Tebar Pesona

Ketampanan wajah memang dapat menyenangkan mata

Tetapi ketampanan akhlak sungguh dapat menyejukkan hati

~Takdir Terindah~

Ukhfira

Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya

Selamat membaca

Semoga suka

🌻🌻🌻

Dengan wajah bergurat lelah dan langkah yang lunglai Alesya keluar dari ruangannya setelah mengikuti kelas mata kuliah siang ini, begitu juga dengan Silmi yang baru saja ikut keluar dari ruangannya dengan mimik wajah yang sama persis. Wajar saja jika mereka merasa lelah karena hari ini jadwal mata kuliah mereka sangat padat yaitu dimulai dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang, tadi juga sempat ada jam istirahat untuk sholat dzuhur dan makan siang, jadi mereka tidak ketinggalan waktu sholat dan makan siang.

Alesya ingin menepis pendapat segelintir orang lebih tepatnya anak-anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah dimana mereka mengatakan bahwa kuliah lebih santai daripada sekolah padahal nyatanya sama saja bahkan lebih sibuk kuliah karena banyaknya tugas yang diberikan oleh para dosen dan jadwal kuliahnya juga padat bahkan bisa sampai seharian menjadi penghuni kampus. Namanya juga menimba ilmu ya harus bersusah-susah dahulu, sukses kemudian, jika ingin santai duduk manis di rumah saja tetapi jangan berharap ingin sukses. Itulah pikir Alesya yang begitu menikmati aktivitasnya menjadi seorang penimba ilmu.

"Sil, nanti setelah ashar ada kajian, kamu ikut nggak?"

"Aduh aku nggak bisa Al, nanti sore sepupuku mau main ke kostku, jadi maaf ya aku nggak bisa ikut kajian hari ini, hari selanjutnya in syaa Allah aku ikut deh."

Alesya pun hanya dapat menganggukkan kepala dan menerima lapang dada alasan penolakan Silmi tersebut.

Sedang asyiknya ngobrol ntah mengapa pandangan Alesya yang akhirnya diikuti juga oleh Silmi tertuju kearah halaman kampus yang luas dimana terlihat segerombolan mahasiswi tengah menggerumuni seseorang ntah siapa Alesya dan Silmi tak dapat melihatnya.

"Terima kasih ya kalian semua sudah mau menyisihkan rezeki kalian untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan."

"Iya Afnan sama-sama."

Muncullah seorang laki-laki dibalik gerombolan para mahasiswi dengan membawa kotak berukuran sedang bertuliskan "komunitas berbagi itu indah", wajah tampan laki-laki tersebut tidak asing bagi Alesya juga Silmi, setelah melihat laki-laki tersebut sudah melenggang jauh dari kerumunan para mahasiswi dengan sempatnya mengukirkan senyuman manis diwajah tampannya membuat Alesya menatapnya dengan sinis.

"Sudah sok ganteng, tebar pesona lagi, menjijikkan sekali, cuma perempuan-perempuan yang nggak normal yang tergila-gila sama dia, modal ganteng saja dikagumi."

Nyatanya pemandangan tersebut menyulutkan emosi Alesya, ia merasa sebal sendiri karena sebagai seorang perempuan sejatinya jika diberikan senyuman seperti itu pasti akan terbawa perasaan, tidak seharusnya laki-laki menebarkan pesona kepada perempuan yang diciptakan menjadi manusia terbaper karena perempuan lebih mendominankan perasaannya ketimbang laki-laki.

"Sudahlah Al, kamu ngapain sih membicarakan pangeran kampus sok ganteng itu, biakan dia mau ngapain, bukan urusan kita kan."

Ada benar juga ucapan Silmi, memang seharusnya Alesya abaikan saja apa yang sedang dilakukakan oleh laki-laki yang dianggap sok ganteng, tetapi sebagai perempuan normal Alesya merasa kesal sendiri ditambah para mahasiswi banyak yang menggilai pangeran kampus tersebut. Alesya merasa malu sendiri melihatnya.

"Tapi ini nggak bisa dibiarkan, aku kesal lihatnya, kok ada sih cowok seperti dia, paket komplit nyebelinnya, coba kalau dia nggak kuliah disini pasti mahasiswi-mahasiswi disini nggak ada yang kegatelan seperti itu."

Alesya benar-benar tidak habis pikir mengapa para mahasiswi sampai menggilai laki-laki yang nyebelinnya paket komplit seperti Muhammad Afnan Rafisqy sang pangeran kampus yang membuat para mahasiswi di kampusnya sampai tergoncang imannya hanya karena ketampanan wajah Afnan semata, padahal laki-laki idaman bukan hanya ketampanan tapi agama beserta akhlaknya.

^^^^^

"Kak Al, tadi kajiannya bagus ya, memotivasi kita untuk terus beribadah ikhlas karena Allah, bukan hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang baik saja."

Alesya dan Ziva baru saja keluar dari masjid setelah hampir satu setengah jam lamanya mereka mendengarkan kajian motivasi yang benar-benar memotivasi mereka untuk terus beribadah lillahi taala bukan hanya beribadah karena baper semata supaya mendapatkan jodoh yang baik. 

"Iya Zi maa syaa Allah bagus sekali, Ustadzahnya juga lucu padahal sudah nhgak muda lagi tapi penyampaiannya seperti anak muda, jadi alhamdulillah bisa dengan mudah kita terima. Dan mulai sekarang kalau kita beribadah luruskan niat karena Allah, bukan karena supaya dapat jodoh yang baik, kita juga harus percaya sama Allah, jika Allah menyayangi kita pasti Allah akan menjodohkan kita dengan laki-laki yang baik dimata-Nya."

Penuturan Alesya yang panjang lebar tersebut rupanya memberikan tambahan semangat bagi Ziva yang baru beberapa bulan ini bertahap menjadi lebih baik. Sebelum bertemu dengan Alesya beberapa bulan yang lalu Ziva memang sudah menutup aurat tapi ala kadarnya saja dan bahkan ia terpaksa menutup aurat karena tuntutan Universitasnya dimana semua mahasiswi diwajibkan menutup aurat, namanya saja Universitas Islam sudah pasti mewajibkan bagi para mahasiswi untuk menutup auratnya.

Alesya adalah satu satu orang yang menjadi tim sukses Ziva dalam bertahap menjadi seorang muslimah yang lebih baik, pertemuan mereka yang sudah direncanakan oleh Allah mengetuk pintu hati Ziva tatkala Alesya selalu mengajaknya mengikuti kajian rutin dan sekarang Ziva sudah menjadi lebih baik dari yang kemarin.

"Hmmm, ngomong-ngomong kajian tadi, Ustadzah kan sempat jelasin tentang menikah muda, Apakah Kak Al punya niatan untuk menikah muda?"

Pertanyaan yang sepertinya mudah, rasanya sulit untuk Alesya jawab, tetapi ia melihat kilatan cahaya mata Ziva jelas menyiratkan keingin tahuan sehingga membuatnya harus menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya.

"Kalau aku pribadi sih, Aku ingin menikah muda, karena kan menikah itu selain sunnah Rasulullah juga bentuk ibadah kepada Allah, dan dengan menikah berarti telah menyempurnakan separuh agama, apalagi menikah adalah jalan tol tercepat menuju syurga."

Ziva langsung mengangguk-anggukkan kepala seraya tersenyum puas ketika mendengar jawaban yang sepertinya keluar dari hati kecil Alesya itu bahkan tanpa dibuat-buat.

"Kalau misalnya ada orang yang menikah saat kuliah menurut Kak Al bagaimana?"

Awalnya Alesya kebingungan karena pertanyaan ada-ada saja yang terlontar dari mulut Ziva. Bisa-bisanya gadis yang masih belia itu sudah berpikir terlalu jauh padahal Alesya sendiri belum pernah berpikiran sejauh itu.

"Hmmm, kalo menurut aku sih, menikah saat kuliah itu nggak boleh."

Seketika bola mata Ziva membulat mendengar jawaban Alesya yang bernada seirus itu, tetapi seketika itu juga Alesya terkekeh membuat Ziva menyerngitkan dahi penuh tanya.

"Lho kok nggak boleh Kak?." Tanya Ziva dengan tatapan aneh kepada Alesya.

"Ya karena pasti mengganggu kuliahnya, yang dibolehkan itu menikah setelah pulang kuliah, jadi kan ganggu kuliah." Jawab Alesya dengan tertawa kecil.

Ziva yang tadinya serius mendengarkan jawaban Alesya langsung cemberut dibuatnya.

"Kak Al, Ziva sudah serius lho, ternyata Kak Al malah bercanda, ihhh."

"Ya habisnya kamu ada-ada saja yang ditanyakan, ya sudah aku jawab yang serius ya, menikah sambil kuliah sah-sah saja, karena menikah itu kan ibadah, yang terpenting saling mencintai satu sama lain."

Ziva merasa sangat puas atas jawaban yang diberikan Alesya barusan, bahkan ia tersenyum sangat manis seperti ada yang disembunyikan dari Alesya yang sama sekali tidak mengetahuinya.

^^^^^

Seorang gadis cantik dengan pakaian syarinya baru saja masuk ke dalam rumah yang terlihat besar nan mewah. Ia bahkan langsung nyelonong tanpa ketuk pintu terdahulu seperti layaknya orang yang sedang bertamu.

"Assalamualaikum Bang Af."

Gadis cantik yang tak lain adalah Ziva baru saja mengucapkan salam setelah masuk ke dalam rumah yang keliatan sepi tak penghuni. Selang beberapa saat muncullah seorang laki-laki tampan dengan pakaian casualnya kaos lengan pendek dengan celana dibawa lutut menghampiri Ziva yang ntah kapan ia sudah duduk di ruang keluarga sembari menyantap cemilan yang sudah tersedia di meja depan TV.

"Wa 'alaikumus salaam, tumben kesini, biasanya kalau kesini sih ada maunya pasti."

Ziva menoleh kearah datangnya suara  tersebut, kini laki-laki tampan yang tak lain adalah kakaknya itu ikut duduk disampingnya dan bahkan langsung mengambil alih toples kaca yang berisi cemilan dari tangan Ziva.

"Ishh, Abang Muhammad Afnan Rafisqy, dilarang su'udzhon ya sama Adiknya sendiri, Zizi kesini mau ngasih informasi penting buat Bang Af, ya itu sih kalau Bang Af ingin tahu."

Sepertinya Ziva menyengaja sang Abang penasaran dibuatnya dan bahkan saat ini Afnan langsung mengalihkan pandangan kearah sang adik tercinta.

"Informasi penting apa?" Tanya Afnan sembari mengangkat sebelah alisnya mengisyaratkan rasa penasarannya.

"Tapi ngomong-ngomong Bang Af masih cari calon istri nggak?"

"Masih."

Ziva pun dapat menyunggingkan senyumannya setelah mendengar jawaban Afnan yang ternyata masih mencari calon istri.

"Alhamdulillah kalo masih cari calon istri, oh ya Bang Af, Zizi punya kenalan lho, perempuan sholehah yang sepertinya sepadan dengan Bang Af, pokoknya cocok dengan Bang Af, Zizi setuju kalau dia jadi Kakak ipar Zizi."

Penuturan Ziva yang sedang antusiasnya menceritakan wanita kenalannya kepada Abangnya langsung direspon tak kalah antusiasnya oleh Afnan laki-laki dengan berwarna tampan dengan blasteran Indonesia dan Arab, lebih tepatnya paras tampannya itu hasil copy paste sang Ayah yang keturunan arab, begitupun dengan Ziva wajah cantiknya juga terlihat sangat khas wajah blasteran indo-arab tetapi tidak terlalu menonjol dibandingkan Afnan.

"Ohya?, kamu serius Zi?, tapi dia manja seperti kamu nggak?, kalau manjanya seperti kamu Bang Af nggak mau ah."

Sebuah cubitan kecil berhasil mendarat dilengan kekar Afnan yang mengadu kesakitan, sedangkan yang mencubit merasa puas dan menjulurkan lidahnya. Seperti layaknya kakak dan adik diluaran sana, Afnan selaku kakak selalu saja ngusilin Ziva selaku sang adik. Tetapi justru karena saling usil persaudaraan tetap terjalin akur.

"Ishhh Bang Af, justru kalau perempuan manja apalagi seperti Zizi, ngangenin lho."

"Oh ya maca cih?" Tanya Azlan dengan nada bicara layaknya bocah.

Namanya juga Afnan tidak bisa melihat adiknya senang karena memuji dirinya sendiri, akhirnya Afnan juga harus merasakan akibatnya, mendapatkan pukulan bantal sofa yang dilemparkan tepat diwajahnya.

"Bang Af, Zizi serius nih, kalau Bang Af nggak serius Zizi nggak jadi nawarin kenalan Zizi si perempuan sholehah itu, biar Zizi tawarin sama Mas Shuwan saja." 

"Ya jangan dong Zi, siapa tahu dia jodohnya Bang Af, ya sudah Bang Af serius nih."

Afnan pun benar-benar membuktikan ucapannya, dia langsung duduk terdiam sembari serius memperhatikan Ziva seperti sedang memperhatikan dosennya saja. Ziva yang merasa keinginannya terkabulkan langsung membuka obrolannya lagi.

"Perempuan sholehah itu namanya Alesya Faihanah, umurnya 20 tahun, kuliah di kampus yang sama seperti kita, dia jurusan pendidikan agama Islam, orangnya cantik, manis, baik dan pastinya agama dan akhlaknya baik, pokoknya maa syaa Allah banget, dan satu lagi dia siap menikah sambil kuliah."

Seketika otak Afnan langsung bekerja dengan cepat membayangkan wanita sholehah yang sedang diceritakan oleh adiknya tersebut, rasa penasaran langsung memenuhi pikirannya.

"Ini seriusan Zi?, kamu nggak lagi bohong kan sama Bang Af?"

"Ya nggak lah Bang Af, ngapain Zizi membohongi Bang Af, jadi bagaimana Bang Af tertarik untuk kenalan sama perempuan sholehah itu nggak?"

"Banget." Jawab Afnan mantap.

Ziva pun langsung terkekeh mendengar jawaban Abangnya yang sepertinya ngebet banget ingin kenalan dengan wanita sholehah yang ternyata adalah Alesya teman kajiannya itu.

"Jadi kapan Zi Abang Af, dikenalinnya?"

Ziva memutar bola matanya seolah sedang memikirkan hal apa yang akan ia lakukan selanjutnya, bisa dikatakan Ziva menjadi mak comblang untuk sang Abang yang sedang mencari tulang rusuknya.

"Hmmm, Abang Af mau langsung taaruf atau nadzhor dulu?"

Kini giliran Afnan yang memutar bola matanya untuk memilih pertanyaan yang diajukan oleh adik semata wayangnya itu. 

"Nadzhor saja dulu deh, sebenarnya Bang Af nggak terlalu memikirkan fisik, tapi siapa tahu dengan nadzhor jadi semakin tertarik untuk ke jenjang selanjutnya."

"Oke kalau begitu, besok Zizi atur semuanya, Bang Af siap-siap saja, tapi cuma nadzhor saja ya Bang, jangan yang lainnya nanti Zizi juga yang kena imbas dosanya."

"Iya Adikku Sayang, mungkin cuma saling kedip-kedipan mata doang."

Dengan sigap Afnan langsung mengangkat kedua tangannya untuk menahan serangan Ziva yang tidak jadi karena Afnan berhasil menjadikan kedua tangannya sebagai tameng.

"Oh ya, Bang Af nhgak kesepian ya di rumah sebesar ini?, Sudah sekarang jarang pulang ke rumah orang tua, Papi dan Mami kangen katanya sama Bang Af, Ziva juga kangen sama Bang Af."

"Ya kesepian Zi, makanya bang Af ingin cepat-cepat menikah, biar ada yang menemani Abang disini, kalau masalah kangen sama Mami dan Papi ya pasti kangen dong, apalagi sama Adikku yang manja ini, kangen banget."

Dibawanya tubuh mungil sang Adik kedalam pelukannya. Sang empu malah memberontak dan lolos dari pelukan tersebut. Afnan kaget bukan main ketika mendapat penolakan dari adiknya sendiri.

"Lho kok sekarang Adik Abang nggak mau dipeluk sih?, kemarin-kemarin lengket banget."

"Ishh itu kan kemarin, Zizi sudah dewasa Bang bukan anak kecil lagi, lagian siapa coba, yang mau dipeluk sama yang belum mandi, Bang Af baru keringet, sana mandi, jorok banget sih."

Refleks Afnan langsung mengendus-endus seluruh tubuhnya untuk memastikan apakah tubuhnya mulai mengeluarkan bau kurang semengenakkan setelah Ziva mulai berpindah duduk menjauh darinya yang cengengesan saja setelah mengendus aroma tidak sedap dibalik baju kaos yang ia pakai.

"Oh iya, Bang Af belum mandi nih, tadi habis ngurus sumbangan sampai lupa mandi." Azlan menyengir kuda.

"Bang Af memang harus cepat-cepat menikah, biar ada yang ngurus, masa ganteng-ganteng nggak keurus."

Yang sedang disindir hanya dapat geleng-geleng kepala sembari tersenyum cengengesan. Tetapi apa yang dikatakan sang adik memang benar adanya. Semenjak menjadi ketua komunitas yang ia bangun sendiri, Afnan menjadi orang super sibuk ditambah lagi ia memang sibuk dengan tugas kuliahnya, sekarang ia juga sudah mulai memasuki semester tua, lebih tepatnya semester 7 sudah dipastikan kegiatannya semakin padat tetapi Afnan dapat menghandle semuanya sehingga tidak terlalu memberatkannya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Jangan lupa Vote dan komentarnya

Yah Readers

🙏🙏🙏

See you in next chapter

❤❤❤

*Jika suka tulisan saya tolong beri dukungan dan komentar yah, karena dukungan dan komentar kalian adalah suntikan semangat bagi saya Readers*

Terpopuler

Comments

Tihtin

Tihtin

thor,,belum move on dari cerita azlan dan filzah ya,,karena nama afnan sering ketukar ma azlan 😁😁

2021-02-08

3

Nurfanya Rudie Ajalah

Nurfanya Rudie Ajalah

lanjut

2020-09-01

2

Muma

Muma

next

2020-06-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!