Matahari mulai terbit pagi itu.
Di kediaman utama milik Aragaki, dirinya sudah bangun lebih dulu dari yang lain. Dengan pakaian rapi dan ekornya yang besar, Aragaki duduk bersimpuh di meja kerjanya sambil melihat gulungan kertas yang menumpuk di sampingnya.
Pintu kayu tradisional di ruangan itu terbuka dan langsung memperlihatkan pemandangan taman dan bunga sakura yang bermekaran. Pemandangan itulah yang menjadi teman Aragaki di pagi hari.
Dari engawa luar, Ryuunosuke berlari dengan terburu-buru.
“Aragaki-sama, Aragaki-sama!”
Aragaki yang sedang membaca kemudian meletakkan kembali gulungan kertasnya.
“Ryuunosuke, selamat pagi. Ada apa terburu-buru?”
“Aragaki-sama, gawat! Aku…aku tidak boleh masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan!”
“Kenapa tidak boleh? Siapa yang melarangmu?”
“Na–Nagi-sama yang melarangnya.”
“Nagi melakukannya? Kenapa?”
“Aku…aku pergi ke dapur pagi-pagi buta untuk memasak nasi dan lauk agar Reda-sama bisa makan dan–”
“Reda? Siapa itu Reda?”
Aragaki yang awalnya terlihat ramah mendengarkan cerita pelayang kecilnya itu mendadak berubah serius. Dia merasa tidak mengenal nama itu dan menjadi sedikit aneh.
Dengan ekor dan telinga rubah Ryuunosuke yang turun karena takut, dia menjawab.
“Itu…nama dari calon ‘pengantin’ Aragaki-sama. Gadis semalam itu bernama Reda-sama.”
Sekarang, mata Aragaki berubah. Ekspresi wajahnya terlihat penuh dengan kebencian dan tangannya mengepal kuat menandakan bukti ketidaksukaannya pada gadis itu.
“Aku ingin membawakan pakaian ganti dan sarapan untuk Reda-sama, tapi Nagi-sama menghalangiku untuk masuk dapur. Nagi-sama berkata bahwa aku tidak boleh membawakan makanan untuk Reda-sama. Aragaki-sama, tolong katakan pada Nagi-sama untuk–”
“Ryuunosuke…”
“I–iya?”
“Aku tidak mau memberi makan manusia.”
“Eh?”
Sebuah tatapan kemarahan dan kebencian terlihat. Ryuunosuke menjadi semakin takut. Ucapan dingin di pagi hari yang cerah itu seperti sebuah tanda kesialan. Apalagi, hal itu dikatakan langsung oleh penguasa Higashi no Mori.
“A–Aragaki-sama, tapi–”
“Aku tidak mau memberi makan manusia. Apa yang dilakukan Nagi sudah benar. Seharusnya, memang itulah yang dilakukan oleh semua orang di tempat ini. Kenapa hanya Ryuunosuke sendiri yang begitu terobsesi dengan manusia?”
“Aragaki-sama, jangan bicara begitu! Reda-sama adalah orang baik! Berbeda dengan gadis manusia sebelum ini, aku yakin kalau Reda-sama bisa membuat–”
“Manusia itu semua sama!” Aragaki membentak Ryuunosuke. Suara itu terdengar sampai keluar. Membuat beberapa siluman yang berjaga di sekitar taman mendengarnya.
“Aragaki…-sama” Ryuunosuke terkejut
“Manusia itu semua sama! Mereka perusak, pembohong, pengkhianat! Sebaik apapun kita pada mereka, pada akhirnya mereka akan selalu mengingkari apa yang telah mereka janjikan. Aku tidak akan pernah melupakan kebencianku pada mereka!”
Kemarahan Aragaki membuatnya tidak bisa mengendalikan tiap kuku di jarinya yang tumbuh. Terlihat tanda merah di atas kening Aragaki dan ekornya yang besar menjadi semakin besar.
Aura pembunuh mulai keluar setiap dia mengatakan alasan demi alasan kenapa dia begitu membenci manusia.
“Aku tidak akan mengulangi kalimat ini untuk ketiga kalinya, Ryuunosuke. Aku tidak memberi makan manusia. Jika kamu tetap bersikeras, maka kamu harus berusaha sendiri untuk memberinya makan. Bahkan jika siang ini dia datang ke tempat ini, hal pertama yang akan aku lakukan adalah melemparnya kembali seperti yang aku lakukan semalam.”
Ryuunosuke semakin gemetar. Dia mulai mengeluarkan air matanya dan menangis. Melihat pelayan kecilnya ketakutan, Aragaki langsung berubah tenang. Aura menakutkan dan tanda di keningnya menghilang, ekor besanya kembali ke ukuran semula. Dia kembali terlihat seperti sosoknya semula.
“Aku minta maaf sudah menakutimu di pagi hari, Ryuunosuke. Sekarang pergilah dan lakukan tugasmu. Masih banyak hal yang harus aku lakukan setelah ini. Siang ini, Ryuunosuke bisa menemuiku setelah makan siang.”
“Ba–baik” Ryuunosuke pergi dengan wajah sedih dan air mata yang masih keluar. Dia gagal meminta bantuan tuannya.
Sekarang, dia harus bisa berpikir untuk mendapatkan setidaknya beras agar bisa dimasak untuk gadis malang itu di hutan.
**
Di dalam gubuk tua di hutan, Reda baru saja membuka matanya. Tubuhnya masih belum bisa digerakkan lantaran sakit yang amat terasa akibat terlempar jauh semalam.
“Sakitnya…”
Reda perlahan bangun dan melihat sekeliling. Ada perasaan aneh yang dia rasakan.
“Ini bukan mimpi. Aku benar-benar tidur di tempat ini. Entah kenapa rasanya senang sekali.”
Meskipun sakit di tubuhnya masih terasa, namun dia masih menyempatkan diri untuk tersenyum. Di dalam pikirannya, bisa hidup setelah mengira semalam adalah malam terakhirnya hidup adalah anugerah Dewa baginya.
Setelah memaksakan diri untuk berdiri, dia pergi untuk membasuh tubuh serta wajahnya.
Di hutan, Ryuunosuke berjalan dengan membawa dua timun, dua tomat bulat dan dua kentang di keranjang. Di pundaknya, terdapat kain lain yang merupakan pakaian untuk gadis itu.
“Hanya ini yang bisa aku ambil di kebun. Kalau terlalu banyak, nanti yang lain pasti akan menyadari bahwa ada yang mengambilnya.” Rubah kecil itu tampak begitu murung. Setelah sampai di gubuk, Ryuunosuke mendapati gadis yang lusuh dan kotor itu dengan kondisi berbeda.
“Ah, selamat pagi rubah kecil.” sapa Reda
Ryuunosuke menjatuhkan semua sayur di keranjang dan terlihat memerah.
“Ka–ka–ka–kamu…Reda-sama?”
“Iya. Memang kenapa? Apa wajahku penuh dengan gigitan nyamuk?” Reda terlihat bingung. Reaksi rubah kecil itu membuatnya heran.
Dalam hati, Ryuunosuke seperti sedang memujinya.
“Cantiknya. Dari semua gadis yang datang, ini yang tercantik. Aku yakin kalau gadis ini pasti bisa membuat Aragaki sama mau menyukai manusia lagi! Aku yakin! Insting pelayanku bergetar melihatnya! Pasti tidak akan salah!”
“Rubah kecil? Ryuunosuke?”
“Ah! Maaf! Ini, aku membawakan pakaian dan… Waa! Maafkan aku, sayurnya jatuh semua!”
Reda hanya tersenyum melihatnya.
Ryuunosuke mengambil kembali sayuran tersebut dan memberikannya pada Reda. Mereka duduk bersama di tatami.
“Maafkan aku. Aku ingin membawakan sarapan pagi ini, tapi Aragaki-sama bilang beliau tidak mau memberi makan manusia jadi aku tidak bisa membawakan sarapan untukmu. Aku terpaksa mencuri ini semua agar kamu bisa makan, Reda-sama. Tapi semua ini masih mentah.”
Ryuunosuke terlihat begitu sedih. Melihat hal itu, Reda mengusap-usap kepala rubah kecil itu dengan lembut.
“Tidak apa-apa, ini saja sudah membuatku senang. Aku yang biasa memakan sisa makanan yang dibuang ke jalan oleh penduduk desa begitu bersyukur dapat makan sayuran segar ini. Terima kasih banyak.”
“Reda-sama…”
Reda mengambil keranjang dan mencuci sayuran tersebut. Dengan memanfaatkan benda yang ada di sana, Reda memotong kentang menjadi bagian kecil-kecil lalu mengukusnya sebentar, sementara tomat dan timun dipotong kecil-kecil menggunakan pisau berkarat yang telah dicuci sebelumnya.
Setelah kukusan kentangnya matang, Reda menyuguhkannya di atas sebuah piring retak yang ada di tempat itu.
“Ryuunosuke juga harus sarapan. Aku minta maaf karena tidak bisa membuat yang lain. Tidak ada bumbu apapun di sini.”
“Tidak! Akulah yang harusnya minta maaf karena tidak bisa membawakan sarapan untuk Reda-sama!”
“Tidak apa-apa. Ayo makan juga.”
“Ryuunosuke…sudah makan sebelumnya, jadi sebaiknya Reda-sama yang memakannya.”
“Baiklah. Aku makan ya.”
Reda menikmati setiap kentang kukus, tomat dan timun itu. Rasanya ada kebahagiaan sendiri untuknya yang selama ini hanya makan makanan sisa di jalan. Keberuntungan besar, itulah yang dipikirkannya.
Ryuunosuke hanya menatap gadis itu dengan tenang sambil menggoyang-goyangkan ekor rubahnya.
“Aku yakin dia orang yang tepat untuk Aragaki-sama! Aku yakin itu!”
Selesai sarapan, Ryuunosukue menjelaskan sedikit apa yang harus dilakukan oleh Reda selama ada di Higashi no Mori.
“Reda-sama, selama tiga bulan ini kamu harus melayani Aragaki-sama sebagai pelayan di Higashi no Mori.”
“Melayani? Apa itu ada hubungannya dengan calon ‘pengantin’?”
“Calon ‘pengantin’ itu adalah sebutan untuk gadis yang diberikan untuk Aragaki-sama. Hal ini dilakukan karena tradisi sejak 200 tahun lalu karena sebuah masalah serius.”
“Masalah serius?”
“Benar. Gadis yang disebut calon ‘pengantin’ di sini memiliki tugas untuk melayani Aragaki-sama seperti pelayan lainnya, mulai dari memasak, mengepel dan menyiapkan segala kebutuhan Aragaki-sama setiap hari.”
“Begitu. Artinya perintah Aragaki-sama itu harus dipatuhi ya.”
“Benar.”
“Lalu, apakah ada maksud lain dengan kata calon ‘pengantin’ itu? Aku pikir itu artinya menikahi Aragaki-sama.”
“Itu tidak mungkin. Aragaki-sama tidak akan menikahi manusia.”
“Kenapa?”
“Beliau…beliau begitu membenci manusia. Ada maksud kenapa hanya gadis di desa itu yang dikorbankan. Hal itu…aku rasa aku belum bisa mengatakannya. Yang jelas nanti siang, Reda-sama akan bertemu dengan Aragaki-sama.”
Reda hanya mengangguk. Yang dia tau sekarang, menjadi pengorbanan artinya dia melayani Aragaki. Gadis itu masih belum mengetahui ada tugas lain yang dibebankan padanya.
“Aku harus menjadi pelayan yang baik untuk Aragaki-sama agar aku tidak dilempar seperti semalam. Jika dengan melayaninya aku masih bisa makan dan tidur di tempat ini, aku harus berjuang.”
Ryuunosuke melihat senyum polos dari gadis cantik itu. Rasa bersalah mulai menyelimutinya.
“Aku tidak bisa mengatakannya. Aku tidak bisa mengatakan bahwa gadis ini hanya memiliki kesempatan 3 bulan untuk membuat Aragaki-sama mau menerimanya dengan melayani semua kebutuhan Aragaki-sama.”
“Jika gagal, gadis ini akan dibunuh oleh Aragaki-sama sendiri seperti yang lainnya. Bagaimana aku bisa merenggut senyuman yang lugu itu.”
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kav
Aku kasian sama heroine dan rubah kecilnya.
Rubahnya ngomong-ngomong pasti lucu
2023-10-11
1
Rum Rigel
aduhai, siapa yang telah menyakiti hatimu bang
2023-09-11
1
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
wahhh pasti bidadari.... iya Kan... Aku dpt bygkan.... 🤩🤩🤩🤩🤩
2023-09-06
1