Gadis itu begitu lelah dengan keringat dan nafas yang tidak beraturan. Sudah lima perusahaan yang ia datangi untuk melamar pekerjaan, namun semua menolaknya mentah-mentah. Padahal Elora sudah menunjukkan beberapa prestasinya dalam map yang berisi data-data untuk melamar sebuah pekerjaan.
Ia begitu lesu dan bingung, seakan ia merupakan orang yang telah berbuat kriminal, karena tidak ada satupun dari mereka yang menerimanya.
Gadis itu terduduk pada kursi yang berada di taman mini seberang jalan kantor yang akan ia datangi selanjutnya. Ia memutuskan untuk mengumpulkan tenaganya, dan berdoa agar perusahaan keenam yang akan ia datangi menerima dirinya untuk bekerja.
Ia membuka ponsel yang sendari tadi ia lirik, berharap kekasihnya Zein akan menghubunginya, dan menjelaskan alasan mengapa ia membatalkan pernikahannya secara sepihak.
Elora tidak habis pikir seorang Zein Immanuel yang sangat lembut dan baik hati, melakukan hal menyakitkan yang tidak pernah terpikirkan seperti itu pada dirinya.
Zein merupakan cinta pertama Elora, begitu juga dengan Zein. Mereka berdua adalah dua insan yang sangat cocok dan saling mencintai. Awalnya mereka bertemu di sebuah panti asuhan di dekat rumah Elora, Elora yang sering berkunjung kesana, bertemu dengan Zein yang sering membawa bantuan untuk anak-anak panti. Lambat laun mereka saling menyukai, dan akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.
Gadis itu merenung menatap jalanan yang dilalui oleh kendaraan yang begitu banyak, di depan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Sampai akhirnya jantunya hampir copot mendapati ada seorang wanita kisaran berumur 45 tahun tertabrak oleh sebuah mobil yang melaju kencang. Sialnya mobil itu memilih kabur tanpa bertanggung jawab.
Kaki Elora begitu lemas menyaksikan hal itu, ia berhamburan menghampiri wanita itu dan segera menelpon ambulance untuk membawanya kerumah sakit.
*
*
*
“Bagaimana vir, apa kau senang anak itu semakin menderita?”
“Tentu saja aku sangat senang dan bahagia Ibu!”
Anak dan ibu itu saling melempar senyuman mereka sambil sesekali meneguk coctail yang ada di tangan mereka masing-masing.
“Ibu hebat, aku sangat bangga akan hal itu”
“Tentu saja Ibumu ini sangat hebat, lebih hebatnya lagi mampu membodohi keluarga Zein yang terhormat itu” ucap Berlly tersenyum licik.
Apapun akan ia lakukan untuk membuat Elora menderita dan membuat Daviira bahagia.
“Lalu, apa Ibu bisa membuat Zein menikahiku?” Tanya Davirra dengan wajah berbinar dan penuh harap.
“Sangat bisa sayang, Ibu akan menikahkanmu dengan Zein dan membuat Elora semakin menderita dan sakit hati”
Begitulah percakapan dua orang wanita yang telah begitu banyak memberi luka pada gadis malang itu.
Memisahkan Elora dengan Zein, hanya itulah jalan satu-satunya untuk mewujudkan mimpi Daviira menjadi menantu keluarga kaya raya di negaranya.
*
*
*
Elora mengaitkan jari-jemarinya satu sama lain, wajahnya nampak sangat cemas dengan wanita yang masih ada di dalam ruangannya itu.
Tak henti-hentinya Ia berdoa dalam hati agar wanita itu tidak mengalami luka yang serius.
Jangtungnya berdebar begitu hebat ketika seorang pria lengkap dengan jas putihnya keluar dari ruangan itu.
“Dokter, bagaimana keadaan pasien?” Tanya Elora cemas, ia begitu khawatir dengan wanita yang tengah berbaring lemah didalam.
“Tenanglah nona, tidak ada luka yang cukup fatal, pasien hanya mengalami cedera kepala yang ringan” ucap dokter dengan raut wajah yang santai dan tersenyum tipis pada Elora.
Hal itu setidaknya membuat dirinya bernafas lega, Ia bersyukur meski tadinya pasien sempat pingsan, namun tidak ada luka yang lebih serius dari yang dijelaskan oleh dokter.
Disisi lain seorang pria sedang terburu-buru memasuki koridor rumah sakit, Ia mengambil langkah yang panjang agar lebih cepat sampai di ruangan wanita yang paling Ia sayang kini.
Tubuhnya begitu remuk ketika Ia mengetahui dari staffnya kalau Ibunya tertabrak didepan kantornya dan dilarikan kerumah sakit.
“Ibu apa yang terjadi? Apa ibu baik-baik saja?” Tanyanya khawatir. Pria tampan itu mengenggam erat jari-jemari Ibunya yang tengah berbaring lemah disana, Ia masih merasakan sedikit pusing di kepalanya.
“Ibu baik-baik saja, syukurlah tadi ada seorang gadis yang menolong Ibu” ucapnya lemah sambil menatap wajah tampan dan panik sang putra.
“Maksud Ibu gadis yang tengah duduk diluar sana?” Tanyanya untuk memastikan, karena sebelum Ia masuk ke ruangan ibunya Ia sempat melihat gadis itu duduk seperti sedang menunggu seseorang.
“Apa Ia masih menunggu Ibu”
“Sepertinya masih”
“Kalau begitu, hampirilah dia, lalu kau harus berterimakasih padanya, Ibu sangat berhutang budi pada gadis itu”
Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, Ia paling anti untuk berterimakasih dengan seseorang. Dengan terpaksa Ia menggerakkan kakinya dengan malas, berjalan keluar menemui gadis yang masih setia duduk di kursi tunggu itu.
“Imbalan apa yang kau inginkan?” Tanyanya dingin dan angkuh, tanpa sedikitpun melirik pada Elora yang sudah berdiri tegak karena Ia menghampirinya.
“Maksud Tuan? Apa Tuan merupakan anak dari pasien yang saya tolong?, kalau benar, saya tidak ingin mendapatkan imbalan apapun, saya ikhlas menolongnya”
“Tidak perlu munafik!, Mintalah apa yang kau inginkan, biasanya seseorang akan meminta imbalan dari apa yang telah ia lakukan” ucapnya dengan angkuh merendahkan Elora.
Elora yang merasa dirinya direndahkan, menatap pria yang sama sekali tidak menatapnya itu dengan tatapan tidak bersahabat. Jari-jarinya bergerak meremas kemeja yang Ia kenakan.
“Tuan, dari penampilan anda sepertinya anda merupakan orang yang sangat kaya raya, namun perlu diketahui, menghargai seseorang bukan hanya dengan uang. Jika kau mengucapkan terimakasih dari bibir sombongmu itu, aku akan sangat senang, itu sudah jauh lebih cukup dari imbalan yang kau maksud. Aku bukanlah orang yang serendah itu.” Ucapnya menohok dengan nada bicara yang lebih tinggi. Gadis itu langsung pergi meninggalkan rumah sakit dengan kesal yang ditatap tajam oleh pria angkuh itu.
*
*
*
“Zein bisa-bisanya kau membatalkan pernikahanmu dengan Elora, apa kau tau? Ia begitu terpukul sekarang, dan sepertinya Ia tidak mau bertemu denganmu lagi” ucap Berlly. Wanita jahat itu tengah mencari cara agar bisa mendekatkan anaknya dengan Zein.
“Tidak tante, aku hanya menundanya saja, maafkan aku untuk hal itu” ucap Zein sedih, Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Elora sekarang, Ia merasa sangat pengecut menjadi seorang pria.
“Aku bisa saja memaafkanmu Zein, tapi tidak dengan Elora” tegas Berlly. Wanita licik itu seperti tengah mengadu domba sepasang kekasih yang sudah batal menikah itu.
Zein pun hanya terdiam mendengar ucapan Ibu tiri Elora yang Ia kenal tidak menyukai Elora, tapi ada benarnya juga Elora tidak akan memaafkan dirinya.
Berlly tersenyum kecut melihat keputusasaan diwajah tampan Zein, rencananya Ia akan membuat Zein dan Elora tidak akan pernah bersatu lagi.
*
*
*
“Ibu tidak mau tau Xan, kau harus mencari gadis itu dan berterimakasih padanya” tegas Stella, Ia merasa sangat gagal mendidik sang anak yang tidak pernah bisa menghargai orang lain.
“Tapi bu, gadis itu sama sekali tidak ingin diberi imbalan apapun, jadi rasanya tidak perlu aku bersusah payah mencarinya” tolaknya dengan tegas lalu memalingkan wajahnya dari tatapan tajam sang Ibu.
“Dasar keras kepala!, tidak seperti itu caranya kau menghargai orang” timpal Ben yang tak kalah dari Stella. Pria yang sudah beruban itu tidak segan-segan untuk meninggikan nada bicaranya pada anaknya yang angkuh itu.
“Baiklah, demi mama tercinta, aku akan mencarinya, sampai ke ujung dunia pun aku akan mencarinya” ucapnya kesal.
Ben dan Stella hanya bisa mengelus-ngelus dada dengan kelakukan putra mereka itu. Mereka juga sudah sangat berjuang keras mendidik putranya untuk tidak menjadi anak yang angkuh dan sombong, namun sepertinya usaha mereka sangat sia-sia. Karena pria itu lebih menuruni gen dari pria yang telah menyakiti Stella kala itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
amertarasa
Owalah, Elora gagal nikah gegara ulah Nenek Lampir?
2023-06-27
1