Bab 05

"Ini gimana dong, motor gue. Sudah mulai sore nih, lupa gak bawa handphone lagi. Udah gitu, gue gak ahli servis soal motor beginian. Apa yang rusak yah, masak sih rusak. Atau kehabisan bensin kali yah. Tapi, bensin baru beli kemaren nih." gerutuku tak jelas.

ciiiiiit......

Tak lama kemudian. Ada suara motor yang berhenti, sampai bunyi berdecit, akibat bergesekan dengan aspal. Karna terlalu kerasnya mengerem.

Segera, aku lihat. Siapa yang berhenti tepat di di samping motorku. Seseorang yang menggunakan motor ninja, berwarna merah, dengan helm yang menutupi kepalanya.

Sepertinya, motor itu sangat familiar bagiku. Juga plat nomornya, tidak asing apakah dia...

"Kenapa motor lo ? " tanyanya dingin.

Segera aku tersadar dari lamunanku, saat orang itu berjalan mendekatiku.

"Eh, pangeranku. Gak tau juga kenapa. Tiba tiba mati mendadak." jawabku senang.

Saat melihatnya mengecek motorku.

Ku pandangi wajah tampan dan teduhnya. Aah.... kenapa bisa aku jatuh cinta, pada seseorang yang berada di hadapanku ini. Sebenarnya, pangeranku ini, adalah orang baik. Yah, memang di sekolah saja, kelihatannya tak ramah. Seperti orang galak, sebenarnya tidak begitu. Melihatnya saja, degup jantung ini bekerja lebih cepat. Seperti, habis lari maraton. Hanya dia, yang mampu membuat jantungku berdegup kencang seperti ini.

"Sepertinya, harus di bawa ke bengkel" ucapnya. Setelah mengecek motorku.

"Terus, gimana cara bawanya ke bengkel, Sedangkan handphoneku ketinggalan di rumah. Gimana cara hubungi tukang bengkelnya untuk membawa motorku !" cerocos ku tanpa jeda.

"Makanya, bego jangan di pelihara." ketusnya.

Aku mencebikkan bibirku kesal. Karna penuturannya. Untung saja cinta, kalau gak cinta. Sudah aku tampol mukanya pakai sandal, karna kesal.

Ku lihat, dia sedang menelfon seseorang. Entahlah dia menelfon siapa, yang pasti bukan menelefon pacarnya. Karna masih ada aku yang jadi pacarnya, meskipun belum sah. Satu sama lain, boleh lah berharap dikit.

"Ayok naik."

"Sejak kapan, sudah duduk di motornya. Pangeranku ini, seperti angin saja, yang tiba tiba berpindah tempat." gumamku.

"Masih mau bengong, gue tinggalin nih !" ujarnya.

Sembari menyalakan mesin motornya.

"Tapi motorku gimana, mau di tinggal gitu saja, terus kalau ada yang mengambil gimana. Aku gak punya motor lagi dong." cerocos ku tanpa henti.

"Motor lo, bakal di bawa sama tukang bengkel bentar lagi. Buruan naik, gue tinggal kalau lo gak cepet naik." kesalnya.

"Cieee .....Ini ceritanya, kita berdua boncengan dong. Tapi, aku gak bisa naik ke motor kamu. Tinggi banget." ujarku.

Aku mempunyai tinggi badan, hanya 145cm pendek bukan?.

"Hais....." keluhnya. Setelah itu dia turun.

Tiba tiba, tubuhku melayang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan aldo yang mengangkat tubuhku. Dan, aku di duduki di jok belakang motornya.

Woh... Beginilah rasanya di gendong, ah.. Bukan bukan. Tepatnya hanya di angkat saja.

"Tumbuh itu, ke atas. Bukan ke samping" ujarnya.

Brum...Brum..Brum...

"Eh..." refleks aku memeluk pinggang aldo.

Deg

Lagi dan lagi, jantung ini berdetak lebih kencang.

"Maaf do. Aku gak sengaja, tadi refleks" pekikku.

Karna motor, sudah melaju lumayan kencang.

"Udah deh, gak usah modus. Lepasin tangan lo, pegangan ke baju gue aja." ujarnya.

Ada rasa sesak di dada, sehingga untuk bernafas saja bahkan sulit.

"iya iya maaf." ucapku lirih.

Tes

Tak terasa, air mata ini jatuh juga. Kenapa sesakit ini. Mendengar ucapan yang dia lontarkan, seakan menyakitkan.

" Alamat rumah lo ? " pekiknya dingin dan datar.

"Jalan mawar, gang kelinci nomer rumah 147" ucapku.

Hening.

"Aldo. Aku mau nanyak boleh !" tanyaku ragu.

"Bilang aja."

"Tipe cewek idaman kamu itu, seperti apa? " ucapku.

Aah.. Kenapa hanya bertanya saja, membuat jantungku malah berdebar.

"Kenapa lo nanyak nanyak seperti itu, yang penting, tipe cewek idaman gue, bukan lo" ketusnya.

Sabar sabar. Mencintai hanya sepihak, seperti ini, harus punya kesabaran setebal buku.

"Cuma nanyak aja. Wajar dong kalau aku nanyak, hanya sekedar ingin tahu." jawabku.

Aldo menatap ke arah spion. Di mana, ada pantulan alya di sana.

"heran deh sama cewek satu ni, gue udah berusaha bikin dia benci dengan perlakuan dan sikap gue dia tetap gak jauhi gue." batin aldo.

"Gue suka cewek yang gak suka mengejar cowok." jawab aldo. Sengaja membuat hati alya teriris.

Di liriknya lagi, alya dalam pantulan spionnya. terlihat alya murung setelah mendengar jawaban darinya.

Setelah mendengar perkataan dari aldo, aku tidak banyak bertanya lagi.

"apa iya!cewek kalau mengejar cowok duluan gak boleh?kan aku cinta makanya wajar kan kalau aku kejar" batinku.

Lima belas menit kemudian. Motor yang di kendarai aldo, sudah berhenti tepat di depan rumah alya. Yang tidak terlalu besar, ber cat warna kuning dan putih.

Bruk.....

"Aduh. Pantatku nyium aspal deh." gumamku.

Alya terjatuh saat turun dari motor, akibat terlalu tinggi. Sehingga membuatnya tidak bisa menahan keseimbangan tubuh.

"Udah sampai rumah lo kan, gue balik duluan."

"Makasih. kamu gak mau mampir dulu? Ketemu calon mertua." refleks aku menutup mulutku kaget karna ajakanku tadi.

"bisa bisanya gue ngomong gitu, nanti kalau aldo ilfil sama gue gimana" batinku.

"Gak" ucapnya dingin.

"I love you pangeranku." teriakku. Saat motor aldo sudah menjauhi area rumahku.

"Ah senengnya. Jalan bareng sama pangeran gantengku. Meski tanpa sengaja sih, tapi gpp, apa lagi tadi, sempat meluk dia, rasanya anget banget di badan." ucapku. Sambil memasang senyuman secerah lampu Philips.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Jika Berlama lama di sini, sambil senyum senyum gak jelas. Takut terdaftar jadi orang gila baru. Kan gak asyik dong, masak cewek se cantik alya sudah jadi orang gila.

"Assalamualaikum." ucapku.

"Waalaikumsalam. Gimana, sampai dengan selamat kuenya nak ?" tanya bunda.

"Alhamdulillah, sangat selamat bunda. sampai sampai motor alya mati mendadak tadi, di tengah jalan." cengir ku.

"Loh, terus sepeda kamu sekarang ada di mana ? Terus tadi pulang naik apa !"

"Kebetulan tadi ada temen alya bun, yang bantuin. Jadi motornya sekarang, masih di perbaiki di bengkel. Terus sekalian deh temen alya yang anterin pulang." ucapku.

Sembari masih pasang senyuman dari tadi yang belom mau hilang ini.

"Terus itu kenapa, bibir senyum senyum terus dari tadi. Seperti orang yang lagi kesambet" tanya bunda.

Yang mengernyitkan dahinya karna heran.

Seketika bibirku merenggut karna kesal. Dengan pertanyaan bunda, masak iya, anaknya di kira kesambet gara gara senyum senyum terus. Ini kan senyum kebahagiaan.

"Iih bunda...Alya gak kesambet yah. Alya masih sadar, dan waras loh bun." ucapku.

"Hahaha...Bunda kira, kamu kesambet di jalan, tadi pas motormu mati" tawanya.

"kesambet cintanya aldo anakmu ini bun" batinku.

Karna aku tidak berani ngomong langsung di depan bunda. Bisa rumit masalahnya kalau bunda tahu aku sedang jatuh cinta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!