*Ketika mata menatap
Maka hati dapat terpikat
Ketika raga mendekat
Maka jiwa dapat menetap
~Takdir Terindah~
Ukhfira
Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya
Selamat membaca
Semoga suka
🌻🌻🌻*
"Jazakillah khoiron ya Sil, kamu sudah mau menemani aku ke perpus buat cari buku."
"Wa jazakillah khoiron Al, kalau sama aku mah santai saja seperti dipantai, ya audah ayo kita masuk."
Kedua perempuan muslimah yang cantik dengan pakaian syarinya itu baru saja masuk ke dalam perpustakaan yang menjadi salah satu fasilitas wajib yang harus dimiliki oleh Universitas Islam Jakarta, pasalnya perpustakaan merupakan tempat yang wajib dikunjungi oleh para mahasiswa dan mahasiswi dikarenakan perpustakaan merupakan salah satu kunci suksesnya tugas mereka yang diberikan oleh masing-masing dosen.
Langkah kaki Alesya seketika terhenti setelah melihat pemandangan yang tidak disukainya sehingga membuat matanya membulat dengan sempurna.
Silmi yang berada disampingnya ikut mengerem mendadak dan segera menyeimbangan badannya yang hampir saja jatuh kedepan.
"Lho kok berhenti Al?, kenapa?"
Pertanyaan Silmi seakan hembusan angin yang berlalu begitu saja, pasalnya Alesya tidak mendengarkan pertanyaan Silmi tersebut dan pandangannya masih saja fokus ke depan.
Seakan dibuat penasaran, Silmi langsung meluruskan pandangannya kedepan mengikuti arahh kedua bola mata Alesya yang menatap kedepan dengan tatapan sangat tajam seakan sedang menatap musuh yang kini sedang dihadapannya.
Terlihat laki-laki tampan dengan paras khasnya blasteran indo-arab sedang duduk santai seorang diri dengan buku yang berada ditangannya dan tatapan fokus kearah buku tersebut.
Silmi pun langsung melengos sembari menoleh kearah wajah cantik Alesya yang sudah penuh akan raut kekesalan dan kesebalan dengan tatapan masih saja melekat kearah laki-laki tersebut yang tak lain adalah Afnan sang pangeran kampus.
Sebenarnya Alesya bukan memperhatikan laki-laki itu karena ia tau kodratnya sebagai seorang perempuan yang harus menundukkan pandangannya kepada laki-laki yang bukan mahromnya, justru ia memperhatikan beberapa mahasiswi yang berdiri didepan rak buku yang tak jauh dari Afnan tetapi pandangannya malah tertuju kepada sang pangeran kampus yang dari kelihatannya fokua sekali bait-bait kata yang tersusun rapi dibuku tersebut.
"Kenapa sih dimana-dimana laki-laki itu selalu ada, dan ujung-ujungnya pasti jadi pusat perhatian, males sekali lihatnya." Ocehan yang keluar dari mulut Alesya seakan mewakilkan Silmi yang juga menyetujui ucapannya.
"Iya Al, bosan juga kalau setiap hari ketemunya dia-dia terus, ya walaupun sebenarnya kalau dilihat-lihat dia ganteng sih, seperti pangeran Arab."
"Arab maklum kali." Celetuk Alesya sembari terkekeh mendengar julukan yang diberikan Silmi kepada Afnan.
"Itu harap maklum Al, ada-ada saja kamu." Papar Silmi membenarkan ucapan Alesya yang sengaja diseleokkan.
"Ya sudah kalau begitu kita pergi dari sini Sil, pinjam bukunya kapan-kapan saja, sudah malas duluan melihat Pangeran Arab maklum itu."
Masih dengan terkekeh Alesya membalikkan badannya untuk segera mengangkat kakinya dari perpustakaan.
Bruggg
"Astaghfirullahal adzim." Pekik Alesya yang langsung beristghfar setelah tubuhnya merasa membentur sesuatu lebih tepatnya membentur beberapa buku yang taidnya berada digenggaman seorang laki-laki kini sudah berserakan di lantai.
"Mas kalau jalan lihat-lihat dong, nggak lihat ada orang disini?"
Bukannya memungut buku yang berserakan di lantai, Alesya malah memaki-maki serta menyalahkan laki-laki yang tidak sengaja membenturnya.
Rupanya laki-laki yang nyaris saja berbenturan fisik dengan Alesya itu adalah Shuwan, ia tadinya sedang asyik memilih beberapa buku untuk kepentingan tugas mata kuliahnya, tetapi tanpa sengaja ia mendengarkan obrolan Alesya dengan Silmi yang ternyata sedang membicarakan seorang laki-laki yang Alesya sebut dengan sebutan pangeran Arab maklum.
Dengan melengos Alesya pergi meninggalkan Shuwan yang masih pada posisinya berdiri mematung dengan tatapan yang masih tertuju kepada Alesya.
"Aduh maaf ya Mas, teman saya lagi nggak baik moodnya, makanya marah-marah seperti itu, ini bukunya Mas."
Secepat mungkin Silmi memungut buku yang berserakan lalu segera memberikan kepada Shuwan yang pandangannya sudah tertuju kearahnya.
"Iya nggak apa-apa Mbak" Balas Shuwan tak mempermasalahkan.
"Kalau begitu saya permisi dulu, mari."
Dengan langkah setengah berlari Silmi mulai menjauh dari Shuwan tentunya untuk menyusul Alesya yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Tuh cewek cantik-cantik galak banget, untung yang satunya baik, pakai acara mungutin buku gue yang jatuh, padahal bukan dia yang nabrak gue."
"Tapi tunggu deh, kayaknya gue kenal sama mereka berdua."
Ingatan Shuwan masih sangat bagus, dia seperti tidak asing dengan wajah kedua perempuan yang baru saja berpapasan dengannya.
"Aha, gue sekarang ingat, mereka yang kemarin nggak jadi makan karena melihat Afnan, dan jangan-jangan yang tadi tuh cewek sebut pangeran Arab maklum si Afnan?"
Shuwan pun langsung memutar pandangannya kearah depan, dugaan ia benar sekali, kedua bola matanya menangkap seorang laki-laki yang masih sedang asyik dengan bukunya.
"Kan benar, pasti mereka nggak jadi ke perpus karena Afnan."
Dengab langkah gontai Shuwan menghampiri Afnan dan langsung menyambar kursi untuk mendudukinya.
Afnan pun memiringkan bukunya untuk melihat siapa yang beraninya duduk dihadapannya itu sehingga membuat dirinya terganggu dalam berkonsentrasi membaca.
"Bro, loe tau nggak?, pastinya nggak tahu kan, ya sudah gue kasih tahu ya, tadi eh bukan tadi deh barusan ini dua cewek yang kemaren nggak jadi makan di kantin, loe masih ingat kan?"
Mendengar sabahatnya yang sedang bercerita itu Afnan hanya menganggukkan kepala saja seraya kembali lagi kepada aktivitasnya yaitu membaca buku, mungkin ia rasa cerita Shuwan kurang menarik sehingga membuat dirinya tidak terlalu antusias untuk mendengarkannya. Berbeda halnya dengan Shuwan yang sangat antusias bercerita walaupun yang diajak bicara meresponnya hanya dengan bahasa isyarat tubuh saja.
"Mereka masuk ke dalam perpus ini, tapi mereka malah keluar lagi, dan tadi gue sempat dengar obrolan mereka sedikit sih, pokoknya intinya mereka nggak jadi pinjam buku soalnya malas melihat pangeran Arab maklum disini."
Kali ini Shuwan berhasil membuat Afnan tertarik dengan ceritanya, buktinya ia langsung menaruh bukunya dan tertuju kepada Shuwan yang sudah selesai bercerita singkatnya.
"Pangeran Arab maklum?" Ujar Afnan bertanya-tanya.
"Iya, dan sepertinya Pangeran Arab maklum yang dimaksud mereka itu, loe Bro."
Refleks satu alis Afnan langsung terangkat seakan mengisyaratkan kata "Oh ya?" kepada Shuwan yang ternyata sudah tidak bisa mengendalikan tawanya yang pecah dan kini perpustakaan menjadi ramai karena ulahnya.
Semua mata langsung tertuju kearah Shuwan yang langsung terdiam sedangkan Afnan sudah mengambil ancang-ancang untuk menutupi wajah malunya. Suasana pun kembali senyap dan mata-mata yang memandang kearah mereka sudah beralih kembali ke pandangan semula.
"Loe ya Bro malu-maluin, ini diperpus tahan ketawanya."
"Ya lagian lucu sih, masa mereka ngatain loe pangeran Arab maklum, ada-ada saja deh."
Setelah mendengar cerita Shuwan, Afnan semakin menjadi penasaran kepada perempuan yang sudah mulai menampakkan ketidaksukaan terhadap dirinya padahal bukan karena sombong tetapi emang dasarnya Afnan tampan dan bisa dibilang juga pangeran arab karena wajahnya yang memang ada campuran arabnya siapa yang tidak terpesona ketika melihat wajah tampannya itu tetapi ternyata dugaannya salah tidak semua yang melihatnya itu menggilainya.
"Padahal loe kan memang Pangeran Arab asli nggak ada maklum-maklumnya."
Masih saja Shuwan membercandai Afnan yang hanya dapat geleng-geleng kepala saja melihat tingkah konyol sahabatnya yang suka sekali membuat dirinya tersenyum karena lucu.
^^^^^
Sholat Dzuhur yang baru saja dilaksanakan secara berjamaah di Masjid yang berada disamping paling depan Universitas Islam Jakarta itu telah usai, para jamaah yang mayoritas para mahasiswa dan mahasiswi pada berhamburan keluar masjid begitu juga dengan Afnan yang rupanya baru saja keluar dari masjid kemudian bergegas memakai sepatunya yang sudah ia temukan dan kini sudah duduk didepan sepatunya untuk memakainya kembali.
Tanpa tersadari oleh Afnan yang sedang sibuk mengeratkan tali sepatunya, terlihat Alesya baru saja keluar juga dari masjid lewat pintu khusus wanita yaitu disamping pintu khusus pria dimana Afnan duduk.
Deg
Jantung Afnan berdetak cepat tatkala ketidaksengajaan kedua matanya tertuju kearah samping dimana Alesya baru saja selesai memakai sepatunya. Wajah cantik dibalik balutan khimar syari warna dongker yang dipakai oleh Alesya sukses membuat Afnan susah berkedip dan bahkan tidak dapat berpaling.
"Kak Al, Kak Alesya Faihanah."
Merasa namanya lebih tepatnya nama lengkapnya dipanggil Alesya segera menoleh kebelakang, terlihat Ziva yang baru saja keluar dari masjid segera berlari kecil menghampirinya.
"Alesya Faihanah?" Ucap Afnan dengan lirih.
Rasanya telinga Afnan tidak asing lagi mendengar nama lengkap seorang wanita yang sedang ia tatap itu, pandangannya pun ter-alihkan kepada seorang wanita yang sedang menghampiri wanita cantik yang sedang ia pandang.
"Zizi." Pekik Afnan lirih tatkala melihat Ziva sang adik kini sedang bersama Alesya dan sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
"Ternyata perempuan itu yang bernama Alesya Faihanah, perempuan muslimah yang ingin Zizi kenalkan sama aku."
Wajah tampan Afnan kini tengah mengukir senyuman termanis seolah-olah ia sedang melihat pemandangan yang indah.
"Kak Al mau kemana?"
"Aku ada kelas habis ini Zi, memangnya ada apa ya Zi?"
"Kak Al ada kelas ya, tadinya Ziva ada perlu sama Kak Al, tapi nggak apa-apa lain kali saja."
Alesya pun hanya dapat menganggukkan kepala seraya pamit kepada Ziva untuk segera menuju kelasnya, Ziva pun hanya dapat mempersilahkan Alesya untuk meninggalkannya.
"Ziva Kinanah."
Kini giliran Ziva yang menoleh kearah dimana seorang laki-laki tengah memanggil nama lengkapnya.
Afnan pun melangkahkan kakinya menghampiri sang adik yang sudah menoleh kearahnya.
"Bang Af."
"Oh ya Bang, barusan nih Zizi nyoba bujuk Kak Alesya untuk ketemu sama Bang Af, tapi ternyata Kak Al hari ini ada kelas, jadi lain kali saja ya Bang."
Afnan justru tersenyum saat mendengarkan ucapan Ziva yang sepertinya kecewa karena tidak dapat mempertemukan Abangnya dengan Alesya, padahal ia sudah merencanakan semuanya semalam suntuk tetapi ternyata semesta tidak mendukung.
"Nggak perlu Zi, sudah cukup tadi bagi Bang Af melihatnya, walau cuma sebentar tapi Bang Af yakin dia adalaj perempuan muslimah yang sholehah, benar kata kamu, Alesya adalah perempuan muslimah yang cantik dengan pakaian syarinya, dia patuh kepada perintah Allah untuk menutup auratnya apalagi nantinya dia pasti akan patuh kepada laki-laki beruntung yang akan menjadi suaminya."
Ziva pun malah geleng-geleng kepala ketika mendengarkan penuturan sang Abang yang malah senyum-senyum sendiri sembari memuji akan kesholehahan perempuan muslimah yang baru saja ia lihat tadi yang tak lain adalah Alesya.
"Oh sudah melihat Kak Alesya rupanya, pantas saja wajahnya berseri-seri."
Mendapat senggolan pelan di bahunya oleh Ziva, sontak membuat Afnan semakin menjadi senyum-senyumnya, seolah-olah baru pertama kali dia melihat wanita cantik dengan khimar syarinya padahal selama ini dia dikelilingi oleh wanita-wanita muslimah yang cantik tetapi mungkin wajah Alesya yang mengeluarkan sinar kecantikan alami yang membuat Afnan kagum dan begitu takjub, bagaikan bertemu dengan bidadari syurga baginya.
"Ya sudah ya Bang, Zizi harus pergi dulu, karena nggak jadi kan kalian bertemu, ya sudah Zizi mau mengurusi bisnis Zizi dulu, Assalaamu 'alaikum Bang Af yang ganteng."
"Eh tunggu dulu Zi, yang semangat ngebisnisnya, tapi ingat, jangan sampai lupa sama kuliah kamu ya, harus pintar bagi-bagi waktu ya."
Ziva pun langsung menganggukkan kepala saja tetapi bukan anggukkan belaka melainkan sebuah janji yang secara langsung dan spontan ia ikrarkan kepada sang Abang yang sudah lebih dulu terjun kedua bisnis dan sekarang sudah sukses diusia yang masih muda.
^^^^^
"Bro gue ngeracik sendiri ya jusnya, seperti biasanya"
Afnan yang baru saja masuk kedalam Jus Kafe miliknya itu langsung mempersilahkan sang sahabat siapa lagi kalau bukan Shuwan untuk melakukan apa yang ia mau, sedangkan dirinya lebih tertarik menuju tempat kasir dimana seorang laki-laki yang bertugas sebagai kasir tengah tersenyum ramah kearahnya karena ia yang lebih dulu tersenyum duluan.
"Selamat siang Pak Afnan."
"Selamat siang juga Yanto, bagaimana kabar kamu, sehat?"
Begitulah Afnan jika berkunjung ke Jus Kafe miliknya, bukan kondisi keuangan atau kendisi Kafenya terlebih dahulu yang ia tanyakan melainkan keadaan dan kesehatan para pekerjanya yang sudah membantunya mensukseskan Jus Kafe yang sudah 3 tahun berjalan.
"Alhamdulillah sehat Pak, kantong keuangan kafe juga sehat kok Pak."
Afnan terkekeh ketika mendengar candaan dari sang kasir kafenya yang bisa juga membercandai dirinya.
Kini Afnan sudah duduk dihadapan Shuwan yang rupanya sudah asyik menyeruput jus naga yang baru saja ia racik sendiri katanya.
"Alhamdulillah segar banget, apalagi kalau gratisan, berkali-kali lipat segarnya"
"Bisa saja loe Wan-wan, kalaU gratisan hidung loe kembang kempis."
"Sialan loe." Pekik Shuwan yang langsung menatap dan memegang hidungnya yang mancungnya standar.
"Selamat siang Mbak Kalista, silahkan masuk dan silahkan pilih tempat duduk yang Mbak Kalista sukai."
Suara seorang perempuan yang tak lain adalah pelayan jus cafe yang sedang menyambut kedatangan seorang perempuan cantik bersama kedua temannya di ambang pintu itu membuat Shuwan yang tanpa sengaja mendengarkan langsung menoleh kearah ambang pintu sedangkan Afnan hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Shuwan yang selalu saja seperti itu jika ada perempuan cantik apalagi perempuan cantik yang bernama Kalista.
"Siang juga Mbak Indri, terima kasih atas sambutannya, kalau begitu saya masuk dulu ya, ayo teman-teman kita masuk."
Perempuan cantik dengan pakaian syarinya itu segera masuk kedalam bersama teman-temannya yang memakai baju muslimah ala stylish selebgram.
"Bro, Bro itu Kalista Bro, maa syaa Allah sekarang dia pakai syari Bro, cantiknya nambah 180° Bro."
Shuwan yang langsung menyenggol-nyenggol lengan Afnan membuat sang empu dengan terpaksanya menoleh kearah seorang perempuan yangs sedang duduk bersama teman-temannya dan sedang memesan pesanan.
"Cantik kan Bro Kalista yang sekarang, sana samperin Bro, kali saja dia jodoh loe kan."
"Loe kenapa sih Wan, kalau ada perempuan cantik mata loe langsung hijau lumut begitu."
"Ah loe kelamaan."
Tanpa ba bi bu lagi, Shuwan langsung menyeret lengan Afnan menuju tempat duduk Kalista yang tanpa sengaja menoleh kearah mereka dan kini kedua laki-laki tampan dengan kadar kegantengan yang berbeda-beda sudah berdiri dihadapan Kalista yang tampak malu-malu sekali dan sesekali mendongakkan kepala untuk menatap Afnan yang tidak sengaja menatapnya juga.
"Hai Kalista, kamu apa kabar?, sudah seminggu ya kita nggak bertemu, dan kamu sekarang makin cantik saja, benar ya apa kata orang, perempuan muslimah itu cantik dengan hijabnya, seperti kamu."
Shuwan tersenyum malu diakhir pujiannya kepada Kalista, sedangkan Kalista malah tidak mengubrisnya bahkan dia malah senyum-senyum sendiri setelah berhasil mencuri-curi pandangan kepada Afnan.
"Selamat menikmati jus pesanannya ya, dan semoga suka dengan pelayanan disini."
"I-ya Afnan, kami suka kok, suka sama jusnya sama pelayannya dan suka sama..."
Ucapan Kalista sengaja terhenti bahkan ia langsung menatap kearah Afnan yang tidak mengubrisnya malah Shuwan yang sepertinya kegirangan.
"Sama Afnan ya." Goda Shuwan yang membuat Kalista terbalut malu dan malah senyum-senyum sendiri. Sedangkan Afnan langsung menyenggol lengan Shuwan dan menatapnya dengan tajam.
"Kalau begitu saya permisi dulu, ayo Wan."
Kini giliran Afnan yang menarik paksa lengan Shuwan untuk menuju tempat duduk mereka semula, sedangkan Kalista sudah senyum-senyum sendieit, membuat teman-temannya langsung menggodanya dengan kata-kata.
"Cie cie cie Kalista"
"Apa sih kalian, jadi malu deh aku."
Afnan kembali ke tempat duduknya semula dengan menyeruput jus yang tadinya Shuwan pesan, sedangkan Shuwan tidak ada habis-habisnya menggoda Afnan yang sepertinya tidak ada ketertarikan kepada Kalista yang sebenarnya diam-diam mencintainya.
"Bro, sepertinya Kalista suka deh sama loe, dari tatapan matanya, senyuman manisnya, itu mengisyaratkan kalau dia suka bukan suka lagi sih tapi cinta sama loe, sudah loe gas saja, siapa tahu dia jodoh lho."
"Wan-Wan, kok malah loe yang sibuk sih, gue juga nggak ada rasa apa-apa sama dia, jadi kalau loe suka sama Kalista, loe saja yang gas sana."
"Lah bagaimana sih loe, giliran ada yang suka sama loe, malah loe abaikan, katanya loe cari calon istri, itu Kalista kurang apa sih Bro, Kalista itu perempuan yang sempurna."
Afnan memutar bolanya jengah, ia heran mengapa Shuwan yang ngebet menawarkan Kalista kepada dirinya, memang Afnan akui Kalista cantik, baik agamanya apalagi sekarang dia sudah lebih syari dari kemarin, tetapi ntah kenapa setelah melihat perempuan di masjid tadi, yang tak lain adalah Alesya, Afnan malah semakin penasaran dengan Alesya dan bahkan ia sudah tidak perduli dengan perempuan lain termasuk Kalista yang sudah lama Afnan tau kalau perempuan itu punya perasaan terhadapnya.
"Alhamdulillah gue sudah bertemu dengan seorang perempuan yang cantik dan baik agamanya"
Shuwan yang mendengarkan penuturan sang sahabatnya itu girang bukan main dan langsung penasaran dibuatnya.
"Ohya?, siapa Bro?, mana gue lihat fotonya."
"Nanti juga loe tahu, kalau gue dan dia berjodoh."
Afnan malah senyum-senyum sendiri ketika mengingat wajah cantik yang tadi ia lihat di masjid, dengan kecantikan yang alami tanpa polesan make up sedikit pun, karena tadi Alesya baru saja selesai sholat otomatis wajahnya bersinar karena air wudhu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jangan lupa Vote dan komentarnya
Yah Readers
🙏🙏🙏
See you in next chapter
❤❤❤
"Teruntuk kalian yang sedang membaca cerita ini, jadilah pembaca yang aktif ya, aktif beri bintang dan beri komentar, Percayalah jempol kalian adalah suntikan semangat bagi saya sebagai penulis pemula yang masih belajar merangkai kata untuk menjadi sebuah cerita"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Noer Fitriani
bagus bak firaaa
2020-10-17
3
Lady Dy
maa sha Allah keren ini mah kak 😍
tata bahasa juga sudh hampir seperti penulis profesionall
semangat terus berkarya dengan karya2 yang bernilai religius agar memotivasi para muslim/muslimah 💪😁
2020-07-09
1
Dewy Seruni
sip,,saya suka ceritanya kak...
2020-07-06
1