Malam ini Niki tampak tak bersemangat, papi nya yang sedari tadi mengetuk pintu untuk mengajaknya makan malam bersama ia acuhkan begitu saja membuat Erlan tak mengerti.
"Sayang.. Ayo makan malam dulu kalao gak makan nanti kamu sakit, papi dengar sedari pagi kamu gak mau makan kenapa, ayo buka dulu pintu nya. " bujuk Erlan.
Namun tanpa mau menyahut sedikitpun Niki tetap dalam lamunan nya, tatapan nya kosong, ia hanya duduk di sandaran kasur besar nya.
Nya semenjak pulang dari hotel dan mandi ia tak mau keluar kamar ia hanya berdiam diri dengan mata yang terus saja mengeluarkan tangisan.
"Mami, aku ingin ikut mami saja hiks..hiks.." entah berapa ember air mata yang sudah ia keluarkan hari ini, namun tampaknya airmata nya tak habis-habis juga bahkan matanya sudah sangat sembab dan merah.Mata Niki terpejam dan ia tak sadarkan diri.
Erlan yang khawatir karena Niki tak jua keluar kamar ia langsung mencari kunci cadangan di laci, setelah ketemu Erlan bergegas kembali naik ke lantai atas untuk membuka kamar Niki.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka, "Niki..." suara Erlan memanggil anaknya dan terlihat Niki sedang duduk bersandar dengan mata terpejam.
"Anak ini tidur, pantas saja aku panggil dia tidak menyahut, kebiasaan" gerutu Erlan dan langsung menyentuh lengan Niki untuk membangunkannya, namun betapa terkejut nya Erlan saat tahu tubuh Niki panas.
"Oh astaga, sepertinya dia demam" ucap Erlan sambil menyentuh kening Niki.
Erlan langsung saja menghubungi dokter keluarga untuk memeriksa keadaan putri semata wayang nya, dulu Erlan adalah sosok ayah yang hangat, ia selalu ada disaat Niki butuhkan, namun sekarang semenjak menikah dengan Laura semuanya berubah seakan perhatian itu terbagi menjadi 80-20, ya 80% untuk Laura dan 20% untuk Niki.
Membuat Niki kadang merasa dirinya sudah tak berarti lagi untuk Erlan, Erlan benar-benar berubah.
"halo.. Dok.. Cepet segera kerumah saya, anak saya sakit.. iya saya tunggu sekarang.. " terdengar Erlan sedang menelpon dokternya.
Erlan terlihat sangat khawatir melihat keadaan Niki sekarang, tiba-tiba Laura datang dan menanyakan apa yang terjadi.
" Mas.. Ada apa? "
" Niki demam sayang"
"Ya Tuhan kok bisa demam, cepat kita bawa kerumah sakit mas. " Laura dengan kepura-puraannya mencoba menyentuh tubuh Niki dan memang benar tubuhnya Panas, bahkan sepertinya menggoreng telur mata sapi di kening nya akan cepat matang.
" Sayang tolong jaga sebentar, aku akan menunggu dokter Edi di bawah. " Erlan izin keluar dan meninggalkan mereka di kamar Niki.
Laura hanya tersenyum dan mengangguk, senyumnya benar-benar manis, semanis madu bagaimana Erlan tidak klepek-klepek padanya, senyum maut nya benar-benar bisa membuat candu.
" ishh anak ini benar-benar menyusahkan, kenapa tidak mati saja sih kamu semalam sama si botak. " Laura sangat geram ketika tahu si botak tak berhasil membawa nya ke hotel, jadi dia tak punya bukti untuk menghancurkan Laura, bahkan bayaran si botak pun harus di kembalikan gara-gara gagal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di sebuah kantor polisi Arhan benar-benar tidak fokus bekerja, sedari tadi polisi tampan itu hanya melamun dan sesekali ia harus memijit kepalanya yang tidak pusing tapi sangat memusingkan pikirnya.
"Siapa wanita itu, aku harus menemuinya. "
Namun ia teringat tas wanita yang tak lain adalan Niki masih berada di mobilnya, ia pun bergegas menuju mobilnya dan ia berharap ada identitas wanita itu di sana.
Tak perlu lama ia pun menemukan tas Niki, ia perlahan membuka tas Niki dan mencari dompet nya.
"Good... " Arhan tersenyum senang karena ia menemukan apa yang ia cari tanpa harus repot mengerahkan anak buahnya.
"hemm Nikita Aurora Dirgantara, sepertinya aku tidak asing dengan nama wanita ini." Arhan yang penasaran langsung membuka handphone nya dan mencari tahu tentang Niki.
"Dia memang benar-benar anak konglomerat itu, "Arhan tersenyum senang pasalnya ia juga sedang menyelidiki kasus yang sedang ia tangani mengenai perusahaan Erlan.
" Sambil menyelam minum air. "
Arhan yang sudah selesai dengan pekerjaannya ia pun melajukan mobilnya untuk pulang ke apartemen nya.
Di sepanjang jalan ia terus tersenyum bahkan sesekali bernyanyi malam ini ia benar-benar seperti menang jackpot.
" Wanita itu memang cantik, body nya juga oke, menarik... " Arhan kembali mengingat wajah Niki apalagi saat berada di bawah kungkungannya benar-benar menggemaskan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dokter Edi kini sudah berada di kediaman keluarga Dirgantara, ia sedang memeriksa keadaan Niki.
" Bagaimana keadaannya dok? "tanya Laura yang sok care.
" Dia sepertinya kecapean dan juga sedikit stress, apa sebelumnya ada masalah yang sedang dia hadapi? "tanya dokter itu.
Erlan dan Laura saling menatap dan keduanya sama-sama menggeleng tanda tidak tahu.
" Kami tidak tahu dok, semalam sebelum pergi ke pesta ia terlihat biasa saja, dan baru pagi tadi ia pulang kerumah dan ia terlihat tidak baik-baik saja" jelas Laura.
"Apa.. Dia pulang pagi? "Erlan terkejut saat tahu Niki pulang pagi.
" Sudah-sudah pak biarkan Niki istirahat dulu saya sudah meresepkan obat untuk di tebus" Dokter Edi menyerahkan selembar kertas pada Erlan.
"Baik kalau begitu saya pamit"
"Baiklah dok terima kasih, mari saya antar! "
Erlan pun mengantar Dokter Edi ke bawah, sementara Laura sedikit kecewa pasalnya ia tak bisa melihat kemarahan Erlan saat tahu Niki pulang pagi, Erlan pasti akan membiarkan Niki sembuh dulu baru akan memarahinya nanti setelah sembuh.
" Seandainya kamu tidak sakit pasti papi mu akan marah besar padamu dan itu membuatku senang hahaha . " Laura tertawa renyah.
" Laura... "
Suara bariton Erlan terdengar begitu keras dan membuat Laura terkejut, ia melihat Erlan seperti sedang marah.
" Astaga.. Apa dia mendengar aku bicara barusan, bahaya.. " Laura tampak sedikit takut melihat Erlan namun mau tak mau ia harus menenangkannya.
" Kenapa mas..? " Tanya Laura dengan suara lembutnya.
To be continued
Hayo... Kira kira apa yang membuat Erlan marah?
Ada yang tahu?
Jangan lupa sajen buat othor biar tetap semangat buat up..
Makasihhh.. 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments