Malam ini, Maya merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Pikirannya melayang ke besok pagi yang akan menjadi hari pertama masuk kuliah. Antusiasme yang membara memenuhi hatinya, dan ia merasa tidak sabar untuk memulai perjalanan pendidikannya yang baru.
Di dalam kegelapan malam, Maya merenungkan betapa pentingnya kesempatan ini baginya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan belajar dengan lebih giat dan tekun untuk meningkatkan level pengetahuannya.
Pikiran Maya dipenuhi oleh rasa ingin tahu dan semangat belajar tinggi. Ia membayangkan momen-momen nanti di kelas, berdiskusi dengan teman-teman baru, dan penyerapan ilmu pengetahuan yang akan terjadi. Maya merasa siap untuk menyerap segala pengetahuan baru yang akan diberikan oleh para pengajar dan mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun pikirannya penuh dengan kegembiraan dan keinginan untuk belajar, Maya juga merasakan kecemasan dan tantangan yang akan dihadapinya. Namun, ia percaya bahwa dengan tekad dan usaha yang kuat, ia mampu mengatasi semua hambatan yang mungkin muncul di perjalanan kuliahnya.
Malam berlalu dengan perlahan, dan pagi pun tiba. Maya bangun dengan semangat yang membara. Ia mempersiapkan diri dengan penuh antusiasme, memastikan dirinya tampil dengan penampilan yang sederhana tapi terlihat serasi dengan postur tubuhnya dan sudah siap untuk memulai petualangan baru di dunia pendidikan tinggi.
Dengan langkah mantap, Maya memasuki kampus pada pagi yang cerah itu. Ia merasakan atmosfer kehidupan kampus yang penuh energi dan harapan. Dengan senyuman di wajahnya, Maya menghadapi hari pertama kuliah dengan keyakinan dan semangat yang membara.
Maya tiba di kampus dengan perasaan campur aduk. Dia merasa gugup namun juga antusias menghadapi hari pertama kuliah dan ospek.
Namun, saat dia berinteraksi di tengah-tengah teman-teman barunya, beberapa di antaranya menatapnya dengan perasaan jijik serta menyindirnya dan menunjukkan sikap merendahkan.
**
“Hei, lihatlah itu. Siapa dia? Astaga gadis kampungan darimana dengan pakaian yang terlihat kumal seperti itu.” bisik Neti kepada Dita.
Dita melirik dan tertawa mengejek, “Ya ampun, benar-benar tidak sepadan dengan kampus ini. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana berpenampilan yang baik.”
Neti mengangguk setuju, “Aku bertanya-tanya dari mana dia berasal. Pasti dari daerah pedalaman atau hutan belantara yang tidak kenal dengan kata modis”
“Mungkin dia baru pertama kali keluar dari sarangnya.” Tambah Neti.
Neti dan Dita tertawa dengan sinis saat Maya berjalan mendekati mereka.
Maya dengan sopan menyapa, “Hai, apakah kalian tahu di mana ruang kuliah 101?”
Neti mengangkat alis heran, “Oh, ya, itu di lantai dua. Tapi, apakah kamu yakin kamu bisa menemukannya sendiri? Ini cukup besar untukmu? Hahaha”
Dita ikut tertawa, “Ya, kami berdua agak terkejut karena jarang melihat seseorang penampilanmu seperti itu.”
Maya yang merasa tidak nyaman berusaha menutupi itu, “Maafkan saya jika penampilan saya tidak memenuhi standar kalian. Saya hanya ingin mencari kelas saya sekarang.”
Neti mengangkat bahu, “Ya, ya, ya, terserah kamu. Tapi kamu harus tahu bahwa kampus ini adalah tempat orang-orang berpendidikan dan berkelas.”
Maya tertunduk sejenak, “Saya mengerti. Terima kasih atas penjelasannya.”
Maya pergi mencari ruang kuliah dengan hati berat, sementara Neti dan Dita tetap berdiri di tempat mereka dan tertawa-tawa.
Dita yang masih menertawakan penampilan Maya, “Ampun dah, dia benar-benar terlihat percaya diri sekali. Apa dia berpikir ini adalah kampus untuk orang-orang hutan?”
Neti menggelengkan kepala, “Auk ah helap, tapi aku harap dia segera menyadari dan pergi dari sini.”
Perlahan, Neti dan Dita berjalan pergi sambil masih tertawa-tawa.
Maya mencoba untuk tidak terpengaruh oleh komentar-komentar tersebut, tetapi perasaan tidak nyaman terus menghantuinya. Maya berusaha keras untuk mengikuti instruksi senior mahasiswa dan menunjukkan kemampuannya, meskipun merasa sedikit tertekan.
Meskipun ada hambatan dan sikap merendahkan dari beberapa teman kampusnya, Maya tetap bertekad untuk membuktikan dirinya dan mengatasi kesulitan yang ada. Dia yakin bahwa apa yang penting bukanlah penampilan atau status sosial, melainkan kemampuan, dedikasi, dan semangat dalam belajar.
Maya terus berusaha fokus dalam mengikuti ospek dan menghadapi ujian-ujian selama minggu pertama.
Walaupun terkadang masih ada beberapa sindiran, Maya berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh. Dia bertekad membuktikan bahwa kesuksesan tidak ditentukan oleh penampilan, melainkan oleh kemampuan dan kerja keras.
Maya juga mencoba menjalin hubungan yang baik dengan beberapa teman-teman sekelasnya yang menerima dia apa adanya. Dia berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki potensi dan kemampuan yang tidak kalah dengan yang lainnya.
**
Dan selama satu minggu pertama yang melelahkan tersebut, Maya berhasil mengatasi tantangan dan menyelesaikan ujian-ujian dengan baik. Dia merasa bangga atas pencapaian yang telah dia raih.
Pada akhirnya, Maya menyadari bahwa penting untuk tetap percaya pada diri sendiri dan tidak membiarkan penilaian orang lain merusak semangatnya. Dia tahu bahwa dia bisa mencapai apa pun yang diinginkannya jika dia terus berusaha dan memiliki keyakinan pada dirinya sendiri.
Tanpa sadar sudah minggu kedua di kampus, Maya merasa semakin terkesan dengan lingkungan baru yang diajarkan oleh pihak kampus. Hari itu, ada beberapa kegiatan yang dijadwalkan untuk calon mahasiswa baru, termasuk wawancara dengan pihak kampus untuk mempromosikan universitas kepada calon mahasiswa berikutnya.
Maya mempersiapkan dirinya untuk wawancara dengan pihak kampus. Dia berbicara dengan percaya diri tentang impian dan ambisinya dalam bidang bisnis internasional. Maya berbagi tentang pengalamannya bekerja membantu orang tuanya di lading gandum dan bagaimana itu telah membantu membentuk kepribadiannya yang tangguh dan berorientasi pada kerja tim. Pihak kampus sangat terkesan dengan semangat dan dedikasinya.
Selama kuliah, Maya menemukan mata kuliah yang paling menarik dan berkesan adalah Manajemen Internasional. Mata kuliah ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana bisnis beroperasi di pasar global dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan internasional. Maya merasa terinspirasi oleh dosen yang berkompeten dan pengalaman praktis yang diberikan dalam mata kuliah ini. Ia merasa semakin yakin dengan pilihannya untuk studi di bidang bisnis internasional.
Maya memiliki impian untuk menjadi seorang wanita karir dengan memiliki beberapa anak perusahaan. Ia yakin bahwa studi di kampus ini, akan memberikan pengalaman berharga dan memperluas perspektifnya dalam bisnis internasional. Maya berencana untuk mengambil kesempatan untuk belajar bahasa inggris sebagai Bahasa international agar lebih memudahkannya di kemudian hari.
Hari itu berakhir dengan Maya bertemu dengan para dosen pengajar, berkenalan dengan mahasiswa dari berbagai sekolah, daerah, dan latar belakang sosial ekonomi. Maya merasa terinspirasi oleh keberagaman dan semangat belajar yang ada di kampus ini. Setelah makan malam bersama teman sekamarnya, Maya menelepon Rani dan Siska untuk berbagi pengalaman selama beberapa hari di kampus. Mereka bertukar cerita dan memberikan dukungan satu sama lain dalam perjalanan mereka menuju impian dan tujuan akademik masing-masing.
**
Maya duduk di kamarnya yang baru di asrama dan mengambil ponselnya. Dia merasa senang dan ingin berbagi pengalaman minggu pertamanya di kampus dengan sahabat-sahabatnya.
Maya mengirim emoticon senyum, “Hai, Ladies! Bagaimana minggu pertama kuliah kalian?”
Rani mengirim emoticon tertawa, “Minggu pertamaku di kampus ini super menyenangkan, guys! Kuliah Manajemen Bisnis fokus pada Agribisnis ternyata menarik banget!”
Siska mengirim emoticon kacamata, “Kampusku juga oke sih. Kuliah teknik sipil dengan fokus pada properti cukup menantang, tapi aku siap menghadapinya!”
Maya mengirim emoticon bertanya, “Aku, ehh, agak kewalahan nih, guys. Jurusan Bisnis Internasional itu agak rumit buatku. Beberapa mata kuliah awal sudah bikin pusing. Ada beberapa anak yang tampaknya sudah berpengalaman dalam bisnis internasional, dan aku merasa seperti aku masih harus banyak belajar.
Rani mengirim emoticon semangat, “Jangan khawatir! Kamu pasti bisa mengatasi semuanya. Kamu cerdas kok, ini pasti cuma penyesuaian awal.”
Siska mengirim emoticon jempol, “Hei, jangan terlalu stres, Maya! Ini baru minggu pertama, pasti akan ada banyak kesempatan untuk belajar dan berkembang.”
Maya mengirim emoticon terima kasih, “Terima kasih, kamu benar, Siska. Terkadang aku hanya merasa takut untuk berbicara di depan banyak orang.”
Rani mengirim emoticon tersenyum, “Di kampusku banyak teman baru, terutama di jurusan agribisnis. Mereka semuanya kompak dan baik-baik.”
Siska mengirim emoticon kacamata, “Oh, ya, Rani, Apakah kamu sudah punya sapi peliharaan?”
Rani mengirim emotion tertawa, “Asaaauuu, belum! Tapi aku sudah banyak belajar tentang agribisnis dan potensi pertanian di masa depan. Ini sangat menarik, lho.”
“Hati-hati nanti kamu bisa jadi "ibu sapi" di kampusmu.”
“Siapa tahu, mungkin aku bisa memulai peternakan sapi skala kecil di asrama, kalian mau aku list?”
“Eh ****** bekas, Kalian berdua selalu membuatku tertawa. Bagaimana dengan kampusmu, Siska? Jurusan teknik sipil sepertinya menarik.”
Siska bersemangat, “Oh, iya, aku sangat menyukainya! Ada banyak proyek konstruksi yang menarik, dan aku bahkan sudah mulai berpikir tentang mencari pekerjaan di industri properti nanti.”
Rani merasa kagum, “Wah, Siska, kamu memang selalu pintar dalam hal itu. Aku yakin kamu akan menjadi seorang insinyur hebat.”
Siska tersipu malu, “Ah, terima kasih, Rani. Tapi bagaimana denganmu, Maya? Bisnis internasional pasti juga menawarkan banyak peluang, kan?
Maya mengetik dengan gugup, “Iya, benar. Aku berharap bisa mengejar peluang-peluang itu. Tetapi saat ini, aku hanya berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baruku.”
Siska memberi semangat, “Jangan khawatir, Maya. Kamu pasti akan menjadi luar biasa di bidangmu. Semua kita sedang mencari jalannya masing-masing.”
Rani tersenyum dan penuh canda, “Kalian berdua adalah sahabat terbaik yang bisa jadi seorang bulenan dan bapak pembangunan!”
Siska tertawa, “Jiasiiiik, aku cewek semur jengkol.”
Maya merasa bahagia, “Betul sekali. Kita akan selalu menjadi sahabat terbaik, meskipun berada di kampus yang berbeda.”
Setelah berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya, Maya merasa lebih termotivasi dan siap menghadapi tantangan yang ada di depannya. Dia merasa bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya dalam perjalanan akademiknya di kampus ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments