mencuri hanya saja memetik tanpa izin, itulah kebiasaan yang sudah pria itu lakukan selama ini, karena ia juga ikut andil dalam menanam pohon-pohon itu. Ketika pria itu kecil ia bersama gurunya menanam pohon apel di kebun itu dan setiap hari ia harus menjaganya dari rumput liar, selain itu ia juga harus menyiram pohon-pohon yang telah di tanam.
Tapi itu dulu, sekarang Jack tidak pernah melakukannya lagi, sekarang ia tinggal memetik hasil buah dari pohon itu, tidak ada yang sia-sia jika seseorang menanam sesuatu ia akan memetik hasilnya kelak.
Jack terus menyelusuri kebun apel, itu langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis yang sedang duduk menatap kumpulan buah Apel yang masih menempel di pohonya. Jack hanya memperhatikan, gadis itu hanya diam.
“Dasar pencuri, mengapa ia tidak memetiknya? Apa ia tidak bisa memanjat?” gumam Jack dalam hati biasanya seseorang akan langsung memanjat pohon apel itu jika ia lapar kemudian setelah kenyang ia akan lari bukan malah duduk menatap buahnya.
Pria itu melangkah dengan pelan, bermaksud untuk menyergap gadis pencuri itu, Jack mendekati gadis itu dengan hati-hati.
Kreekk...
Tanpa sengaja, Jack menginjak sesuatu yang tergeletak di tanah, dengan segera Jack melihat apa yang ada di bawah kakinya ternyata sebuah ranting pohon, sesaat kemudian pria itu kembali mengarahkan pandanganya kearah gadis itu, tapi ia tidak menemukan siapa-siapa.
Jack mencobah mencarinya tapi tidak menemukannya “Gadis itu menghilang.” pria itu mendengus kesal meyesali kecerobohanya, sekarang ia kehilangan gadis pencuri itu.
Hampir sebulan setelah kejadian itu Jack dan Lily di perintahkan Roberto untuk mencari tanaman obat di hutan. Setelah satu jam mereka mencari bersama.
“Jack sebaiknya kita berpencar, hari semakin sore kita tidak akan mendapatkan semuanya jika bersama.” Lily menginggatkan, benar apa yang di katakan Lily semua jenis tanaman obat harus mereka temukan, jika terus bersama mereka tidak akan berhasil menemukan semua tanaman itu sebelum malam, jika mereka berpencar itu akan mempercepat pencarian mereka.
“Baikla, kita akan bertemu di rumah saat malam.” Jack kemudian pergi meninggalkan Lily.
Jack terus mencarih jenis tanaman yang di mintah Roberto hingga ia tiba di pinggir tebing yang curam, pria itu melihat tanaman yang dimintah gurunya menempel pada tebing yang curam itu. Dengan hati-hati ia merembat di tebing itu untuk mengambil tamanan yang merupakan bahan utama dalam pengobatan.
Jack menitih tebing, langkah demi langkah, tanganya dengan kuat menempel pada batu untuk menjaga keseimbangan tubuhnya agar ia tidak jatuh, tapi itu tidak cukup ketika pijakan kakinya salah, ia menginjak batu yang tiba-tiba runtuh, seketika kakinya tergelincir karena sisi tebing yang sangat licin, pria itu terjum bebas.
Ahhkkk!
Pria itu berteriak, “Aku akan mati.” gumamnya.
Tiba-tiba semua terasa gelap, pria itu tampak terpejam dengan damai. Entah berapa lama Jack terpejam, pria itu merasa lemas seluruh tubuhnya terasa sakit, kepalanyapun terasa pusing perlahan dia membuka matanya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya seorang gadis yang sedang menatapnya, terukir jelas raut khawatir terpancar dari mata yang berwarna hitam pekat itu.
“Wanita ini, wanita yang kemari.”gumam Jack dalam hati, pria itu tidak menjawab ia hanya diam sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya.
“Sebaiknya kau pulang sekarang sudah malam, ini tanaman yang kau cari.” gadis itu memberikan beberapa bungkus tanaman yang telah di ikat daun lebar.
“Pulang? aku baru saja terjatuh dari tebing yang tinggi, aku yakin aku telah mati.” gumanya dalam hati.
“Ayo bangun, apakah kau tidak bosan berbaring di tanah?” gadis itu menatap Jack sambil tersenyum.
“Aku, aku belum mati?” Jack membuka suarahnya yang agak serak.
“Tadinya iya.” jawab gadis itu terkekeh.
“Apa?”Jack tampak binggung, gadis ini tampak gila.
“Aku harus pulang.” jawab gadis itu sambil tersenyum, sesaat kemudiania melangkah pergi meninggalkan Jack.
“Tunggu!” Jack berusaha bangun dengan susa paya, ia mencari sosok yang telah menolongnya tapi wanita itu sudah menghilang, Jack memperhatikan tubuhnya, tanganya merabak kepalanya yang terasa pusing tampak ada bekas darah menempel di tanganya, tapi tidak ada luka di kepalanya, ”Darah siapa sebenarnya ini?”
Dengan susa paya Jack kembali ke rumah Roberto, dan mencerita kejadia itu pada gurunya.
“Jadi ia sudah kembali.” Roberto membuka suarahnya.
“Dia siapa?” Lily dan Jack bertanya bersamaan,
“Kau tau buku ramalan leluhur menyebutkan setelah seratus tahun akan ada gadis yang membawah batu itu kembali.” Roberto menerawang ia tersenyum bahagia sebentar lagi semua akan terungkap.
“Batu?” Jack dan Lily tampak binggung melihat raut wajah guruhnya yang tampak senang, mereka tidak pernah melihat Robert sebahagia ini sebelumnya.
“Batu yang membawah kebenaran.” Jelas Roberto.
Waktu terus belalu mulai dari hari berganti menjadi minggu kemudian menjadi bulan, hampir setahun dari kejadian itu Jack terus mencari gadis yang menyelamatkanya ia sangat ingin berterimakasih. Kadang-kadang Jack merasakan bayangannya sedang berdiri di hadapanya, tapi setiap ia mencobah mendekat bayangan itu selalu lenyap.
Hari ini ia berniat memetik apel guruhnya tanpa izin lagi, ia melihat seseorang disana seorang yang selama ini ia cari, beberapa kali pria itu memejamkan matanya memastikan kalau itu nyata, bukan hanya bayangan seperti yang selama ini menghantuinya, Jack bahkan mencubit lenganya sendiri dan terasa sakit, membuat ia meringis. “Tidak salah lagi, wanita itu nyata.”
Jack segera mendekatinya tanpa menimbulkan suara dengan cepat ia telah berada di samping wanita itu dan mencengkram tangan kananya, membuat wanita itu terkejut.
“Lepaskan aku!” gadis itu ketakutan, ia tampak seperti pencuri yang tertangkap.
“Aku tidak akan menyakitimu, aku berjanji akan melepaskanmu, tapi kau juga harus berjanji tidak akan menghilang.” Jack menatap mata hitam pekat itu, ia bisa melihat mata itu ketakukan bahkan sekarang berkaca-kaca.
“Aku berjanji.” lirih gadis itu sambil menunduk, sesaat kemudian Jack melepaskan tangan gadis itu, ada rasa bersalah yang di rasa pria itu, seharusnya ia tidak menakuti orang yang telah menyelamatkanya.
“Siapa nama mu?” Jack bertanya sambil tersenyum untuk menghilangkan ketakutan gadis itu.
“Anna.” jawab gadis itu, kemudian menatap buah apel yang tampak masih menempel di pohonya yang tepat berada diatas mereka. “Aku akan mengambilkanya untukmu.”
Belum sempat Anna melarang pria itu, Jack sudah melompat mengambilkan buah itu untuknya.
“Makanlah.” Jack meenyodorkan apel pada gadis di hadapanya.
“Terimakasih.” jawab Anna sembaring memakan buah apel itu.
Jack tidak berhenti menatap Anna yang sedang mengigit Apel di hadapanya, “Gadis yang cantik.” gumamnya dalam hati.
Sesaat kemudian gadis itu tersenyum pada Jack, tiba-tiba jantung pria itu berdetak dengan cepat, ia merasa sangat aneh, “Mengapa ini terjadi? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya” dadanya terasa sangat nyeri dan sekarang ia sulut bernapas.
“Aku harus pulang.” Anna membuka suarahnya setelah menghabiskan buah apel tadi.
“Tunggu, di mana rumahmu?” Jack bertanya menyelidik, ia tidak ingin kehilangan gadis yang telah menyelamatkanya.
“Rumah ku sangat jauh, tapi jika kau bisa menemukan sebuah bukit di tengah hutan, aku tinggal di sekitar bukit itu.” jawab Anna sembaring mengingat lokasih rumahnya. Jack mengangguk sesaat.
“Bagaimana kau kembali ke rumah, bukankah hutan sangat jauh dari sini?” Jack menatap heran pada gadis di hadapanya, ia tidak membawah kuda, apa mungkin Anna berjalan kaki menyelusuri hutan, tapi itu terlalu jauh, kalaupun lewat sunggai perlu waktu hampir seharian untuk sampai ke tengah hutan.
“Aku bisa kembali kapanpun.” jawab Anna sembaring meninggalkankan Jack yang masih terlihat binggung.
Flas Off
***
Anna duduk di atas kursi kayu panjang dan sebuah meja di hadapanya terdapat sebuah pot bungga dari kramik berwarna coklat dan beberapa tangkai bunga lily berwarna putih yang menyebarkan bau harum dalam ruangan itu.
“Ini.” Anna mengeluarkan buku coklat berwarnah tanah dari tasnya yang masih terasa lembab setelah ikut tercebur bersamnya di sungai saat buaya menyerang mereka tadi malam. “Apakah kau bisa mengantarku pulang kerumah, Roberto?”
Roberto mengambil buku itu sambil tersenyum, “Aku akan membatumu pulang, tapi semua tergantung padamu. Buku ini memang pintu masuk ke dunia ini tapi bukan pintu keluar menujuh duniamu, kau memiliki kelebihan untuk mengungkapkan kebenaran.”
Anna masih tampak binggung mencernah perkataan Roberto ”Jadi mana pintu atau jalan pulangku?”
“Di tempat seharusnya kau meletakan batu itu.” Roberto beranjak dari tempat duduknya mengambil sebuah buku tua yang hampir mirip buku yang Anna bawah, hanya sampulnya berwarnah hitam pekat, pria tua itu membuka buku itu tepat di bagian tengah buku itu terlihat gambar mirip sebuah petah seperti labirin yang tidak bisa jelaskan bentuknya, ada gambar seperti bulan di sudut kiri dan matahari di sudut kanan labirin itu.
“Gambar ini mirip.” Anna sambil menunjuk ke sampul buku coklat berwarnah tanah.
“Iya, Ini adalah jalan pulangmu.” Roberto menjelaskan.
“Ini, maksudmu aku harus ke tempat ini?” Anna bertanya tampa melihat Roberto, mata
gadis itu masih sibuk memperhatikan gambar pada buku itu.
“Ya.” Roberto menarik napas dalam, “Tidak ada jalan lain, di buku leluhur tertulis pintu keluar akan terbuka jika batu kebenaran telah di letakkan di tempatnya.” Roberto menjelaskan.
Anna mengangguk ia mengerti sekarang, tapi yang jadi pertanyaan, “Dimana tempat itu? Apakah kau tahu?”
Pria itu menggeleng, “Hanya dirimu dan raja Reaves yang tahu dimana tempatnya.”
“Maksud guru kita harus menghadap raja, kita pasti akan mati!” selah Jack yang dari tadi diam.
“Tentu saja tidak, jika kita meminta jalan pada raja Reaves kita akan mati, sebelum sempat meletakan batu itu pada tempatnya dan sebelum kebenaran terungkap.” Roberto menjawab.
Jack mengangguk kemudian mengeluarkan apel dari tasnya, ”Ini untuk mu guru.” Jack menyodorkan apel pada Roberto sambil tersenyum.
“Jack kau memetikan apel di kebuku?” Roberto terlihat marah, matanya melotot pada Jack.
Anna terdiam lalu berpikir “Ternyata apel yang mereka petik adalah tanaman yang sengaja di taman Roberto.” gumam gadis itu dalam hati.
Jack hanya tersenyum, “Maaf guru tapi gadis itu kelaparan tadi.” bela Jack sambil menunjuk Anna.
“Ma-Maaf Roberto, aku be-benar tidak tahu kau itu apelmu, maafkan aku.” Anna benar-benar merasa bersalah sekarang.
“Sudalah tidak apa-apa.” Roberto tersenyum lembut pada Anna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ree.Pand
menarik
2020-07-11
0