Di ruangannya, Aragaki berhenti menulis dan terdiam beberapa waktu. Wajahnya mulai terlihat begitu menyeramkan.
“Aku tidak akan pernah mengubah penilaianku terhadap manusia. Sekalipun kamu berusaha, aku tidak akan pernah menerima kehadiran manusia di tempat ini.”
Dari visual Aragaki, dia bisa melihat semuanya. Dia melihat dan mendengar seluruh percakapan yang dilakukan Ryuunosuke dengan gadis itu di gubuk tua di hutan.
Dari engawa, terlihat beberapa pelayan Aragaki datang menemuinya.
“Aragaki-sama, kami datang menghadap.”
Aragaki melihat dua siluman bersayap hitam memberi hormat. Itu adalah Tengu.
“Hakuren, Kuroto. Apa aku memanggil kalian kemari?”
“Kami mendengar Anda membentak seseorang jadi kami datang untuk memastikan semua baik-baik saja.” kata salah satu tengu dengan rambut berwarna keperakan bernama Hakuren
“Apa semua baik-baik saja, Aragaki-sama?” tanya tengu berambut hitam bernama Kuroto
“Aku baik-baik saja. Hanya ada sedikit kesalahpahaman. Kembali ke posisi kalian. Nanti siang, tolong kumpulkan yang lain. Kita akan menyambut ‘mereka yang berasal dari tanah pendosa’ lagi.”
Kedua tengu itu terdiam dan meminta izin untuk pergi.
Di engawa luar ketika mereka hendak kembali ke posnya masing-masing, keduanya bicara satu sama lain.
“Dengar yang tadi dikatakan oleh Aragaki-sama, Hakuren?”
“Aku dengar dengan sangat jelas. Calon ‘pengantin’ dari desa itu sudah datang rupanya.”
“Jujur saja, aku sudah tidak ingat berapa banyak gadis-gadis desa yang dikirim ke tempat ini untuk menjadi makanan siluman lain.” kata Kuroto dengan nada heran
Hakuren mengangguk dan menjawabnya, “Aku juga sedikit lelah dengan penyambutan yang sia-sia seperti itu, Kuroto”
“Tidak bisakah mereka menghentikan usaha yang sia-sia seperti itu? Rasanya seperti menuangkan minyak ke api. Semakin mereka mengirim gadis ke tempat ini, semakin besar kebencian Aragaki-sama pada mereka. Sungguh hal yang sangat menyedihkan.” Raut wajah penuh ketidaksukaan dari sosok tengu bernama Kuroto itu tampak jelas terlihat.
Hakuren yang mendengarnya hanya bisa menghela napas dan berkata, “Kita lihat apakah kali ini akan berjalan seperti biasa atau tidak. Aku dengar ada kegaduhan juga di dapur karena ulah Nagi.”
“Rubah itu berulah lagi?”
“Katanya dia melarang Ryuunosuke untuk memasak makanan yang ingin diberikan pada calon ‘pengantin’ itu.” ujar Hakuren
Kuroto menanggapi cerita tersebut.
“Bukankah itu tindakan yang benar? Aku tidak mengerti kenapa hanya Ryuunosuke yang masih sangat berharap Aragaki-sama kembali menyukai manusia? Memang apa bagusnya berhubungan dengan mereka?”
“Kuroto, jangan bicara seperti itu.”
“Tapi itu benar. Aku tidak mau membahasnya lagi. Yang jelas, mereka akan menjadi makanan iblis Nue! Aku pergi patrol dulu.” Kuroto meninggalkan Hakuren sendirian dan terbang.
Hakuren yang seorang diri tampak cukup penasaran dengan calon ‘pengantin’ Aragaki yang baru, tetapi dia tidak bermaksud untuk melanggar perintah sang majikan. Akhirnya dia juga terbang untuk kembali ke pos penjagaan.
**
Di dalam gubuk di hutan, Ryuunosuke yang baru saja selesai menangis berdiri sambil memeluk ekor rubahnya yang penuh dengan rambut.
“Hiyaaa, malunya. Aku menangis seperti itu sampai memeluknya! Aku malu sekali.”
Tampaknya, ada dilema dalam hati Ryuunosuke. Namun, Reda sama sekali tidak memikirkan hal itu.
“Ryuunosuke, apa semua baik-baik saja?”
“Ah! Aku sudah tidak apa-apa. Um, sekarang kita bicarakan tentang tata krama ketika bertemu dengan Aragaki-sama nanti ya.”
“Baiklah.”
Ryuunosuke memberitau semua yang perlu diketahui oleh Reda. Dimulai dari pakaian yang harus dikenakan, cara memberi hormat sampai mengenalkan beberapa pelayan kuat milik Aragaki-sama.
Rubah kecil itu juga memberitau apa saja yang Aragaki-sama sukai. Mulai dari pakaian yang dipakai, makanan yang disukai dan dibencinya sampai hobi yang selalu dilakukan oleh Aragaki serta tempat yang disukai oleh Aragaki.
Semua penjelasan itu dijelaskan dan dipraktekkan dengan sangat detail sampai waktu pertemuan dengan Aragaki hampir tiba.
“Ini sudah siang. Aku akan membawakan makan siang untuk Reda-sama. Pakaiannya ada di sana. Nanti bisa dipakai ketika kita pergi ke tempat Aragaki sama. Aku akan kembali lagi.”
“Terima kasih sudah mau menjelaskan semuanya padaku, Ryuunosuke.” Reda memberikan rubah kecil itu sebuah elusan lembut di kepalanya. Tampaknya, rubah kecil itu benar-benar senang dengan elusan itu.
“Apakah ada pertanyaan dari Reda-sama mengenai yang tadi?”
“Tidak ada. Aku sudah ingat semuanya. Terima kasih banyak, Ryuunosuke.”
“Aku akan kembali dengan membawa makanan ya. Reda-sama tunggu di sini.”
Rubah kecil itu berlari dengan terburu-buru.
“Pokoknya aku harus mendapatkan nasi untuk Reda-sama makan!” gumamnya dalam hati
Di gubuk, Reda melihat pakaian yang dibawakan oleh Ryuunosuke pagi ini. Pakaian yang lembut bahkan lebih lembut dari yang dipakainya sekarang. Dia berinisiatif untuk mandi dan mencuci pakaian yang dikenakannya lalu dijemur agar bisa dipakai lagi nanti malam.
“Setidaknya aku harus wangi agar Aragaki-sama tidak marah padaku nanti.”
Reda membasuh tubuh dan rambutnya, membersihkan dirinya dengan cairan kental dari tanaman herbal itu sambil mencuci pakaiannya.
Setelah selesai, dia memakai pakaian yang dibawakan oleh Ryuunosuke dan menjemur pakaian yang dicucinya saat mandi. Tidak lama kemudian suara Ryuunosuke terdengar.
“Reda-sama, Reda-sama! Ryuunosuke berhasil membawakan nasi untukmu!” katanya senang
Reda menyambutnya dengan senang.
“Selamat datang, Ryuunosuke. Apa itu nasi?”
“Benar! Nasi! Ini nasi kepal isi acar buah plum dan timun! Aku membuatnya diam-diam. Aku bawa banyak untuk makan malam Reda-sama juga!”
Ekornya bergoyang-goyang karena senang, membuat Reda tersenyum melihatnya. Dia menerima nasi kepal itu dengan senang hati dan memakannya. Tentu saja, rubah kecil itu juga diajak bersamanya.
Selesai makan, Ryuunosuke akhirnya mengajak Reda untuk pergi bertemu dengan Aragaki di kediaman utama. Ada rasa khawatir pada diri Reda, namun mengingat wajah tampan dari sosok penjaga desanya membuat hati Reda menjadi tidak sabar bertemu dengan Aragaki.
“Aku harap aku tidak membuatnya marah. Aku harap aku tidak membuatnya marah. Aku ingin melihat Aragaki-sama sekali lagi.” Reda berdoa dalam hati
Setelah masuk dari pintu belakang, Ryuunosuke berhenti.
“Reda-sama jangan takut. Ryuunosuke akan menjaga Reda-sama!”
“Aku tidak takut, Ryuunosuke. Aku siap. Aku bahkan mandi agar aroma tubuhku yang amis kemarin tidak mengganggunya.”
“Reda-sama tidak amis! Pagi ini, Reda-sama sangat wangi. Ryuunosuke jamin aroma tubuh Reda-sama tidak akan mengganggu Aragaki-sama!” Rubah kecil itu tampak begitu bersemangat saat memberikan dukungannya pada Reda.
Reda hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Ryuunosuke.
Memasuki kediaman utama, mereka tiba di ruangan dengan shoji (pintu geser di rumah adat Jepang) yang tertutup.
Ryuunosuke dan Reda langsung bersimpuh.
“Reda-sama, tunggu ya. Ryuunosuke akan memberi salam dulu.” bisik rubah itu
“Baik.”
Ryuunosuke memberi salam dari luar.
“Aragaki-sama, Ryuunosuke datang bersama calon ‘pengantin’ Anda.”
Tidak ada jawaban untuk beberapa waktu, sampai kemudian terdengar suara singkat, “Masuk” dari balik pintu tersebut.
Ryuunosuke berdiri dan menggandeng tangan Reda.
“Reda-sama, ayo kita masuk.”
“Iya, kita masuk ya.”
Begitu dibuka, Tepat di depan dengan jarak yang cukup jauh, pandangan mata Aragaki yang sedang duduk bertemu langsung dengan mata Reda. Betapa dinginnya mata itu memandang gadis malang itu.
Namun, berbeda dengan Aragaki yang dingin, Reda justru memerah karena wajah tampan milik Dewa pelindung desanya.
Hampir lupa dengan apa yang diajarkan oleh Ryuunosuke, Reda langsung berlutut tanpa masuk terlebih dahulu ke ruangan.
Gadis lugu itu bahkan mengatakan salam yang seharusnya diberikan kepada Aragaki ketika dia sendiri masih di luar pintu.
“Se–selamat siang, Aragaki-sama. Terima kasih telah mengizinkanku untuk menginjakkan kaki di tempat suci ini.”
Di dalam ruangan itu bukan hanya Aragaki seorang, namun ada 4 orang lainnya yaitu Nagi, Ginko, Hakuren dan Kuroto yang merupakan penjaga terkuat dan yang paling dekat dengan Aragaki.
Hal pertama yang dipikirkan oleh mereka berempat hanya satu.
“Manusia ini benar-benar memberi salam dengan cara yang tepat!”
Ryuunosuke sempat panik karena dia sudah mengatakan bahwa seharusnya Reda mengatakan itu ketika sudah di dalam. Tapi, tampaknya Reda lebih takut jika kehilangan fokus akibat terlalu mengagumi Aragaki, jadi dia memberinya salam dengan panik.
Ryuunosuke sampai berlari dengan panik untuk minta maaf pada tuannya.
“Aragaki-sama, Ryuunosuke minta maaf! Reda-sama tidak melakukannya dengan sengaja! Tolong jangan bunuh dia dulu. Hiks…aku mohon!”
Pelayan kecilnya itu menangis memohon ampun untuk Reda. Melihat itu, Aragaki mengatakan bahwa dia tidak melakukan kesalahan dan mengizinkan Reda untuk masuk ke dalam.
Betapa senangnya rubah kecil itu. Dia langsung berlari dan menarik tangan Reda untuk masuk ke dalam. Dengan penuh semangat, dia meminta Reda untuk duduk di tengah agar dia bisa memperkenalkannya.
“Aragaki-sama, ini namanya Reda-sama dari Desa Kamakura. Reda-sama ini memiliki usia yang sama seperti gadis-gadis sebelumnya. Selain itu, Reda-sama sangat cantik. Aku yakin, Aragaki-sama akan menyukainya!”
Sungguh penuh dengan keyakinan sekali.
Tapi, memang tidak bisa dipungkiri. Bahkan Nagi dan Ginko sampai heran melihatnya.
“Itu gadis lusuh bau amis yang aku dan Ginko bawa semalam? Serius? Aku pikir dia siluman yang menyamar”
“Siapa yang menyangka bahwa gadis desa yang dibuang itu ternyata memiliki fisik dan wajah secantik itu. Berbeda dengan sebelumnya yang datang ke tempat ini dengan penuh tipu muslihat dan cara untuk melukai Nushi-sama, gadis bernama Reda-sama ini justru menampilkan aura tenang.”
“Wow, itu calon ‘pengantin’ tahun ini? Kalau secantik itu, iblis Nue juga mungkin akan berpikir dua kali untuk memakannya.” ucap Kuroto
“Aku mengerti kenapa Ryuunosuke begitu menyukainya. Aroma manusia dari tubuhnya terlihat berbeda. Aku rasa dia memiliki pemikiran dan tata krama yang baik. Padahal aku sempat mendengar dia hanyalah gadis desa yang dibuang.” Hakuren juga memiliki pikiran yang sama seperti yang lain
Cantik dan tenang, aura itulah yang terpancar dari Reda yang membuat keempat pelayan Aragaki tampak menerimanya untuk saat ini. Tapi rupanya hal itu tidak berpengaruh untuk sang penguasa.
“Ryuunosuke, jangan terlalu tinggi ketika memuji ‘sampah’. Selain itu, seharusnya salam yang kamu berikan itu bukan calon’pengantin’ tapi ‘mereka yang berasal dari tanah pendosa’. Sebaiknya jangan pernah berharap terlalu besar pada gadis yang hidupnya hanya 3 bulan di tempat ini.”
Kalimat yang sungguh menyakitkan hati. Bagaikan kagum pada orang yang salah, Reda harus mendengar ucapan menyakitkan hati lagi dari orang yang sangat dia kagumi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kav
Sungguh sadis kalimatnya. Sampah katanya. Kalau suka awas aja
2023-10-11
1
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
sabar ya reda
2023-09-18
1
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
waduh..... terpesona
2023-09-18
1