" Lo mau pesen apa al ? " tanya lidia.
"Gue pesen es jeruk peras aja lid."
"Sudah. Hanya es jeruk aja? Gak sekalian sama makanannya."
"Enggak deh, gue cuma haus saja."
"Ok siap. Laksanakan." ucap lidia.
Gegas beranjak dari bangku, untuk memesan makanan dan minuman. Sedari tadi, kita tidak langsung pesan. Dikarenakan banyaknya siswa yang mengantri tadi.
"Minuman datang !" seru lidia.
Yang sudah membawa nampan.
Dan, menaruh minumanku. Serta bakso, juga es teh. Yang lidia pesan. Duh.... liat bakso saja air liurku sudah mau keluar nih.
"Makasih saudara tersayang ku !"
"simi simi " jawabnya.
Meniru suara anak kecil.
Lidia pun, mulai makan bakso dengan lahapnya. Setelah membumbui baksonya dengan sambal,saus,dan kecap.
Tet....tet....tet...
Bel pun berbunyi, pertanda istirahat telah usai.
Alya dan lidia, segera menuju kelas. Setelah selesai makan. Dan minum yang mereka pesan.
"Baik anak anak. Ibu akhiri pelajaran saat ini, dan jangan lupa, pekerjaan rumah yang ibu kasih. Segera di kerjakan. wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap buk dini yang menjadi guru sejarah di kelasku.
"Baik buk, waalaikumsalam"
"Lid, pulang bareng gue yah !" ajakku.
" Ok deh siap. Yuk pulang." serunya.
"Alya."
Segera, aku membalikkan badan, saat ada yang memanggilku. Terlihat nanda sedang berjalan ke arahku sembari membawa paper bag.
"Iya nan. Ada apa? " tanyaku.
"Makasih al, makanannya. Kata aldo, masakan lo enak banget. Nih, tepak makannya gue balikin. Oh iya, gue yang mengembalikan ke lo, karna aldo, malu yang mau mengucapkan terimakasih sama lo." ucapnya.
Sambil menyodorkan paper bag, yang berisi tepak makanku.
"Sama sama nan, gue sudah tau. Kalau lo yang makan bekalnya." ujarku sambil tersenyum.
Sambil mengambil paper bag yang ia sodorkan padaku.
Ku lihat. Aldo yang tengah memperhatikanku. Dua netra kami pun bertemu, segera aldo memalingkan wajahnya.
Ku tarik nafas ini, dalam dalam. Agar rasa sesak di dada tak semakin terasa.
Beginilah nasib cintaku. Selama dua tahun, tak kunjung dapat balasan cinta darinya.
"Hm...Maafin gue al." ujar nanda.
Sembari menggaruk tengkuknya, yang tak gatal.
" Gpp nan, santai saja. Lagian juga, bukan salah lo. Ya sudah, gue pulang duluan yah ! sudah di tunggu tuh sama lidia di luar." ucapku.
Segera, ku langkahkan kaki ini. Menuju keluar di mana, lidia sedang menungguku.
"Lama banget lo al. Jamuran gue nih, nungguin lo." kesal lidia.
"Iya iya maaf. Jangan marah donk, nanti banyak ubannya." tawaku.
Sambil berjalan meninggalkan lidia.
"Iih lo yah, nyebelin banget deh."
"Oh iya. Tadi, nanda ngomong apa aja sama lo? " tanyanya.
Setelah menyamai langkah kakiku.
"Mau tau banget, atau gak mau tau nih !"
"Mau tau banget lah."
"Kepo lo hahaha."
"Awas lo ya al. " geramnya .
Sesampainya. Di parkiran, aku segera mengambil kunci motorku, yang ku simpan di dalam tas. Gegas aku berjalan menuju motor beat si black. Yang sudah berdiri manis di sana.
Aku salah satu cewek, penggemar warna hitam. Biasanya, kalau cewek lain, lebih suka warna pink, kuning, atau ungu. Tapi beda denganku, malah suka dengan warna gelap.
"Yuk, kita pulang !" seruku semangat.
Setelah lidia menaiki jok belakang kursi penumpang.
"Makasih al. Sudah di bolehin nebeng." ucap lidia.
Setelah aku, memberhentikan motorku di depan rumahnya.
"Lo gak mau masuk dulu al ?" tanyanya.
"Enggak deh lid, makasih. Gue pengen cepet sampai rumah. Takut bunda khawatir, kalau gue telat pulang. Gue pulang duluan yah, by by by lid." ujarku.
Lalu ku gass motorku dengan pelan.
"Assalamualaikum bunda, alya pulang. " pekik alya.
Setelah sampai di rumah.
"Waalaikumsalam. Gak usah teriak teriak al, bunda ada di dapur."
"Hehe... Iya maaf bunda. Gara gara terlalu semangat sampai rumah. Alya lupa gak mengecilkan suara." cengir ku.
Sembari, mencium tangan bunda, yang telah melahirkan dan membesarkan ku.
"Bunda ada orderan lagi ?" tanyaku.
Saat melihat bunda, yang sedang menghias kue tart brownies berukuran 15cm.
"Iya sayang. Kalau sudah selesai menghias. Tolong kamu antarkan yah, nanti bunda kasih tahu alamatnya. Sekarang kamu sarapan dulu, setelah itu mandi."
"Siap bunda." ucapku semangat.
Segera ku cuci piring bekas makanku tadi. Tak lupa mencuci tepak bekalku ke wastafel cuci piring. Sudah kebiasaanku, setiap makan langsung di cuci. Supaya piring kotor tidak menumpuk.
Selesai mencuci piring. Segera, aku menuju kamar untuk membersihkan diri.
"Bun, kuenya sudah selesai ? Alamatnya mana ? " tanyaku.
Setelah selesai mandi, aku segera menghampiri bunda. Yang sudah mulai memasukkan kue tart ke dalam kotak.
"Ini alamatnya, kamu hati hati di jalan. Jangan kebut kebutan. Utamakan keselamatan kamu."
"Iya bunda. Pasti alya bakal pelan pelan naik motornya. Ya sudah, alya pamit dulu. Assalamualaikum." pamit ku.
Setelah aku mencium tangan bunda. Tak lupa membawa kue yang sudah di kantongi kresek.
Ku kendarai motorku, dengan pelan. Sambil mencari alamat yang bunda kasih. Dan tak lupa, aku memakai helm agar terlindungi dari sesuatu yang tak di inginkan.
"Assalamualaikum. Permisi." pekikku.
Setelah sampai di rumah, yang lumayan besar, dengan bernuansa putih. Ku cek lagi, alamat yang ku pegang tadi, untuk memastikan bahwa aku tidak nyasar atau salah alamat. Setelah benar benar memastikan. Bahwa aku tidak salah alamat.
Ku lihat kanan kiri, siapa tau ada tombol bel, untuk mempermudah memanggil sang tuan rumah.
"Nah ketemu." gumamku.
Segera aku memencet tombol bel, yang berada di sebelah kiri pintu.
Tidak lama kemudian. Pintu pun terbuka, menampilkan sosok paruh baya, yang masih kelihatan muda.
" Waalaikumsalam. Putrinya buk lastri ya ? " tanyanya.
Sembari menampilkan senyumannya.
"Iya buk. Panggil saja, saya alya."
"Ini buk. Pesanannya." sembari menyodorkan kresek besar tadi yang ku bawa.
"Makasih ya nak al." ucapnya.
Setelah mengambil kresek yang ku sodorkan tadi.
"Sama sama buk. Ya sudah, alya mau pulang dulu bu. Assalamualaikum."
"Gak mau masuk dulu nak ? "
"Terima kasih buk. Lain kali saja saya bertamu."
Ku pasang helmku. Setelah sampai di motorku. Segera ku nyalakan mesin motor, dan ku kendarai dengan kecepatan sedang.
Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tahu kau hanya untukku
Biarlah waktuku
Habis oleh penantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti
Walau badai menerpa
Cintaku takkan ku lepas
Berikan kesempatan untuk membuktikan
Ku mampu jadi yang terbaik
Dan masih jadi yang terbaik
Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tahu kau hanya untukku
Biarlah waktuku
Habis oleh penantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti
"Loh kenapa ini, kok mendadak mati si black." panikku.
Setelah ku tepi kan motorku, di tepi jalan. Padahal lagi asyik bernyanyi, sambil membayangkan ngedate sama pangeran gantengku. Eh malah motorku mati tanpa ijin.
"Memang indah banget yah, menghalu. Apa lagi, topik yang di jadikan haluan, orang yang kita sayang. Seperti di bawa terbang melayang layang." gumamku cekikikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments