“Sial, sial, sial... bisa-bisanya mereka mengancamku seperti ini” umpatnya kesal, ia berkali-kali memukul stir mobilnya untuk melampiaskan kekesalannya itu. Apa mau dikata seorang Xander Vinson yang terkenal sangat berkelas, kini harus menjelma menjadi sopir gadis yang tidak ia kenal, itu semua harus dilakukan karena gadis itu menolong ibunya, Ia harus membalas kebaikan gadis itu tidak lain karena perintah ibunya juga.
Xander merupakan pria yang sangat keras dan angkuh, namun jika itu tentang ibunya Ia akan melunak dan mau melakukan apapun untuk wanita yang Ia panggil dengan sebutan Ibu itu.
Setelah beberapa menit perjalanan, Ia telah sampai di depan rumah seperti alamat yang diberikan oleh Dani.
Pria itu terlihat sangat rapi dengan balutan kemeja dan jas serta dasi yang melingkar di lehernya.
“Maaf Nyonya, apa benar ini rumah dari Elora” tanyanya sopan. Ia selalu berbicara dengan sopan pada orang yang lebih tua darinya.
“Benar, kau siapa?” ucapnya ketus dengan wajah tidak ramah, Xander yang mendapat reaksi seperti itu mengumpat spontan di dalam hatinya.
“Aku mau menjemput Elora”
“Apa kau pacarnya? Tunggulah, aku akan memanggil gadis sialan itu” terlihat sorot mata Berlly menatatap rendah Xander, wanita itu melihat mobil yang dikendarai Xander bukanlah mobil mewah. Mobil itu merupakan mobil yang sering digunakan oleh Dani, tidak lain alasanya karena Xander takut mobil mewah kesayanganya tergores,karena belum tau jalan sekitar rumah Elora.
“Hufff Tu-an” ucapnya terbata, Ia membulatkan matanya melihat CEO angkuh itu tengah berada di depan rumahnya.
“Aku sangat senang kau menjalin hubungan dengannya, karena kau sama sekali tidak pantas untuk Zein yang kaya raya itu” ucap Berlly sambil melirik sekilas ke arah Xander.
Xander yang dipandang rendah pun hanya bisa menatap Berlly dengan tajam sambil mengerutkan alisnya. Yang ada dibenaknya Ia harus membuat wanita sialan itu malu karena telah merendahkan seorang pewaris tunggal Vinson Group, yang memiliki kerajaan bisnis nomor 1 di negara itu. Namun sayang keluarga Vinson tidak sepopuler keluarga Zein yang Ia idam-idamkan menjadi menantunya. Jadi Ia tidak tau siapa Pria tampan yang tengah Ia tatap dengan rendah di depannya itu.
“Dia bukan keka......” belum sempat Elora menjelaskan pada Berlly, Xander dengan cepat memotong kalimat yang keluar dari bibirnya.
“Bergegaslah sayang, aku tidak mau atasan kita mengamuk jika kita sampai terlambat” ucap Xander merendah yang mendapat reaksi tak biasa dari gadis itu. Elora melintir senyumannya, Ia tidak setuju dengan ucapan Xander yang seakan mendukung Berlly yang menyebut bahwa Ia kekasih Elora. Meskipun itu hanya untuk mengelabuhi Berlly yang telah membuat Xander kesal. Bagaimanapun dihatinya kini masih terselip nama Zein Immanuel yang sangat Ia cinta.
Gadis cantik itu hanya diam membisu, menghampiri Xander yang tengah berdiri menatap sinis ke arah Berlly sambil sedikit menarik bibirnya untuk tersenyum simpul.
“Sayang, apa Ia ibumu? Kalau iya, mengapa kau tidak mengenalkannya padaku, aku punya teman yang bekerja dirumah sakit jiwa, mungkin jika aku yang membantumu membawanya kesana Ia akan ditangani dengan baik”
Sentilan pedas dari bibir Xander membuat Berlly begitu geram. Wanita dengan raut wajah yang ditekuk itu meremas ujung bajunya dengan darah di dalam tubuhnya yang mendidih. Sedangkan Elora, ia hanya tersenyum kecut mengunci bibirnya, kemudian tangannya ditarik paksa oleh Xander agar cepat pergi dari sana.
Kini Elora sungguh tidak nyaman berada di dalam mobil Xander, Ia tidak mengerti mengapa Pria itu datang kerumahnya, padahal waktu itu Ia sangat menolak untuk mengantar Elora pulang dari rumahnya. Tapi Elora juga merasa senang karena Xander telah berani membuat Berlly kalah telak dengan sikap buruknya itu.
Hening, tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka berdua, sampai akhirnya Eloralah yang terlebih dahulu memecah keheningan.
“Tuan, mengapa kau datang kerumahku?” Tanya Elora datar, Ia melihat sekilas Xander yang tengah fokus menyetir sambil memperhatikan objek yang ada didepannya.
Xander mengehembuskan nafasnya dengan kasar, tanpa sedikitpun menoleh ke hadapan Elora, Ia hanya sangat kesal dengan Stella dan juga wanita yang barusan ditemuinya itu.
“Ibuku memberi tugas baru untuk menjadi sopir pribadimu, jadi aku terpaksa melakukannya hanya untuk Ibuku”
Kata terpaksa yang keluar dari bibirnya itu semakin membuatnya tidak nyaman, Ia merasa sangat merepotkan pria itu dan menurutnya perlakuan Stella sangat berlebihan padanya, gadis itu sangat anti merepotkan orang lain.
“Tuan, kau tidak perlu melakukan hal itu, menurutku itu sangatlah berlebihan, aku sudah biasa pergi bekerja dengan naik Bus” ucap Elora acuh. Meski Stella sangat baik padanya namun Ia sangat kesal dengan Xander, pria itu dengan angkuhnya menilai rendah seorang Elora saat dirumah sakit waktu itu.
“Tentu saja sangat berlebihan, bahkan pagi-pagi seperti ini aku yang tampan dan berkelas ini, sudah direndahkan begitu saja dengan menjadi sopir pribadi untuk gadis sepertimu”
“Aku tidak memaksamu, turunkan saja aku disini” ujar Elora ketus, Ia tidak perduli dirinya bersikap seperti itu pada CEO di tempatnya bekerja. Yang ada dibenaknya Ia tidak menyukai Xander. Ia terpaksa bekerja di perusahaannya karena tidak mendapat pekerjaan ditempat lain, Ia juga merasa tidak enak hati dengan Stella yang sangat baik padanya.
“Dan satu lagi, kau telah lancang mengakuiku sebagai kekasihmu” Imbuh Elora yang sukses membuat Xander hampir muntah dengan kalimat yang mengaduk-ngaduk isi di salam perutnya.
Xander sangat lain dengan Zein, pria itu juga seorang CEO, namun Ia cenderung baik hati dan tidak sombong seperti halnya dengan Xander.
*
*
*
“Apa! Kau menjadikannya sekretaris pribadimu” ucap Xander kaget mendengar posisi pekerjaan yang ditempati oleh Elora.
“Benar, tidak ada pekerjaan yang pantas untuknya selain itu, dan semua pekerjaan sudah diisi oleh masing-masing orang yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun, dan tidak mungkin rasanya aku menyingkirkan salah satu dari mereka hanya karena memasukkan gadis absurd itu”
Ucap Jayden santai, Ia lumayan lega karena pekerjanya yang menumpuk bagaikan gunung tidak dikerjakan sendiri mulai hari ini.
“Sepertinya kau lebih pantas menepatkannya untuk menjadi petugas kebersihan” ujar Xander, Ia tidak terima gadis yang membuatnya sakit jiwa itu menepati posisi yang lumayan bagus di perusahaanya.
“Kau memaksaku untuk kerja rodi” protes Jayden dengan darah yang meledak-ledak. Pria itu ingin sekali menghamburkan kertas-kertas yang berisi data-data penting di depan Xander yang belum selesai dikerjakan.
Xander yang merasa sahabatnya tengah naik darah hanya bisa pergi dengan malas, bisa-bisanya Ia yang menjadi Bos namun Jayden yang mengatur semuanya.
Tidak lama kemudian datanglah Elora dengan wajah yang sangat kusut, berkali-kali gadis itu mengumpat Xander. Ia benar-benar tega menurunkan Elora ditengah jalan meski Elora tidak sungguh-sungguh ingin turun dari mobil Yang dikendarainya itu.
“Selamat pagi Tuan Jayden” sapa Elora dengan keringat yang bercucuran dan lesu karena lelah berjalan kaki yang lumayan jauh untuk sampai di perusahaan tempatnya bekerja. Tidak ada jawaban dari pria kaku dan jomblo itu, Ia hanya fokus menatap pekerjaannya yang tengah tertera dilayar komputer miliknya.
Elora menghepaskan dirinya, duduk dengan kasar lalu mulai menyalakan komputernya. Ia menatap Jayden dengan malas, ia sungguh ragu bertanya dengan pria itu terkait pekerjaan yang harus Ia kerjakan karena nampak di wajah Jayden yang sangat tidak bersahabat.
Sampai akhirnya Jayden lah yang mengalah lebih dahulu berinisiatif untuk memberikan pekerjaannya pada Elora. Ia tidak habis pikir dengan tingkah gadis itu yang seperti gadis bisu tidak mau menanykan pekerjaanya pada Jayden. Mau bagaimana lagi, jika Ia ikut diam mungkin gadis itu hanya diam mematung dan akhirnya Ia rugi mengangkat gadis itu menjadi sekretaris pribadinya
“Dasar gadis aneh” umpat jayden dalam hati, lalu menghampiri gadis yang tengah melongo menatap layar komputernya yang kosong.
Elora memang gadis yang sangat konyol dan absurd, karena tingkahnya itu seorang Zein yang sangat tampan dan kaya raya jatuh hati padanya, namun sayang mereka tidak bisa bersatu meski di hati kecil mereka berdua masih berharap untuk bersatu kembali.
Elora di dalam rumah sangat jauh dengan Elora di luar rumah, jika didalam rumah Ia menjadi anak yang tersakiti dan selalu tertindas, di luar Ia akan menjadi gadis yang kuat ditambah lagi dengan tingkah konyolnya yang membuat orang terheran-heran dengannya. Setiap pulang dari bekerja, Ia memilih bermain dengan anak-anak panti serta bertukar cerita dengan sahabatnya yang juga ikut tinggal dipanti dan mengurus anak-anak itu.
Beberapa lembar kertas sudah selesai dikerjakan dengan cepat, hal itu mampu membuat si jomblo dingin Jayden memberi dua jempol tangan dan dua jempol kakinya pada Elora, Ia lumayan membuatnya senang karena bebannya sedikit berkurang berkat dirinya yang mengangkat Elora menjadi sekretaris pribadinya.
Ia jadi punya ide untuk kelayapan ke ruangan Xander dan memamerkan pekerjaannya sudah lumayan terselesaikan.
“Ehhhehhh Tuan Jahe mau kemana” tanya Elora konyol.
Jayden yang sudah membuka pintu pun jadi urung untuk melangkahkan kakinya kembali, Ia menatap tajam ke arah Elora tanpa berkata apapun.
Elora pun jadi menciut nyalinya ditatap bola mata Jayden yang hampir keluar dengan wajah yang sangat dingin.
“Maaf, Tuan jayden maksudnya” ucap Elora sambil menyembunyikan gelak tawanya, Ia tidak sadar telah menganti nama Jayden menjadi Tuan Jahe.
*
*
*
“Tuan jahe.... tuan jaheeeee”
Pria yang jarang tersenyum didepan keramaian itu sedang terpingkal-pingkal tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit, entah mengapa kalimat sederhana itu mampu membuatnya tertawa begitu puas.
Jayden yang kesal pun memilih untuk keluar saja dari ruangan itu dan mencari kafe terdekat untuk makan siang dan menenangkan diri dari penatnya aktivitas yang begitu padat.
Dan mungkin saja makhluk halus yang ada di ruangan Xander juga akan mengungsi karena pemilik ruangan itu sudah menganggu meditasinya akibat gelak tawa yang begitu pecah.
Sementara itu Elora sudah tidak sabar melahap bakso yang kini sudah berada di depan matanya. Ia memberanikan diri untuk keluar ruangannya, demi menikmati semangkok bakso yang menjadi makanan favoritenya sebelum jam istirahat. Dan kebetulan nasibnya kali ini beruntung karena kedai bakso tersebut tepat berada di samping perusahaan tempatnya bekerja, jadi Ia tidak perlu berlarian lagi untuk mencapai kedai bakso yang jauh seperti di tempat bekerjanya yang dulu.
“Ituuu Tuan Xander, apa Ia mencariku karena tidak izin untuk makan siang?”
Ia terus memperhatikan langkah pria tersebut yang semakin mendekat ke arahnya, Ia menunduk agar tidak terlihat oleh CEO angkuh itu sambil memakan baksonya dengan cepat.
Kemudian Ia menarik nafasnya dengan lega karena Xander melewati dirinya tanpa menyadari keberadaannya disana.
“Huahhhh syukurlah Ia tidak menyadariku, aku harus cepat kembali sebelum CEO angkuh itu mendapatiku makan sebelum jam istirahat” lirihnya
Namun disaat Ia mebalikkan badannya, Ia sangat kaget karena telah menabrak seseorang yang tengah berdiri dengan tegap didepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
amertarasa
Hahahah good job, Xander! 🤭
2023-06-27
1