Reda dibawa ke sebuah pintu di bagian belakang kediaman besar itu lalu didorong begitu saja oleh dua siluman rubah, Nagi dan Ginko.
“Aah!” teriaknya karena menahan sakit
“Cih! Manusia itu aromanya sudah busuk! Tapi ditambah dengan bau telur yang amis dan tomat busuk di tubuhnya, dia jadi semakin busuk! Menjijikkan sekali.”
Sebuah hinaan yang menusuk sekali dari mulut siluman rubah bernama Nagi. Reda yang masih belum berdiri meneteskan air matanya. Itu sungguh hinaan yang sangat menyakiti hati gadis malang tersebut.
Siluman rubah lainnya, Ginko terlihat tidak begitu memedulikan apa yang terjadi pada gadis malang itu. Namun, setidaknya dia tidak menggoreskan luka di hatinya yang baru saja menerima hinaan fisik dan mental dari tuannya.
“Reda-sama, ini adalah perintah Nushi-sama. Kami hanya menjalankannya.” Katanya dengan nada datar
Reda menghapus air matanya dan mulai melihat dua sosok siluman itu dengan senyuman.
“Aku baik-baik saja. Aragaki-sama sudah baik karena mau membiarkan aku untuk tetap hidup. Aku…berterima kasih padanya.”
“Oi, jaga mulut kotormu itu!” bentak Nagi
“Eh?”
“Jangan pernah memanggil tuan kami dengan sebutan Aragaki-sama! Mulut itu tidak pantas memanggilnya dengan sebutan itu!”
Reda hanya diam. Dia tidak mengerti, semua yang dilakukannya terlihat hina dan rendah di mata kedua siluman tersebut, terutama Nagi. Terlihat dia begitu membenci Reda.
“Nagi, jika ingin memberitaunya, sebaiknya jangan menggunakan cara kasar.”
“Untuk apa mengurus manusia rendah! Aku pergi! Kau saja yang bereskan. Tanganku harus kubersihkan. Kalau nanti aku bertemu Ryuunosuke, aku akan minta dia untuk mengawasinya seperti yang sudah-sudah.”
“Nagi!” Ginko memanggilnya. Tetapi, Nagi sudah berjalan meninggalkannya. Kini, Ginko harus menghadapi Reda seorang diri.
“Haa~ ini merepotkan sekali.” Katanya
Reda hanya tertunduk mendengar helaan itu.
“Apakah untuk ini aku dibawa ke tempat ini, kalau tidak ada yang menginginkan kehadiranku?.”
Di dalam hatinya, Reda seperti terus menangis dan bertanya pada nasibnya. Dibuang oleh penduduk desa dan dijadikan pengorbanan, lalu dihina dan dibuang oleh mereka yang membawanya. Takdir apa yang ingin melihatnya menderita seperti itu?
**
Nagi yang sudah meninggalkan Ginko, berjalan di engawa (koridor luar rumah adat Jepang) sambil menggerutu.
“Dasar gadis desa lusuh yang kotor! Aku tidak percaya tempat ini harus selalu menerima manusia sebagai calon ‘pengantin’ Aragaki-sama! Ini semua tidak akan berhasil. Aragaki-sama tidak akan pernah memaafkan mereka. Kebencian yang mereka goreskan pada hati Aragaki-sama tidak akan pernah hilang meskipun telah 200 tahun berlalu.”
Tidak lama dari arah belakang, Nagi mendengar suara langkah kaki berlari di lantai kayu engawa.
“Nagi-sama, Nagi-sama!” teriak suara itu
“Ryuunosuke?”
Sosok itu adalah rubah kecil yang menghampiri Nagi dengan sangat terburu-buru.
“Nagi-sama, apa benar calon ‘penganti’ lainnya sudah datang?”
“Benar. Ginko sedang mengurusnya di belakang. Kalau bisa, kau urus gadis lusuh itu! Aku sudah muak dengan bau manusia. Lihat tanganku yang penuh dengan aroma amis telur dan tomat busuk!”
“Nagi-sama, itu kejam sekali.”
“Terserah. Aragaki-sama juga sudah melemparnya begitu beliau melihatnya.”
“Aku…aku akan menghadap Aragaki-sama!”
Rubah kecil bernama Ryuunosuke langsung berlari meninggalkan Nagi sendiri.
**
Di bawah pohon sakura yang sama, Aragaki terlihat begitu kesal. Perasaannya yang tenang berubah menjadi sebuah amarah yang coba dia tahan.
“Lagi-lagi manusia yang kotor. Sebanyak apapun yang datang, aku tidak akan pernah memaafkan mereka.”katanya di dalam hati
Dari belakangnya, terdengar suara yang memanggil namanya.
“Aragaki-sama, Aragaki-sama!”
Aragaki mengibaskan ekornya dan melihat ke belakang. Mengetahui suara itu datang dari seseorang yang begitu dekat dengannya, ekspresi Aragaki berubah. Terlihat sebuah senyuman manis yang membuat wajah tampannya memancarkan keramahan.
“Ryuunosuke? Ada apa? Kenapa terburu-buru seperti itu?”
“Aragaki-sama! Aku bertemu dengan Nagi-sama dan mendengar bahwa calon ‘pengantin’ Aragaki-sama telah datang? Apa itu benar?”
“…” Aragaki tidak menjawab
“Aragaki-sama!” Ryuunosuke mulai mendesak tuannya untuk bicara
Melihat rubah kecil itu mulai cemas, Aragaki berlutut dan mengelus-elus kepalanya.
“Dia sudah datang dan dia ada di belakang. Jika kamu ingin bertemu dengannya, pergilah. Temui dia. Aku percayakan semuanya seperti biasa padamu, Ryuunosuke”
“Aragaki-sama…” Ryuunosuke merasa semakin khawatir dengan ucapan tuannya tersebut
Aragaki berdiri dan pergi meninggalkan Ryuunosuke di bawah pohon sakura itu sendirian. Dia masuk ke dalam rumah.
Segera setelah tuannya kembali ke dalam, rubah kecil itu langsung berlari menuju arah belakang.
Di belakang, Reda masih belum bangun dan tertunduk. Ginko yang telah menghela napasnya beberapa kali setelah ditinggalkan oleh Nagi mulai penasaran dengan gadis itu.
"Aku tidak bisa bilang dia cantik karena dia manusia, tapi aku jelas bisa mengatakan kalau dia itu bernasib sangat sial. Dibuang oleh penduduk desa terkutuk itu dan berakhir di tempat ini. Padahal di sini, kemungkinan dia hidup mungkin tidak ada seperti yang sudah-sudah."
Ginko bertanya pada gadis malang itu.
“Reda-sama, kenapa masih belum berdiri?”
“Aku sudah boleh berdiri?” gadis itu malah balik bertanya
“Kenapa justru bertanya? Kalau ingin berdiri, sebaiknya berdiri.”
“Maafkan aku. Di desa, mereka selalu bilang kalau aku tidak boleh melakukan apapun jika tidak disuruh atau aku akan dimasukkan ke dalam kandang anjing.”
“Apa? Kandang anjing?”
“Aku…aku hanya bisa makan jika melakukan semua hal yang diminta oleh penduduk desa. Karena itu, aku takut kalian mungkin akan menghukumku juga jika aku berdiri seenaknya.”
Reda tertunduk dengan wajah takut. Tangannya yang lecet dan gemetar menjadi bukti kalau dia memang takut.
“Ini gila. Jadi penduduk desa itu benar-benar memberikan Nushi-sama seseorang yang dianggap ‘sampah’? Aku pikir mereka tidak serius dan merendah.” pikir Ginko dalam hati
Sebelum Ginko kembali bicara, dari arah belakang terdengar suara yang memanggilnya.
“Ginko-sama!”
Itu adalah Ryuunosuke kecil yang berlari dengan ekspresi wajah takut dan khawatir. Begitu sampai di depannya, dia langsung berdiri di depan Ginko sambil merentangkan tangannya seperti hendak melindungi gadis itu.
“Ginko-sama, ini adalah calon ‘pengantin’ Aragaki-sama! Aku yang akan mengurusnya. Tolong jangan sakiti gadis ini, aku mohon.”
“Kamu salah paham, Ryuunosuke. Aku tidak akan menyakiti Reda-sama. Silahkan kamu urus sisanya. Aku akan kembali ke dalam.” Ginko tersenyum dan pergi meninggalkan kedua orang tersebut.
Reda melihat bentuk ekor imut milik siluman rubah kecil yang manis itu. Begitu dia membalikkan tubuhnya, rubah kecil itu langsung menghampiri dan membantunya berdiri.
“Tubuhmu kotor.” katanya dengan wajah sedih
“Aku tidak apa-apa. Ini…sudah biasa.”
Reda masih tersenyum untuk membuat wajah rubah manis itu tidak khawatir lagi.
“Namaku Ryuunosuke. Mulai sekarang, aku yang akan membantumu…um…”
“Reda. Namaku Reda. Salam kenal Ryuunosuke.”
“Aku minta maaf tapi malam ini kamu tidak bisa tinggal di sini, Reda-sama.”
“Dimana aku bisa tidur?”
“Ayo ikut aku.”
Ryuunosuke membawanya ke pintu di belakang Reda. Mereka berjalan di dalam bagian hutan yang sepi menuju suatu tempat. Tidak ada cahaya apapun di sana. Gelap seperti normalnya hutan lebat, hanya saja tidak ada hewan buas di dalamnya.
Setelah berjalan cukup lama, mereka sampai di sebuah gubuk tua kecil yang gelap.
“Silahkan masuk.” ucap Ryuunosuke sambil membukakan pintunya
Reda melihat kondisi di dalamnya. Hanya ada satu ruangan kecil dengan tungku sederhana, tatami tua dengan beralaskan tempat tidur lantai yang tipis dan selimut, serta sebuah pakaian yukata tidur berwarna gelap.
“Tempat ini…”
“Maafkan aku, tapi Reda-sama harus tidur di sini. Ada pakaian yang sudah disiapkan, silahkan malam ini bersihkan tubuhmu dulu di kamar mandi belakang dan istirahatlah. Besok pagi, aku akan mengantarkan makanan dan menjelaskan semuanya sebelum menghadap Aragaki-sama.”
Reda hanya bisa mengangguk tanpa bertanya. Setelah Ryuunosuke pergi, Reda pergi menuju kamar mandi belakang. Di sana hanya ada bak besar penuh air dengan sebuah cairan kental beraroma rumput dan tanaman herbal serta kain tipis untuk mengeringkan tubuhnya.
“Setidaknya aku bisa tidur di tempat yang hangat. Syukurlah. Ternyata, aku masih bisa merasakan hal mewah seperti ini.” Reda tersenyum senang dengan air mata menetes di pipi.
Betapa perih dan menderitanya hidup yang selama ini dia jalani. Hal itu bisa dilihat dari caranya menggunakan semua barang seadanya itu dengan sangat hati-hati.
Aroma bau dan amis tubuhnya mulai hilang berkat cairan yang terbuat dari rumput dan tanaman herbal tersebut. Sekarang, dia bersiap untuk tidur.
Sambil membaringkan tubuhnya yang masih terasa sakit, dia sempat mengingat sesuatu.
“Ayah, ibu, apa kalian baik-baik saja di surga? Reda akhirnya bisa merasakan tidur dengan pakaian bagus dan tempat tidur hangat malam ini. Reda tidak tidur di kandang anjing lagi sekarang. Reda tidur di rumah yang bagus seperti ini. Rasanya seperti sebuah mimpi.”
“Mungkin Reda akan menyusul kalian setelah dibuang oleh penduduk desa, tapi tolong doakan aku agar bisa tersenyum sampai akhir seperti janji Reda pada kalian ya? Selamat malam.”
Malam itu di tengah hutan, di dalam sebuah gubuk kecil tanpa cahaya apapun, seorang gadis malang tidur dengan wajah penuh kebahagiaan. Hanya malam itu, dia bisa merasa seperti seseorang paling beruntung di dunia.
Meskipun mungkin, takdir berkata lain ketika fajar datang.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
dewi_oetari14
manusia itu kadang lebih rendah dari hewan ya
2023-10-25
2
Kav
Kenapa banyak air mata di mata ini /Cry/
2023-10-11
1
Linda Samudin 88
bawang .. ada bawang ..mataku jadi pedih
2023-10-08
2