Episode 3 Tempat Asing

“Makanan siap, ayo makan!” suarah itu jelas dari mbah petugas asrama. Wanita tua yang berumur sekitar enam puluh lima tahun, berbadan tambun yang sangat ramah dan pandai memasak.

Seperti biasa malam ini mereka mengantri untuk menikmati makan malam bersama teman-teman, inilah saat paling menyenengkan bagi Anna. Sambil makan mereka bisa bercerita banyak hal, kadang mereka tertawa bersama dan terkadang diam seribu bahasa.

“Ini mengingatkanku dirumah.” Anna memulai membuka pembicaraan.

“Saat makan harus bersama-sama di meja makan. Aku selalu ingat perkataan ibuku,” Anna berusaha menirukan suarah ibunya yang agak cempreng ”Kalau makan itu harus bersama anggota keluarga, karena sebentar lagi kalian akan membangun rumah tangga masing-masing, besar kemungkinan akan hidup terpisah, jadi sekarangla waktunya bersama. Ya, seperti itulah ibuku.”Anna terlihat sedih tapi ia mencobah memaksakan tersenyum walau tidak sampai ke mata.

“Di rumah ku siapa yang lapar langsung mengambil makan sendiri, kami jarang makan bersama.” Wil menjelaskan kondisi keluarganya.

“Di rumahku juga.” Xiang menanggapi ucapan Wil, memang keluarga Xiang jarang berkumpul jangankan makan bersama, untuk tinggal bersamapun jarang. Semua keluarganya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, terlebih gadis ini hanya tinggal bersama ibunya di Indonesia, semua keluarganya tinggal di China setelah ayahnya meninggal.

“Sudahlah jangan banyak bicara. Makanlah yang fokos nanti kalian tersedak.” Jesika mengingatkan ”Tapi aku bersyukur bisa makan bersama kalian setiap malam.” tambahnya.

Anna mengganggap mereka bukan hanya teman sekamar tapi juga keluaraga. Keluaraga baru, karena ia jarang bertemu keluarganya, setiap minggu atau di waktu luang ia akan menghubungi keluarganya menanyakan kabar, atau sekedar ingin bercerita tentang kejadian di kampusnya pada orang tua dan adiknya.

“Aku selesai.” Anna tampak telah menghabiskan makan malamnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamar melewati beberapa jendela kaca“Hujan turun lagi.” bisiknya dalam hati.

Rintihan air itu tidak menunjukan akan redah, padahal dari tadi siang sudah hujan.

Anna melihat buku yang tadi beli entah kenapa ia memutuskan untuk membaca buku coklat mirip warna tanah, yang di ujung sampulnya tampak jelas bekas dimakan rayap. Jangan tanya bagaimana Anna membaca tulisan di buku itu yang berbahasa Prancis.

Saat pertama Anna membuka buku itu timbul perasaan aneh, ia sangat terkejut suara pertir sangat kencang seakan ingin merobek gendang telinganya, ia tahu ini pasti karen hujan. Halaman pertama buku itu tertulis :

“Memulainya dengan keykinan, lupakan juka ragu, petualangan bermula disini.”

Anna sendiri tidak yakin atas apa yang baru ia baca. Gadis itu mulai membaca buku ini berkisah tentang seorang anak yang tersesat di hutan, kemudian dia berusaha kembali ke kampung halamanya, dia terus berjalan menyelusuri pepohonan dan ... Hitam, bukan ini bukan hitam tepatnya.

Tiba-tiba...... Gelap, lampu di asrama mati.

“Ahhh.... sial!” Anna berteriak kesal bagaimana mungkin lampu bisa mati sekarang?

“Mbah kok lampunya mati!” jerit teman-temannya dari ruang televisi. “Ya, kok nanya embah sih neng? tanya PLN dong.” bela Mbah si penjaga Asrama.

Anna hanya tersenyum mendengar percakapan merekan, ya mereka semua akan protes kalau tiba-tiba lampu mati, namanya juga anak asrama, tapi benar apa yang di katakan mbah.

Anna menutup bukunya ”Aku belum membaca satu halaman, bahkan hanya dua paragraf, tidak bisa membaca kalau gelap seperti ini.” Tidak beberapa lama gadis itu menguap rasa ngantuk menghampirinya, ia memutuskan untuk menutup mata yang lelah.

***

Deretan pohon berjajar di hadapnnya, gadis itu berlarih dengan kencang dan tidak tentu arah, keringgat bercucuran membasahi tubuhnya. Ia mencobah mencari jalan agar bisa kembali kerumah.

Suarah jangkrik terdengar jelas di telinganya, beberapa burung terbang dari sekitar pohon yang ia lewati, gadis itu sangat ketakutan, ia berharap agar terbangun dari mimpinya, “Siapapun tolong bangunkan aku, aku tahu ini cuma mimpi!” jeritnya “Tolong bangunkan aku!” teriaknya sekali lagi.

“Anna cepat bangun kita tidak ada waktu lagi.“ suara pria yang terasa sangat lembut tapi cukup tegas.

Anna mencobah membuka matanya melihat kamar tidurnya kamar ini terbuat dari kayu dan terdapat meja hias didepan tempat tidur di sertai lilin dua buah di depannya sebagai penerangan.

“Ini bukan kamarku.” Anna melebarkan matanya dan mencubit pipi kananya dan terasa sakit,“Apakah aku masih bermimpi?” pertanyaan itu muncul dalam hatiknya. Anna benar-benar bingun, ia kembali memejamkan mata ia yakin ini hanya mimpi.

“Aduuuh!” suarah jerit kesakitan muncul dari mulut gadis itu saat ada sesuatu yang memukul dahinya. Sosok pria baju hitam itu terlihat waspada dan terburuh-buruh ia sesekali melihat kearah jendelah.

“Kenapa kau memukulku!” Anna berteriak dengan suarah agak serak khas orang bangun tidur, gadis itu sambil mengusap dahi dan matanya.

“Cepat bangun kita harus pergi!” perintah pria berbaju hitam. Anna kembali memejamkan matanya tidak mempedulikan pria yang berdiri di sampingnya.

”Ini bukan mimpi.” jelas pria berbaju hitam tadi.

Anna masih diam di tempat tidur dan memejamkan matanya.

“Apa yang pria dimaksud bukan mimpi?”gumamnya dalam hati.

Dua buah tangan mengangkat bahu wanita yang terbaring diatas ranjang dan memposisikanya untuk duduk. Sontak membuat Anna membuka matanya dan menepis tangan tersebut. Anna menatap memperhatikan sekilas pria ini, ia mirip dengan pria berbaju hitan yang ia temui tadi saat menunggu bus dan di tokoh buku.

“Nanti ku jelaskan di jalan!” laki-laki itu melempar sebuah tas yang berwarnah coklat terbuat dari kulit hewan pada Anna.”Ayo cepat bangun, mereka mengejar kita, aku pastikan kau tidak akan bisa kembali kalau tertangkap!” jelasnya, sambil memasukan barang-barang dalam tasnya.“Cepat masukan barang-barangmu!” perintahnya sekali lagi.

“Kenapa mimpi ini sangat aneh, mengapa aku bertemu pria ini dalam mimpi ku?” tanyanya dalam hati.

Pandangannya gadis itu mengarah pada meja rias di depan tempat tidur, tampak buku coklat seperti warna tanah tergeletak diatasnya, ia ingat sebelum tidur ia membaca beberapa paragrap pada buku itu, pasti ini cerita dalam buku itu terbawah mimpi dan Anna sangat yakin hal itu.

“Cepat masukan buku itu, ambil mantel mu, diluar sangat dingin.” suarah pria itu membuyarkan lamunanya.“Cepatlah, apakau ingin tertangkap?!” pria itu melemparkan sebuah mantel kulit pada Anna, gadis itu langsung merainya dan memasukan buku coklat itu dalam tasnya.

Pria berbaju hitam itu membawah tas yang hampir sama dengannya hanya saja ukurannya lebih besar, kemudian menarik tangan kanan Anna, gadis itu memberontak mencobah melepaskan diri tapi gengaman pria itu benar-bebar kuat. ”Kita harus lewat pintu belakang!” Tegasnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya bermimpikan?” tanya Anna bingung.

“Tidak!“ Jawab pria itu tampa memberhentikan langkahnya dan terus menyeret Anna keluar.

“Apa maksudmu dengan tidak ha? Dan lepaskan tanganku!” Anna berteriak pada kalimat

terakhirnya, berharap pria itu melepaskan gengamnya.

“Nanti ku jelaskan di jalan, kita harus menuju bukit.” pria itu melepaskan genggamanya.

Di tengah kebingunan Anna mengikutinya berlarih tepat dua meter di belakangnya, setelah hampir setengah jam mereka berlari, wanita itu masih tersengal-sengal menarik napas.

“Aku akan mati, aku pasti akan mati.” Hal itu yang ada dalam pikiran Anna sekarang ini,

“Mana bisa aku terus berlari seperti ini, aku ingin bangun dari mimpi ini, siapapun tolong bangunkan aku sekarang!” Anna berteriak.

Tepat lima meter di depannya pria berbaju hitam berdiri di samping bukit, tempat mereka berlari saat ini, pria itu melihat rumah yang tadi mereka tinggalkan. Anna mengikuti pandangan pria di depannya kearah rumah itu. segerombolan orang berbaju hitam dan sebagian lagi menaiki kuda yang gagah sedang berada di depan rumah itu.

“Kita harus cepat!” perintah pria berbaju hitam.

Anna terus berlari sebisa mungkin tidak terlalu jauh darinya.

“Aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku lagi.”gadis itu mengeluh, ia hanya berusaha bernapas sambil berlari tidak memperdulikan keringat yang membasahi tubuhnya. Anna sempat menoleh kebelakang melihat rumah yang baru mereka tinggalkan, tampak kobaran api yang sangat besar berwarnah merah membuat pemandangan yang agak aneh menurutnya, “Ini percis seperti api unggun tapi bersekala besar.” gumam Anna dalam hati tanpa memberhentikan langkahnya.

“Disana!” pria berbaju hitam menunjuk kearah pohon yang berjajar sangat tinggi.“Di balik pohon itu ada sungai dan perahu, kita harus cepat!“ tidak berapa lama mereka tepat berdiri di tepi sungai dan tampak sebuah perahu yang berukuran sekitar tiga meter terdapat atap diatasnya sedang mengapung di hadapan mereka.

“Apakah kau pernah menaiki perahu, Anna?” tanya laki-laki itu tanpa menoleh, ia kemudian melangkah dengan hati-hati memasuki perahu itu.

“Iya, waktu kecil.” Anna berpikir sejenak dari tadi pria itu tahu namanya, tapi dari mana pria ini mengenalnya, ini benar-benar aneh.

“Bagus, setidaknya kau tidak akan muntah diatas perahu ini.” pria itu kemudian mengulurkan tanganya meminta gadis itu untuk naik.

Arus air itu lumayan deras walau terlihat tenang di bagian atasnya, perahu itu berjalan mengikuti arah arus sungai yang telus mengalir ke arah hilir, hal itu tidak membuat pria itu berhenti mendayung perahu dengan sebuah bambu panjang. Mereka harus cepat agar tidak tertangkap. Hampir sejam mereka hanya membisu sibuk dengan pikiran masing-masing, Anna masih bingung apa yang terjadi sebenarnya, ini hanya mimpi ia harus bangun secepatnya, Anna berpikir keras.

“Tunggu, aku pernah mendengar istilah Lucid Dream, sebuah kondisi seseorang sedang mengalami sebuah mimpi dimana dalam mimpi tersebut, pikiran kita sadar dan mampu menyadari bahwa saat itu merupakan sebuah mimpi, seseorang bisa mengendalikan mimpi itu dan bisa melakukan apa saja di dalamnya sekuat imajinasinya. Ya, aku sadar aku sekarang sedang bermimpi atau imajinasiku saja, berarti aku bisa mengendalikan mimpi ini, tapi hal yang paling aku butuhkan adalah terbangun dari mimpi aneh ini.” Anna mengangguk sambil mengetukan jari pada dagu.

“Kau tidak bermimpi Anna.” Kalimat itu muncul dari mulut pria berbaju hitam, membuat definisi yang baru saja Anna rangkai menjadi hancur.

”Apa maksudmu berbicara seperti itu? Apakah ini nyata?”Anna masih bingung dengan ucapan pria itu yang tidak masuk akal baginya.

“Bisa dibilang hampir nyata, tapi bila kau tertangkap ini akan jadi kenyataan yang pahit, buku yang kau baca di toko buku itu adalah pintu masuk, dan mereka mengejarmu tepatnya kalung mu.“ pria itu menjelaskan.

“Sebentar, aku benar-benar tidak bisa berpikir, kau bilang buku ini pintu masuk? Pintu masuk apa? dan kalung ini?” gadis itu menunjuk sesuatu yang melingkar di helernya,

“Kalung yang aku beli di pinggir jalan, apa istimewanya dengan benda ini.” Anna benar-benar bingung.

“Buku itu adalah pintu masuk ke negeri kami, aku tahu jika ini akan terjadi, karena itu aku mengikutimu dari tempat tinggalmu.” Ia menunjuk tas yang mengantung di tubuh Anna yang di dalamnya terdapat buku berwarna coklat mirip warna tanah.

“Aku Jack, aku di tugaskan untuk menjagamu.” Pria itu menyodorkan tanganya untuk bersalaman, Anna terlihat ragu, tapi akhirnya menyambut uluran tangan itu sebagai tanda perkenalan mereka.

“Tapi bagaimana kau tahu tempat tinggalku, buku dan kalung ini? aku benar-benar binggung.” siapapun akan bersikap sama dengan Anna jika mengalami sebuah mimpi yang membingungkan dan terlihat nyata seperti ini.

“Aku melihatmu beberapakali di toko buku itu, aku sering bertemu denganmu di sini, dan aku tahu ini akan terjadi.” Jack menjelaskan.

“Bertemu denganku? di sini? Bagaimana bisa? Aku tidak perna kesini, ini hanya mimpikan? Kau mengerjaiku, ini benar-benar tidak lucu, cepat bangunkanku!” Perinta Anna masih terlihat binggung, kepalanya hampir pecah memikirkan semua ini.

“Tidak bisa!” Jack berteriak. Anna membulatkan matanya, mendengar ucapan Jack.

“Kau, kau membentaku!” Anna membalas ucapanya dengan nada tinggi, ia sudah cukup kesal dengan mimpi aneh ini dan sekarang laki-laki itu meneriakinya.

“Maafkan aku, bukan maksudku membentak mu, tapi aku tidak bisa membangunkanmu. Aku tidak bisa.” suarah Jack terdengar lemah pada kalimat terakhir.

“Megapa tidak bisa ha?” Anna memperlihatkan raut kesal di wajahnya.

“Aku tidak tahu caranya.” jelas Jack dengan suara pelan. Benar Jack tidak tahu cara mengembalikan gadis itu ke tempat asalnya, ia hanya tahu kalau ia akan menjaganya dengan baik.

Anna benar-benar merasa pusing kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit “MenGapa mimpi ini sangat aneh, siapa saja yang masuk ke kamarku tolong bangunkan aku, aku mohon!” Anna berteriak putus asa.

Jack terlihat sedih mendengar teriakan Anna yang putus asa. “Aku akan bercerita tentang negeri kami.” Jack mencobah mencairkan suasana, Anna hanya menoleh pada Jack.“Ini adalah negri Londerveas, awalnya Londerveas adalah negeri yang damai, semua rakyatnya hidup sejaterah, tingkat kejahatanpun jarang sekali terjadi, kami memiliki raja yang baik hati dan bijaksana tapi kemudian saat itu raja kami sedang sakit dan tiba-tiba datang seorang wanita yang mengakau teman raja, ternyata benar kalau dia adalah teman raja, tapi dia adalah seorang penyihir.” Jack menerawang.

“Penyihir?” Anna memotong pembicaan.

“Ya seorang penyihir, ia mengobati raja kami hingga sembuh, raja tahu penyihir itu memiliki sebuah batu hitam yang membuatnya kuat yang sekarang jadi kalung mu.” Jack menjelaskan sambil menunjuk leher Anna.

Gadis itupun sangat terkejut, ia ikut memperhatikan kalung yang menempel di lehernya, yang baru tadi siang ia beli di tokoh asesoris dengan harga seratus ribu rupiah.

“Kenapa dengan batu hitam ini? tunggu duluaku tahu pasti penyihir itu mengobati raja dengan batu ini.” Anna menunjukan kalungnya di lehernya pada Jack.

“Tidak !” Jawab Jack cepat “Batu itu istimewa, penyihir itu mengatakan jika batu ini akan mengungkap segalah rahasia. Raja kamipun ketakutan mendengarnya. Lama kelamaan sikapnya berubah ia menjadi kejam, bukan hanya sikap raja tapi juga semua penduduk di selimuti ketakutan. Raja memerintahkan pasukan menangkap penyihir itu dan menghancurkan batu itu, akhirnya penyihir itu tertangkap dan dikurung di ruang bawah tanah tanpa di beri makan dan minum, setelah sekian lama penyihir itu meninggal karena kelaparan dan sakit.

Raja memerintahkan untuk membakar jasadnya dan membuang abu ke sungai tetapi ia tidak menemukan batu itu. Penyihir bersumpah akan melindungi batu itu dan mengungkap rahasia itu semua, sejak saat itu semua negeri diselimuti ketakutan, peramal mengatakan setelah seratus tahun batu itu akan kembali dan mengungkap rahasia.”

“Tunggu dulu, Maksudmu aku penyihir itu?”Anna menyelah cerita Jack, ia mengarahkan tangan kananya menyentuh dadanya.

“Tidak, buka itu, aku tidak menuduhmu sebagai penyihir,” Jack menenangkan, sambil melambai kedua tanganya di udarah, “Aku mintah bantuanmu untuk mengungkap rahasia itu?” Jack menambahkan.

“Aku? aku tidak tahu caranya Jack, kalau kau mau ambilah kalung ini.” Anna berusaha melepaskan kalungnya.

“Percumah kau berusaha melepaskan kalung itu, itu tidak akan perna lepas, kecuali kau tahu harus menempatkannya dimana.” Jack menjelaskan, setahunya siapapun yang memiliki batu itu harus meletakkanya pada tempatnya, dan penyirir itu berusaha meletakanya pada tempatnya tapi semua sia-sia ia di tangkap dan di penjara hingga meninggal.

Anna terdiam sesaat ia tidak percaya atas apa yang telah Jack ucapkan, gadis terus berusaha melepaskan kalungnya dan ternyata memang tidak bisa dilepaskan.

“Dari mana kau tahu, kalung ini tidak bisa di lepaskan?” Anna menatap tajam pria dihadapanya.

“Kau ingat waktu di toko buku, kau berusaha memberikan kalung itu pada pemilik toko, kau tidak berhasil melepaskan kalungnyakan. Sekarangpun sama tidak ada yang bisa melepas kalungmu kecuali, kau menemukan tempat yang tepat.” Jack menatap kalung itu dengan teliti.

“Kalau begitu mari kita potong kalung ini.” entah mengapa ide itu muncul di kepalanya, Anna berusaha mencari benda tajam, merogoh tas miliknya dan benar ia mendapat sebilah belati, gadis itu mengarahkan belati pada kalungnya, berusaha memotong benda yang melingkar di lehernya kalung itu sangat keras yang seperti baja dengan sekuat tenaga ia berusaha memotong kalung itu tapi gagal tapi ia tidak menyerah.

“Percuma.” Jack memegang tangan gadis itu untuk menghentikan kegiatan yang ia lakukan.

“Kau akan mati dan tidak akan perna kembali ke duniamu jika terus melakukan itu.” Jack mengambil pisau dan memasukannya dalam tas gadis itu. Anna terlihat lemah dan sedih, matanya menatap kosong pada pria di hadapanya.

“Kapan aku bisa kembali?” Jack terdiam ia menatap wajah Anna sesaat, ia bisa melihat raut muka gadis itu yang masih terlihat binggung dan sedih entahlah raut wajah itu sulit untuk di jelaskan.“Kau akan kembali jika kau telah meletakkan kalung itu pada tempatnya.” Jawab pria itu pelan.

“Dimana itu? cepat katakan Jack, aku ingin cepat kembali, sebentar lagi aku akan sidang untuk tugas akhir kuliaku.”

Jack tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Anna, sepertinya gadis itu baru saja melontarkan lelucon paling lucu didunia, “Aku sangat benci mendengar tawamu seperti itu.” Perkataan Anna membuat Jack memberhentikan tawanya.

“Tubuhmu yang lain memang ada di duniamu, tapi semua tergantung tubuhmu disini, jika tubuhmu di sini mati, maka tubuh di duniamu juga akan mati.” Jelas Jack sambil tersenyum sinis.

“Maksudmu sekarang ini aku hanya roh?” Anna memandangi Jack dengan serius.

Laki-laki itu mengangguk “Bisa dikatakan begitu, tapi sebenarnya kamu disini juga memiliki tubuh yang sama seperti di duniamu, bukan hanya roh saja.” jawabnya.

“Aku mohon kembalikan aku?” Anna menatap Jack dengan tatapan memohon.

“Aku tidak bisa melakukanya, hanya kau sendiri yang bisa melakukannya, aku ini hanya penjagam,u dan aku berjanji akan membantumu kembali, sungguh.” Jack meyakinkan gadis itu, andai saja ia tahu caranya, pasti ia sudah memulangkan gadis itu sekarang, tanpa perlu membuat Anna sedih dan binggung seperti ini.

“Terus kau mau membawaku kemana?” Anna mulai menunduk, hatinya sekarang benar-benar kacau, dosa apa yang ia lakukan sehingga mendapat mimpi aneh ini.

“Aku tidak tahu pastinya hanya saja aku akan menjagamu, dari orang-orang jahat itu, mulai sekarang kau yang akan memimpin perjalanan kita, menuju tempat yang tepat untuk meletakan kalungmu dan setelah itu kau bisa kembali Anna.”

****

Mereka terus melewati arus sungai yang sepi, Anna memandangi air dari tepi peharu, tampak bulan melihat bayangannya di sana, ia terus mengulang perkatann Jack dalam kepalanya .

“Buku itu adalah jalan masuk, berarti itu juga jalan keluarnya.”Anna mengeluarkan buku itu dan membuka sampulnya yang berwarnah coklat seperti tanah dan di salah satu ujungnya bekas dimakan rayap, betapa terkejutnya gadis itu saat membuka buku itu hanyala kertas kosong, tidak ada tulisan apapun?

Anna bertanya pada Jack mengapa buku ini kosong, pria itu menjelaskan pada Anna dari awal buku ini kosong.

“Terus yang ku baca sebelum aku tidur? dan yang di jelaskan pak Robert padaku itu apa?” Anna tampak binggung.

“Mungkin di duniamu buku ini hanyalah buku cerita bisa yang menceritakan seorang anak yang tersesat di hutan dan mencari jalan pulang, tetapi sebenarnya buku itu kosong.” Jawab Jack mantap.

“Maksudmu, apa yang aku dan pak Robert baca itu tidak nyata ?” Anna masih binggung, jelas-jelas tadi siang dan sebelum tidur ia melihat dengan jelas ada tulisan tercetak di sana.

“Mungkin, yang aku tahu, kau sudah membaca mantra untuk membuka jalan masuk ke negeri ini.” Jack masih mendayung perahu tanpa melihat kearah Anna.

“Mantra apa? Ini semua tidak masuk akal.” Anna mengusap mukanya dengan kasar, ia sudah hampir gila karena mimpi aneh ini.

“Hanya penyihir atau orang terpilih yang bisa membaca mantra itu.” Jack bercerita, gurunya perna berkata kalau hanya penyihir dan orang terpilih yang bisa membaca mantra yang ada di buku itu, dan tidak semua penyihir bisa melakukan itu hanya penyihir yang sangat ahli yang bisa membaca mantranya dan membuka jalanya.

“Penyihir? Tapi aku bukan seorang penyihir, aku memang suka film-film sihir dan sebagainya, tapi aku tidak perna menghapal mantra yang ada di film itu, kedua orang tuaku juga bukan penyihir, maksudku tidak ada satupun didalam keluargaku seorang penyihir atau dukun semuanya berpikir realistis, ini bukan zamanya lagi untuk percaya hal-hal seperti itu Jack.”Anna menegaskan ia tampak mengeleng beberapa kali, semuanya terasa benar-benar akan membuatnya masuk rumah sakit jiwa jika terbangun nanti.

“Sebaiknya kita bertanya pada guruku.” jelas Jack.

“Ide yang bagus, siapa tahu dia bisa memulangkanku, aku sangat berharap guru mu bisa membantu ku.” Anna kemudian tersenyum, setidaknya ada seseorang yang bisa menjelaskan semua ini padanya.

“Semoga saja.” Jack menjawab singkat.

Terpopuler

Comments

Jeng Anna

Jeng Anna

maaf ya thor, komen pas novelnya suda ending, siapa tau nanti bikin karya baru, bisa memperbaiki penulisannya...mmm itu kok banyak typo nya, misal "redah" ato "mencobah" dan "percumah" trus "terbawah" kan tidak pake huruf "h" di akhir kata... heheheh agak gimana gt bacanya. Tp ceritanya bagus kok, sakut pada author yg bikin cerita ginian. semangat yaaa

2020-07-20

0

Ree.Pand

Ree.Pand

aku suka fantasi

2020-07-11

0

trisya

trisya

jalan cerita nya bagus, tapi tolong typo harap di perhatikan

2020-06-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!