"Selamat pagi anak anak. Mari kita mulai belajar." ucap mis indah.
Yang menjadi guru bahasa Inggris.
Semua murid, telah fokus dengan pelajaran hari ini. Ku lihat di belakang, di mana aldo dan tiga temannya duduk.
"lagi fokus saja tambah ganteng pangeranku. Semoga saja! perjuanganku untuk mendapatkan hatinya tak sia sia" batinku.
Teet.....teet...teet .....
Bel istirahat telah berbunyi, pertanda pelajaran pertama telah selesai. Mis indah pun, mengakhiri pelajarannya, serta pamit undur diri. Agar semua murid bisa lekas istirahat.
"Lid, ke kantin yuk ! Haus nih gue." ajakku.
"Let's go girl" serunya.
Kami berdua gegas keluar kelas, menuju kantin yang tak jauh dari kelas kami. Sebelum keluar kelas, aku menyempatkan melihat aldo yang fokus dengan benda pipih nya. Berharap aldo melihat ke arahku tapi nihil. Sampai aku keluar kelas pun, dia tidak melihat ke arahku. Semoga saja tuh bekal gak di buang lagi.
Aldo segera mengeluarkan paper bag yang ia taruh di laci bangkunya, dan mengambil bekal yang ada di dalamnya. Aldo mulai mengernyitkan dahinya! menatap surat kecil yang di tempelkan pada penutup tepak yang ia pegang.
"Wiiiih....si bos dapet surat cinta dari si al tuh !" seru doni.
"Isi suratnya apa tuh bos?" tanya riski.
"Terima aja deh! Kalau alya nembak lo bos" seru nanda yang ikut menimpali.
"Bisa diem gak kalian! " ucapnya.
Aldo pun membuka surat kecil itu dan memulai membacanya.
Selamat makan pangeran gantengku. **S**emoga setelah makan masakan buatanku, kamu mulai cinta sama aku! seperti aku mencintaimu. Nikmatilah makanannya. I love you( ˘ ³˘)♥
Selesai membaca surat dari alya. Ada sesuatu yang aneh mulai menjalar di hatinya. Tapi! Segera ia tepis.
"Apa tuh bos isi suratnya, gue pengen baca." seru riski.
"Gak ada yang boleh baca surat ini." ucapnya.
Sambil merobek surat di tangannya, lalu membuang ke sembarang arah.
"Yah... si bos malah di robek tuh surat! kita belum baca isi suratnya." seru mereka .
"Nih ambil lo. Makan tuh bekal." ujarnya.
Sambil menaruh bekal di depan nanda.
"Waaaah ......beneran nih bos, buat gue? makasih bos. Sepertinya enak deh, ada telur mata sapinya." seru nanda.
Yang berbinar melihat isi bekal yang ia pegang.
"Mau kemana bos ?" tanya riski.
Ketika melihat aldo berjalan keluar.
"Kantin." ucapnya dingin.
"Gue ikut bos, laper nih perut gue." seru riski dan doni.
"Gue ikutan juga, gue makan di kantin saja bekalnya alya." ucap nanda.
Yang bergegas mengikuti mereka.
"Ganteng banget tuh sih aldo."
"Liat deh! Riski juga ganteng kok, gak kalah ganteng dari aldo."
"Nanda juga ganteng. Apa lagi doni tuh! Meskipun dia manis, tetap saja cool dan keren bawaannya."
Suara bising siswi yang sedang memuji ketampanan aldo dan teman temannya.
Mereka menjadi idola para murid siswi. Gimana gak banyak fansnya, mereka berempat terkenal ganteng satu sekolah, pintar, serta jago main basket. Dan menjadi boy band di sekolah. Bahkan mereka setiap malam minggu mengisi acara di cafe milik aldo sendiri.
"Al, tuh aldo dateng sama si tiga semprul. Setiap kali, mereka ke kantin. Pasti semua cewek memuji mereka. Memangnya gak ada pembahasan yang lain apa? Sampai semua siswi hobi banget memuji mereka" gerutu lidia.
"Lo iri yah? Makanya! Tuh muka cantik dikit. Biar bisa di puji juga sama semua cowok di sini. Biar gak ngiri lo sama gengnya pangeran gue." ujarku cengengesan.
"Iih.... siapa juga yang iri. Gue tuh! Hanya ingin makan dengan tenang di sini. Tanpa ada suara berisik. Lah ini! Berisiknya seperti tawon yang lagi keluar dari sarangnya. Satu lagi! Gue sudah cantik ya al, gue gak butuh di puji puji cantik sama cowok. Gak ada manfaatnya juga." ketusnya.
"Iya deh iya.....Lo sudah cantik. Tapi masih cantik kan gue hahaha" tawaku mengejek.
"Mulai deh sok pedenya."
"Al liat deh, bukannya itu tepak bekal lo yah?" tunjuk lidia ke arah nanda.
Refleks aku langsung menoleh ke belakang. Di mana, mereka duduk di bangku kantin paling pojok. Kursi itu, memang sudah di klaim milik mereka. Jadi, murid yang lain tidak berani menduduki bangku tersebut, supaya terhindar dari amukan mereka.
Mataku sudah mulai berembun. Aku berusaha untuk tidak menangis, dengan mengedipkan mata. Sambil melihat ke atas! Supaya air mata ini, tak jatuh dari tempatnya .
"Al, lo baik baik saja kan?" tanyanya.
"Santai saja kali lid. Gue gpp, sudah biasa buat gue." ucapku tersenyum.
Aku berusaha menampilkan senyumanku, di depan lidia. Supaya dia, tidak lagi emosi. Yang pada akhirnya, melabrak aldo. Seperti kemaren kemaren. Karna, melihat aku menangis gara gara bekalku di buang, tepat di hadapanku. Dan kebetulan lidia melihat kejadian itu.
"Lo beneran? Sudah deh al. Gak usah bawain aldo bekal segala. Ujung ujungnya, gak dia makan. Buktinya sekarang, bekal yang lo bawa, malah di kasih ke nanda. Heran deh gue sama lo. Lagian kenapa sih, lo mengejar cowok seperti aldo. Yang gak pernah menghargai lo sama sekali." sungutnya emosi.
"Bagaimana lagi, gue udah terlanjur cinta sama dia. Siapa tau, dia juga akan luluh sama gue. Dengan terus terusan gue mengejar dia,
lagian gak masalah juga. Kalau bekal yang gue bawak gak dia makan. Malah di berikan ke nanda. Jadi gak mubazir kan, dan gue ikhlas bawain bekal untuk dia." ucapku.
Sambil melihat ke belakang, di mana nanda dengan lahapnya memakan masakan buatanku.
"Segitunya kamu do. Gak mau makan dari pemberianku. Sepertinya, aku harus berusaha, dan lebih bersabar lagi dalam menghadapi sikapmu" batinku.
" Ini mah enak banget bos, masakan alya. Gak mau cobain bos !" ujar nanda.
Sambil menyodorkan satu sendok di depan aldo.
"Habisin saja, gue gak terbiasa sama masakannya orang luar" ucapnya.
"Ya sudah. Gue habisin nih bekalnya."
"Aldo. Lo gak kasian. Liat alya selalu mengejar lo? Bahkan, setiap hari dia selalu bawain bekal buat lo. Dan pada akhirnya sama lo di buang. Bahkan sekarang saja, malah di berikan ke nanda. Gpp sih, kalau lo gak mau bekal dari dia. Setidaknya, lo hargai usahanya, satu kali saja deh. Lo makan bekal yang dia buat. Tuh liat, di depan sana ! Alya liatin lo dengan raut wajah yang kecewa." ucap riski.
"Terserah gue lah, lagian siapa juga suruh dia, bawain bekal buat gue." ucapnya dingin.
Entah kenapa, ada rasa sesak di dada. Setelah apa yang riski ucapkan tadi pada dirinya. Seperti ada rasa sesal. Tapi urung, segera ia tepis jauh jauh perasaan itu.
" Gak ngerti gue, sama lo bos." timpal doni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments