Walaupun banyak perbedaan
Sampai terjadi permusuhan
Bahkan tak mau bertegur sapa
Percayalah ikatan saudara akan tetap terikat
Karena letak bahagiamu ketika bersama saudaramu
~Takdir Terindah~
Ukhfira
Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya
Selamat membaca
Semoga suka
🌻🌻🌻
"Kakak!"
"Kak!"
Suara melengking yang terdengar dari lantai atas menghentikan aktivitas sarapan Aiza bersama seorang perempuan muda yang cantik dengan balutan khimar model segi empat yang menutupi dadanya dengan dilengkapi kacamata minus yang bertengger dihidung mancungnya.
"Kakak."
Raut wajah Alesya begitu geram ketika kini sudah berdiri tepat dihadapan seorang perempuan cantik berkacamata yang dengan santainya terus mengunyah nasi goreng sarapan paginya.
"Hm."
Hanya deheman yang Alesya dapatkan. Sontak membuat dirinya naik pitam dan langsung melotot kearah perempuan berkacamata tersebut yang menyadari bahwa Alesya sedang mempelototi dirinya.
"Kenapa?, pagi-pagi sudah seram banget mukanya."
"Saudari Alula Farzanah, mana khimar maroonku?, sudah 1 minggu anda pinjam dan nggak balik-balik, lebih tepatnya sebelum anda melancong ke Singapura."
Yang ditanya malah mengangkat sebelah alisnya sembari sedang memikirkan sesuatu hal. Jelas hal ini membuat keadaan semakin tegang dan Alesya langsung melipat tangan didepan dadanya.
"Aku ngak merasa meminjam tuh, mungkin kamu yang lupa naruh kali."
"Apa?!, nggak merasa minjam?, sudah jelas-jelas di lemari aku nggak ada, siapa lagi yang ngambil kalo bukan situ, sudah sini balikin, aku mau siap-siap kuliah ini."
Percekcokan yang sudah 1 minggu libur kini riuh kembali membuat Aiza yang berada dihadapan kedua putri sambungnya itu segera mengambil tindakan.
"Astaghfirullahal adzim, kalian ini masih pagi saja udah berantem, cuma hal sepele lagi."
"Adek nih Bun, pagi-pagi bukannya sarapan, malah mau makan orang." Oceh Alula dengan nada ketus dan melanjutkan mengunyah nasi gorengnya.
"Ishhh, Kakak tuh nyebelin, bukannya pulang dari Singapura bawa oleh-oleh malah buat orang emosi, sini khimar maroonku!"
Masih saja Alesya meminta paksa khimar maroon miliknya yang katanya dipinjam Kakak satu-satunya itu yang baru saja tadi malam tiba di rumah tetapi pagi-pagi sudah dibuat selera makannya hilang.
"Mana aku tahu khimar kamu dimana, miscall saja sana siapa tahu berdering."
Ditanya serius malah jawabnya dengan gurauan. Ini yang membuat Alesya tidak dapat menahan emosinya tetapi ia tidak meluapkan emosi yang datang sekelebat saja.
Untuk kesekian kalinya Alesya menghirup napas panjang untuk mengatur emosi yang hampir saja tak terkendalikan.
"Sudah-sudah, Alesya kamu sarapan dulu saja ya, biar Bunda coba cari ditempat setrikaan."
Alesya pun hanya bisa mengaggukkan kepala seraya duduk dikursi yang kosong untuk menuruti permintaan Bundanya yang menyuruhnya untuk sarapan. Sementara Aiza memilih mangkir dari ruang makan.
Kedua Kakak beradik yang umurnya hanya beda 2 tahun itu saling diam seribu kata dengan kesibukannya masing-masing yaitu mengunyah nasi goreng buatan sang Bunda, Aiza.
Selang beberapa menit kemudian Aiza sudah kembali ke ruang makan dengan membawa lipatan kain berwarna maroon.
"Ini khimarnya Sayang, kemarin ada ditumpukan pakaian kotor dan alhamdulillah sudah Bunda cuci dan sudah disetrika, sekarang sudah bisa dipakai."
Mendengar ucapan sang Bunda yang menemukan keberadaan khimar maroonnya dan kini sudah berada ditangan Bundanya sontak membuat Alesya langsung bangkit dengan wajah ceria karena yang dicari sudah ditemukan.
"Alhamdulillah akhirnya ketemu juga, Jazakillah khoiron Bunda."
"Wa jazakillah khoiron Sayang."
Setelah mengambil khimar maroon ditangan Bundanya bukannya Alesya beranjak untuk segera bersiap-siap tetapi ia malah menoleh kearah Alula yang langsung salah tingkah dan terburu-buru makan.
"Dasar nggak tanggung jawab, habis pinjam bukannya dikembalikan malah ditelantarkan."
"Maaf, namanya juga lupa-"
"Lupa terus sampai sukses."
Merasa apa yang dicari sudah ketemu dan hatinya juga sudah lega setelah memberi peringatan kepada sang Kakak yang kebiasaannya meminjam barang miliknya tetapi selalu lupa untuk mengembalikan, kemudian Aleysa langsung beranjak melangkah menaiki anak tangga untuk segera bersiap-siap berangkat kuliah.
"Alula, lain kali jangan diulangi lagi ya Sayang, kasihan Adik kamu tuh, masa tiap hari harus marah-marah terus."
"Iya Bun, lagian aku benar-benar lupa Bun."
"Ya sudah lanjutkan sarapannya ya Sayang."
Sebenarnya tanpa disuruh Bundanya, Alula sudah menyantap sarapan paginya itu sebab ia merasa lapar sekali karena dari tadi malam menahan lapar akibat ngantuk yang luar biasa setelah perjalanan lumayan jauh dari Singapura menuju Indonesia.
^^^^^
"Bunda, Alesya mau berangkat kuliah pakai apa nih?, Ayah kok ngak tungguin Alesya sih."
Masih pagi saja wajah cantik Alesya sudah cemberut. Bagaimana tidak ia yang setiap harinya berangkat kuliah diantar sang Ayah, untuk hari ini ia tidak bisa diantar Ayahnya sebab sang Ayah sudah berangkat pagi-pagi sekali dikarenakan ada meeting penting di kantornya.
"Sayang, Ayah kan tadi malam sudah bilang sama kamu kalau Ayah besok berangkatnya pagi-pagi sekali soalnya ada meeting."
"Ya sudah, naik angkutan umum saja, manja banget sih sudah semester 5 juga, masih minta antar."
Alesya menoleh kearah datangnya suara dari dalam rumahnya, siapa lagi kalau bukan sang Kakak tercinta yang sukanya mengomentari hidupnya.
"Ishhh, selalu deh main nyelenong nyahut saja, lagian sirik banget, bilang saja iri, soalnya kan nggak pernah diantar kuliah sama Ayah, ya kan?"
Ucapan Alesya yang bernada nyindir itu bukannya membuat Alula kesal tetapi malah dibuat tertawa.
"Apa?, iri?, ngapain iri, memang anak SD yang harus diantar-antar segala, dasar bocah."
"Apa?, bocah, ishhh ngeselin!"
"Astaghfirullahal adzim, sudah-sudah."
Lagi-lagi Aiza harus berucap istighfar ketika kedua putrinya beradu mulut untuk kedua kalinya dihari yang sama. Benar-benar harus ekstra sabar menghadapi kedua putrinya yang selalu ada saja yang diperdebatkan.
"Alesya, ini sudah mau siang, kamu harus berangkat kuliah kan?"
"Iya Bun, tapi aku nggak tahu mau naik apa, kalo ojek online nunggunya takut kelamaan."
"Ya sudah minta antar kakak saja ya, Bunda mau masuk dulu."
Ucapan sang bunda ada benarnya juga tapi gengsi sekali jika Alesya meminta kakaknya untuk mengantarnya kuliah, apalagi mereka baru saja beradu mulut dan bukan cuma sekali bahkan sampai dua kali.
Merasa Alesya sudah senyum-senyum sok baik kearahnya, sontak Alula langsung bergegas menyusul Aiza untuk masuk ke dalam rumah, tetapi Aleysa berhasil meraih lengannya.
"Kakak tunggu."
"Kenapa?"
"Kakak Alula yang cantik, antarkan Adikmu yang manis ini dong ke kampus, ya-ya."
Melihat wajah sang Adik yang amat memohon kepadanya itu cukup membuat Alula tersenyum singkat.
"Ogah."
Dengan satu hentakan lengan Alula berhasil terlepas dari pegangan tangan Aleysa yang lemas seketika setelah mendengar penolakan mentah-mentah dari sang kakak yang sudah nyelonong masuk ke dalam rumah.
Helaan napas kasar seakan mewakilkan perasaan gusar Alesya karena hari ini sepertinya ia akan terlambat masuk kuliah, bagaimana tidak kakaknya tidak mau mengantarnya ditambah lagi aplikasi ojek online di handponenya eror tiba-tiba, jadi mau tidak mau Alesya harus mencari angkot yang susah sekali dicari diarea rumahnya dan ia harus menunggu di halte yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya.
"Ayo."
Tatapan Alesya langsung tertuju kearah perempuan cantik dengan kacamatanya yang kini sudah berdiri saja disampingnya, ntah kapan Alesya juga tidak tau tapi yang terpenting sepertinya Alesya tidak perlu capek-capek jalan kaki menuju halte karena sang kakak sudah melangkah menuju garasi dan menaiki motor maticnya yang berwarna coklat lalu memasang helm berwarna senada dikepalanya.
"Nih pakai helmnya."
Bukannya segera mengambil sekaligus memakaikan helmnya, Alesya malah senyum-senyum tiada henti memperhatikan sang Kakak yang malah memperhatikan dirinya dengan tatapan aneh.
"Ayo dik, katanya mau berangkat kuliah."
"I-ya Kak, ayo."
"Bismillahirrohmaanirrohiim"
Dengan sigap Alesya langsung mengambil sekaligus memakai helmnya kemudian duduk tepat dibelakang Alula yang langsung menyalakan mesin motornya kemudian melaju meninggalkan halaman rumah mereka.
^^^^^
Kedua kaki Alesya baru saja menapaki halaman kampusnya yang sudah banyak lalu lalang keluar masuk kampus para mahasiswa dan mahasiswi yang sama seperti dirinya sebagai seorang pelajar.
"Jazakillah khoiron Kakakku yang cantik."
"Iya."
Baru saja Alula bersiap-siap untuk menyalakan mesin motornya tiba-tiba saja sebuah angkot berhenti tepat dihadapan mereka dan keluarlah beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari angkot tersebut termasuk Silmi yang baru saja turun dari angkot dan langsung menghampiri Kakak beradik yang saling tersenyum akan kedatangannya.
"Assalamualaikum."
"Wa 'alaikumus salaam."
"Eh ada Kak Alula, apa kabar nih?, sudah satu minggu nggak ketemu."
Silmi segera menghampiri Alula yang sudah berdiri untuk menerima pelukan hangat dari sahabat adiknya yang sudah ia anggap sebagai adiknya juga. Apalagi hubungan mereka memang sangat dekat karena sering bertemu dan Silmi sering bermain ke rumah mereka.
"Alhamdulillah aku baik Sil, oh ya aku punya oleh-oleh lho buat kamu, bentar aku ambil dulu."
Mendengar ucapan Alula yang terang-terangan bahwa dirinya mempunyai buah tangan untuk Silmi yang notabenenya bukan siapa-siapa langsung membuat Alesya terbelalak.
Lalu Alula segera mengeluarkan sebuah gantungan kunci dari tas miliknya kemudian langsung memberikan kepada Silmi yang antusias banget menerimanya dan berkali-kali mengucapkan terima kasih sedangkan Alesya masih terdiam di posisinya.
^^^^^
"Selamat malam Ayah ganteng sama Bunda cantik."
Ahyar dan Aiza yang sedang menikmati makan malam langsung menoleh kearah datangnya suara yang sudah tidak asing lagi, siapa lagi kalau bukan putri bungsu mereka yang baru saja ikut bergabung untuk makan malam.
"Disini ada 3 orang lho, kok yang disiapa cuma Ayah sama Bunda, Kakak yang cantik juga nggak disapa nih?"
Sindiran tegas yang dilayangkan Alula sukses membuat Alesya tersenyum sinis, bahkan ia malah cuek tak menghiraukannya dan langsung duduk manis untuk mencicipi hidangan makan malamnya.
Alula yang merasa dicuekin hanya dapat menghela napas saja lalu melanjutkan makan malam yang hangat bersama keluarganya yang lengkap.
"Hmmm, Ohya Ayah, Bunda, tahu nggak masa ada ya seorang kakak ngasih oleh-oleh ke sahabat Adiknya tapi Adiknya sendiri nggak dikasih, Kakak itu pilih kasih sekali ya."
Ahyar dan Aiza yang kompak mendengarkan celotehan Alesya malah saling beradu pandang dengan wajah yang bertanya-tanya.
Sementara Alula merasa bahwa Adiknya itu tengah menyindirnya habis-habisan didepan kedua orang tuanya akibat kejadian tadi pagi dimana ia memberikan oleh-oleh kepada Silmi tepat dihadapan Alesya jadi tidak diragukam lagi bahwa Alesya pasti iri dan cemburu karena ia tidak memberikan adiknya oleh-oleh.
"Lula."
Ahyar yang sudah peka akan kode yang diberikan oleh putri bungsunya itu langsung menyebut nama putri pertamanya dengan nada peringatan supaya Alula tidak mengulanginya lagi.
"Tukang ngadu." Sindir Alula dengan nada sinis dan langsung beranjak dari tempat duduknya.
Melihat sang Kakak pergi dengan guratan amarah, sangat membuat Alesya langsung membulatkan kedua matanya dan merasa bersalah akibat ucapannya yang mungkin membuat nafsu makan sang kakak hilang sehingga beranjak dari aktivitas makan malam bersama keluarganya.
"Alesya, lain kali jangan begitu ya, kasihan Kakak kamu tuh, dia jadi ngembek sampai nggak lanjutkan makan malamnya."
Nasihat Aiza yang lemah lembut terdengar itu sangat membuat Alesya melupakan kemarahannya kepada sang Kakak dan langsung berubah menjadi merasa bersalah karena sudah membuat mood kakaknya menjadi buruk.
"Iya Bun, Alesya nggak akan buat mood Kakak jelek lagi, kalau begitu Alesya susul Kakak dulu ya."
Baru saja Alesya beranjak dari duduknya untuk menyusul sang Kakak yang mungkin sedang uring-uringan di kamarnya tetapi seketika ia tersentak melihat yang akan ia susul sudah berdiri dihadapannya dengan menyodorkan sebuah goody bag kepada.
"Nih buat kamu!."
Setelah goody bag berhasil berada ditangan Alesya, Alula langsung kembali duduk dan melanjutkan makan malamnya yang sempat terhenti karena harus mengambil oleh-oleh untuk sang adik yang rewel seperti bocah.
Sedangkan yang diberi oleh-oleh masih tidak percaya tapi langsung memeluk sang kakak tercinta yang ternyata tidak pernah lupa untuk memberikannya oleh-oleh.
"Jazakillah khoiron Kakakku yang cantik, aku saaayang Kakak."
"Wa jazakillah khoiron, tapi lain kali jangan seudzhon dulu, nggak baik." lho dek"
"Siyappp bos"
Rupanya pelukan Alesya langsung dibalas oleh Alula yang juga ikut tersenyum melihat sang adik nampak bahagia ketika mendapatkan oleh-oleh darinya. Sebenarnya Alula tidak lupa untuk membelikan Alesya oleh-oleh namun ia sengaja membuat adik semata wayangnya itu kesal anggap saja ini balasan karena penyambutan kepulangannya yang tidak disambut baik oleh Alesya yang tadi pagi ngomel-ngomel masalah khimar maroonnya, tapi kini mereka sudah berdamai ntah akan bertahan berapa lama, atau mungkin besok sudah beradu mulut lagi. Tapi setidaknya setelah perang saudara sedang dimulai, masih ada kedamaian setelahnya.
Namanya juga saudara, walau satu rahim tetapi belum tentu memiliki fisik dan watak yang sama, seperti halnya Alula dan Alesya meskipun satu aliran darah tetapi mereka tetap memiliki yang namanya sebuah perbedaan.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jangan lupa Vote dan komentarnya
Yah Readers!🙏
See you in next chapter
❤❤❤
*jika suka tulisan saya tolong beri dukungan dan komentar yah, karena dukungan dan komentar kalian adalah suntikan semangat bagi saya, Readers*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Erah R Zaelani
cerita ny bagus..lanjut
2021-03-10
2
Nurfanya Rudie Ajalah
😘😘😘😘
2020-09-01
1
Uswatun Khasanah
saudaraan permpuan 2.aku ke3.perempuan semua 1cwok.
sering ribut Masalah sepeleh .bentar2 barkan LG udh biasa.
apa lg rmh Tangga Walupun sering ketemu. 😉😍😍😍😍
2020-08-27
3