The Bride Of The Sacred Forest God
Di malam bulan purnama saat itu, terlihat obor-obor menyala diiringi banyak warga yang pergi menuju sebuah hutan.
Di antara rombongan panjang yang berjalan malam itu, seorang gadis dengan wajah kotor dan pakaian lusuh berjalan di tengah rombongan dengan tangan terikat.
“Aku tidak peduli dengan nasibmu setelah ini, tapi ini sudah menjadi keputusan bersama.” kata seorang pria pada gadis malang itu
“Bahkan seandainya Aragaki-sama membunuhmu sekalipun, itu bukan masalah besar. Selama desa aman dari amukannya, kami tidak peduli pada nasib yang menimpahmu setelah ini.”
“Heh! Kau harus bersyukur karena saat kau mati nanti, kami tidak perlu membuang jasadmu ke sungai! Biarkan para siluman itu memakan tubuhmu sampai tidak bersisa.”
“…” gadis itu terdiam
Dengan berusaha menahan air matanya, dia mencoba untuk tidak membalas.
Setelah memasuki hutan sedikit lebih dalam, rombongan tersebut melihat sosok yang telah menunggu. Mereka adalah dua remaja laki-laki dengan telinga dan ekor rubah yang disebut Youko.
“Mereka datang.” ucap salah satu dari youko tersebut
Rombongan yang melihat sosok siluman rubah tersebut langsung berlutut memberi hormat. Termasuk gadis malang itu. Dengan perasaan takut dia berlutut sambil menundukkan kepalanya.
Seorang tetua desa memberi salam kepada dua siluman tersebut.
“Kami…kami dari Kamakura, ingin memberikan persembahan kepada Penguasa Higashi no Mori.”
Salah satu dari siluman tersebut bertanya.
“Dimana dia sekarang?”
“Dia ada di sini. Hei, cepat kemari!” perintah sang tetua. Dua orang pria dewasa menarik tangan gadis itu secara paksa dan melemparkannya ke hadapan dua siluman tersebut.
Melihat sosok lusuh yang kotor dengan pakaian yang sangat tidak layak membuat salah satu siluman rubah tersebut terlihat kesal.
“Hah? Ini? Ini persembahannya? Kalian mencoba menguji kesabaran Aragaki-sama ya?”
Melihat pandangan tajam dari mata keemasan yang menyala di malam hari membuat semua penduduk desa tersebut menjadi takut.
“Ka–kami minta maaf! Tapi, kami hanya bisa memberikan dia pada Aragaki-sama. Dia hanyalah gadis yatim piatu yang membawa petaka bagi desa kami. Karena tidak ada dari kami yang menginginkannya, jadi kami rasa kami bisa–”
“Bisa memberikan ‘sampah’ pada tuan kami, begitu? Kalian lupa bahwa semua tradisi ini dimulai karena leluhur kalian sendiri yang melanggar perjanjian dengan Aragaki-sama?!” bentak salah seorang siluman rubah tersebut
“Kami minta maaf!”
Gadis itu diam dan menahan air matanya, namun tidak ada yang tau bahwa di dalam hatinya dia sudah menangis.
“Pada akhirnya, tidak ada dari mereka yang akan menyelamatkanku. Mungkin inilah nasibku.”
Siluman rubah itu kembali bicara.
“Selama ini calon ‘pengantin’ yang kalian berikan itu sama sekali tidak berguna. Dan sekarang, kalian malah memberikan sampah untuk tuan kami. Berani sekali kalian menghinanya seperti ini. Jika sudah bosan hidup, seharusnya katakan dengan jelas!”
“Nagi, hentikan itu.”
“Biar mereka memahami betapa hina dan rendahnya mereka!”
“Kami minta maaf, kami hanya bisa memberikan dia pada Aragaki-sama!” kata tetua itu sambil bersujud ketakutan
Penduduk lainnya ikut bersujud meminta pengampunan pada dua siluman itu sambil terus mengatakan kata maaf dari mulutnya.
Salah satu dari siluman lainnya berkata “Hentikan itu. Kami mengerti. Bagaimanapun juga perjanjian tetap perjanjian. Dia akan kami bawa ke hadapan Nushi-sama.”
“Te–terima kasih banyak, Youko-sama.”
“Sekarang tinggalkan tempat ini. Bibir hutan bisa tercemar aroma manusia yang kotor milik kalian semua” ucapnya dengan mata dingin yang menyala
Mendengar itu, seluruh rombongan tersebut mulai berlari keluar dari hutan meninggalkan gadis malang itu sendirian.
Di dalam hutan di malam hari tersebut, gadis itu akhirnya hanya bersama dua siluman rubah yang berdiri di hadapannya.
“Oi, manusia! Katakan siapa namamu?”
“Nagi, jangan berkata kasar pada calon ‘pengantin’ Nushi-sama!”
“Huh!”
Gadis itu melihat keduanya dan mencoba membuka mulutnya.
“Re–Reda.”
“Reda-sama. Mungkin ini tidak begitu penting tapi biar kami perkenalkan diri kami. Kami adalah Youko, penjaga hutan Higashi no Mori ini. Namaku Ginko dan ini Nagi. Kami akan mengantarmu ke tempat Nushi-sama berada.”
Gadis malang itu hanya diam. Dia tidak begitu memedulikan hal itu karena dia tau takdir apa yang ada di depannya saat ini. Itu tidak akan jauh dari kematian.
Setelah pengenalan singkat yang dilakukan siluman rubah tersebut, Reda berdiri dan berjalan mengikuti keduanya.
Mereka masuk ke dalam hutan lebih dalam hingga terlihat sebuah gerbang torii besar berwarna merah keoranyean.
“Itu adalah pintu masuk ke dalam hutan Higashi no Mori. Setelah masuk ke dalam sana, Reda-sama tidak bisa lagi keluar tanpa seizin Nushi-sama. Itu akan menjadi rumah barumu.”
Reda tidak mengatakan apapun. Dia mengikuti kedua siluman itu masuk ke dalam gerbang tersebut dan ketika masuk ke dalamnya, Reda dibuat terkejut dengan apa yang ada di dalamnya.
Sebuah desa besar yang sangat ramai di malam hari dengan lentera dan lampu kertas di sepanjang jalan. Banyak sekali siluman yang berjalan layaknya desa milik manusia. Sebuah pemandangan asing yang tidak pernah dilihat oleh Reda seumur hidup.
“Ada desa di dalam hutan?”
“Selamat datang di Higashi no Mori. Mulai hari ini, tempat ini adalah rumahmu. Mari, silahkan lewat sini.”
Reda menahan rasa takutnya dan berjalan di belakang kedua siluman rubah itu. Sepanjang jalan, Reda melihat kanan dan kirinya.
Seekor siluman rubah bernama Nagi mundur dua langkah lalu berkata padanya “Perhatikan langkahmu. Bagaimanapun juga kau tetap saja manusia. Kalau lengah, kau mungkin akan dimakan oleh mereka sebelum sampai di tempat Aragaki-sama.”
“Di–dimakan?!” Reda terkejut
“Apa siluman benar-benar memakan manusia? Tapi aku tidak berani bertanya pada mereka.”
“Nagi, berhenti membuatnya takut.”
“Aku hanya memperingatkannya agar tidak bernasib sama seperti yang mati kemarin.”
“Kemarin?” Reda bertanya pelan
“Bukan apa-apa." Nagi berjalan kembali meninggalkannya di belakang
Ucapan dingin itu membuat Reda tidak begitu terkejut. Dia sudah tau bahwa setiap pengorbanan yang disebut calon ‘pengantin’ di desanya itu adalah persembahan bagi sang pelindung desa. Tentu saja sebutan ‘pengantin’ itu hanya sebuah pemanis.
Kenyataannya, calon 'pengantin' itu adalah orang yang dibuang untuk diberikan kepada siluman.
Sepanjang jalan, banyak mata yang melihat ketiganya. Lebih tepatnya, mereka semua melihat dan menatap dingin Reda. Beberapa siluman bahkan ada yang dengan jelas membicarakannya.
“Menyedihkan sekali.”
“Lingkungan ini semakin kotor karena mereka.”
“Lihat pakaiannya itu. Sungguh menjijikkan.”
“Kenapa mereka hanya bisa memberikan sampah pada Nushi-sama? Dasar makhluk kotor!”
Gadis malang itu hanya menerima semua ejekan tersebut dalam diam. Bukan hanya ejekan, namun telur dan sayur-sayuran busuk pun ‘menyambutnya’.
Tidak ada pembelaan dari kedua siluman di depannya. Mereka hanya berjalan di depannya meskipun tau apa yang terjadi pada gadis itu.
“Aku harus kuat. Setelah mati nanti, semua rasa sakit ini akan hilang. Aku harus bisa bertahan sedikit lagi.”
Mencoba menguatkan dirinya sendiri, Reda berjalan sambil terus menerima lemparan telur ke arahnya. Pakaian lusuh itu semakin terlihat tak layak dan bau amis mulai tercium kuat. Kedua siluman rubah di depannya bahkan berjalan lebih cepat sehingga jarak mereka sekarang menjadi jauh.
Setelah melewati desa, mereka sampai di sebuah pintu besar dengan tembok tinggi dan pepohonan di dalamnya.
“Kita sampai.” Kata siluman rubah bernama Ginko
“Ini…”
Nagi, siluman rubah lainnya bicara dengan nada sangat ketus pada Reda.
“Kau! Pokoknya menjauh dari kami dan Aragaki-sama saat tiba. Tubuhmu itu amis dan menjijikkan. Ingat itu!”
“Aku…mengerti.” Reda hanya bisa pasrah tanpa membalas
Begitu pintu dibuka, terlihat sebuah jalan lurus dengan banyak lentera di sisi jalannya. Mereka berjalan melewati sebuah taman luas dengan kolam dan pohon bunga sakura besar di sudutnya.
Kelopak bunga yang berguguran berwarna pink nan cantik yang berterbangan tertiup angin, membuat Reda merasa bahwa tempat ini sangat indah.
Kedua siluman rubah itu berhenti di depan pohon bunga sakura yang sangat besar.
Reda melihat sosok pemuda tampan berambut hitam dengan mata keemasan yang indah dan ekor berbulu berwarna putih yang cantik sekali.
“Nagi, Ginko, kalian telah kembali.” katanya
Suara itu begitu indah dan lembut. Seperti membius dan menghipnotis, Reda memerah melihat sosok tampan yang ada di bawah bunga sakura tersebut.
“Kami kembali, Aragaki-sama.”
“Kami kembali, Nushi-sama.”
Kedua siluman itu berlutut memberi hormat padanya. Reda berdiri dan mematung karena menganggumi sosok tersebut.
“Apakah itu Aragaki-sama? Apa benar dia adalah pelindung desa kami selama ini? Sosok indah nan menakjubkan itu benar-benar mempesona.” puji Reda dalam hati
Namun di saat Reda masih diam tanpa mengatakan apapun, tiba-tiba sebuah serangan angin membuat tubuhnya terhempas cukup jauh hingga terjatuh ke tanah.
“Aaa!”
Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya tidak bisa menahan air matanya.
“Apa itu tadi?” dia bertanya-tanya dalam hati
Sosok tampan yang dikaguminya berubah menjadi sosok penuh kemarahan dengan aura yang menakutkan di sekitarnya.
“Sampah.” Itulah satu kata yang dikeluarkan olehnya. Reda begitu syok mendengarnya.
Air mata yang keluar karena sakit pada tubuhnya tidak sebanding dengan sakit di hatinya. Aragaki masih melanjutkan ucapannya.
“Aku benci manusia dan sampai kapanpun aku akan tetap membenci kalian.”
“…” Reda terdiam
“Makhluk kotor yang telah merusak kepercayaan yang kumiliki. Nasibmu akan sama seperti sampah lainnya. Nagi, Ginko…”
“Ya?”
“Bawa sampah itu pergi dari hadapanku.”
“Baik.”
Keduanya langsung membawa paksa Reda jauh dari hadapan Aragaki.
Tanpa berkata apapun, Reda merasa bahwa keberadaannya begitu rendah hingga dimanapun dia berada, tidak ada yang menginginkan dirinya untuk hidup.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Jira (💤)
awal yang nyesek
2024-01-01
3
A𝒔𝒉𝒊𝒆-`ღ´-
jatuh cinta pada pandngan pertaman
2023-10-22
1
A𝒔𝒉𝒊𝒆-`ღ´-
ya ampuun ,uda pasrah aja ya kalau uda mau mati, tapi kan nasib gak ada yang tau, siapa tau malah kebalik kan
2023-10-22
1