Maya pulang ke rumah dengan perasaan pasrah setelah obrolan seru dan menyentuh di bawah pohon rindang tadi bersama kedua sahabatnya. Di dalam hatinya, tekadnya yang kuat mulai memudar. Meskipun tetap termotivasi dengan obrolan teman-teman, dia masih merasa takut dan khawatir bahwa niat tingginya untuk meraih sukses sepertinya harus dikubur dalam-dalam. Saat melangkah masuk ke rumahnya yang sederhana.
Maya disambut oleh kedua orang tuanya yang sudah dari seharian ini menunggunya pulang dan membahas semuanya, saat ini mereka sedang duduk di meja makan karena memang bertepatan dengan waktunya makan malam.
Setelah menikmati hidangan seadanya di meja dengan penuh keheningan, dengan gontai Maya pamitan dan berjalan menuju kamarnya. Melihat anaknya yang kurang semangat dan terlihat lesu Orang tua Maya, merasakan kegelisahan di hati putri mereka. Mereka masuk ke kamar Maya dan dengan penuh kasih sayang mencoba menghiburnya. Dan sesampainya disana terlihat Maya duduk di kamarnya dengan perasaan sedih dan bimbang sambil mengotak atik telpon selulernya melihat album foto bersama teman-temannya saat perpisahan sekolah siang tadi. Ibunya duduk di samping Maya sambil mengusap lembut punggungnya.
"Nak, janganlah berkecil hati. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing menuju sukses. Takdirmu juga akan membawamu ke tempat yang tepat." Kata ibunya berusaha menenangkannya.
"Ma, Pah, aku bingung. Dari kecil aku selalu bermimpi besar merubah takdir masa depanku kearah yang lebih baik, tapi saat ini rasanya mimpi semakin jauh dari kenyataan," ucap Maya dengan suara rendah, menyimpan ponselnya dan memandang ke lantai karena takut membuat kedua orang tuanya kecewa.
Ayah Maya meletakkan tangannya di pundaknya sambil berkata, "Maya, setiap orang memiliki jalannya masing-masing menuju kesuksesan. Jangan berkecil hati. Kita belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan."
"Ingatlah, keberanian dan kecerdasanmu adalah harta yang tak ternilai. Tak semua orang diberi kesempatan yang sama. Terimalah apa adanya, tapi tetaplah berjuang dengan keras." Ibu Maya menambahkan.
"Kita harus memahami bahwa hidup bukanlah tentang seberapa tinggi kita mencapainya, tetapi seberapa kuat kita berdiri ketika menghadapi tantangan. Teruslah berjuang, Maya." Ayahnya mengangguk dan menambahkan.
Orang tua Maya melihat ekspresi putrinya yang sedih terus mencoba menghiburnya untuk beberapa saat. Kata-kata kedua orang tua Maya itu merangkum rasa cemas dan harapan yang mereka miliki untuk putri semata wayang mereka. Maya merasa sedikit lebih baik dan menyalurkan rasa terima kasihnya kepada mereka, merasa sedikit tenang mendengar kata-kata orang tuanya. Mereka selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan tanpa syarat. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.
**
Disisi lain di rumah Rani, dia tidak bisa tidur semalaman saat ini, karena memikirkan keadaan Maya yang tekadnya terguncang karena sepertinya mimpi maya akan di kuburkan dalam-dalam. Dia memutuskan untuk berbicara dengan orang tuanya tentang situasi Maya keesokan paginya. Rani ingin mencoba membujuk mereka agar mau membantu Maya untuk mewujudkan mimpinya agar pergi bersamanya kuliah di kota.
"Papa, Mama, Aku sangat peduli dengan Maya. Seperti kalian tau dia adalah sahabat terbaikku dari kecil dan dia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Tapi saat ini sepertinya mimpi yang selama ini dia idam-idamkan harus di kubur dalam-dalam karena tidak mungkin dia akan ikut aku kuliah di kota. Dan jika Maya tidak mendapatkan dukungan untuk kuliah, kasihan bakatnya akan terbuang percuma." Ucap Rani pada saat sarapan pagi kepada kedua orang tuanya, mencoba berkata dengan tulus.
“Keputusan sekolah membatalkan kuliah kepadanya, membuat dia sangat hancur” Tambahnya.
Kedua orang tua Rani saling memandang satu sama lain tapi tidak membalas apa yang disampaikan Rani barusan, Ayahnya hanya menarik napas panjang dan melanjutkan memasukan makanan di mulutnya. Rani pun paham dan dia membiarkan hal itu berlalu dan dia juga segera menyelesaikan sarapannya sendiri.
“Nanti ayah kabarin kamu sore nanti” Kata ayahnya yang telah menyelesaikan sarapannya dan hendak berangkat ke ladang memeriksa pekerjaan para petani.
“Hmm” Rani hanya menjawab singkat dan dia pun beranjak ke kamarnya.
Menjelang sore melalui diskusi yang panjang, kedua orang tua Rani juga awalnya ragu, karena mereka juga memiliki keterbatasan ekonomi. Namun, setelah mendengarkan argumen tambahan Rani yang meyakinkan sore itu. melalui perdebatan panjang dalam mempertimbangkan keputusan untuk membantu tentang nasib Maya.
Dan finalnya mereka memutuskan bahwa mereka bersedia hanya membiayai biaya kuliah Maya ke kota tapi tidak dengan kesehariannya yang artinya tidak ada uang saku kepadanya setiap bulan. Mereka ingin membuka pintu kesempatan untuk Maya dan mempercayai bahwa investasi ini akan memberikan hasil yang berarti.
Mendengar itu Rani dengan kegirangan dan ingin segera memberitahukan tentang keputusan kedua orang tuanya yang bersedia memberikan Maya beasiswa kuliah di kota dengannya dan siska. Saat mendengar kabar itu Rani merasa campur aduk antara terharu dan gembira. Rani yang merasa beruntung memiliki teman seperti Maya selama ini berterima kasih yang tak terkira kepada kedua orang tuanya setelah keputusan itu. Dia selama ini selalu merasa terinspirasi dan bersyukur atas kebesaran hati Maya yang tidak pernah mendendam kepada setiap orang yang membully atau menjegalnya. Dalam hatinya dia bersyukur kepada Tuhan bahwa dalam kegelapan selalu ada cahaya yang menyinari.
**
Sehari setelahnya Maya, Rani, dan Siska berkumpul kembali di bawah pohon rindang di desa itu lagi, setelah di hubungi Rani malam hari sebelumnya untuk segera ingin bertemu. Saat ini mereka sedang merencanakan dan menyusun langkah selanjutnya untuk mewujudkan impian Mereka, setelah berita baik itu di terima tentang di bukanya jalan bagi Maya. Maya yang masih terharu dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga Rani dalam memberikan beasiswanya, masih bingung dengan langkah seperti apa nantinya karena semenjak kecil dia belum pernah keluar dari desa kemana pun sama sekali dan yang membingungkan adalah saat ini mereka sedang membahas apa saja yang akan di lakukan mereka terkait bagaimana hidup di kota yang sangat ramai nantinya.
"Aku benar-benar berterima kasih atas segala bantuan orang tua mu dan dukungan yang kalian berikan," ucap Maya dengan penuh rasa syukur.
"Dengan bantuan kalian semua, Aku merasa semakin yakin bahwa Aku bisa melanjutkan pendidikan di kota dan meraih impianku, walau pun detail apa yang kalian bahas aku masih belum memahaminya karena belum pernah sekali pun aku kesana."
"Sudahlah Kita adalah sahabat sejati. Kami akan selalu mendukungmu dan berada di sampingmu dalam setiap langkah yang kamu ambil. Bersama-sama, kita akan menghadapi tantangan ini dan mewujudkan impian kita masing-masing." Jawab Rani menghibur Maya.
Siska, yang selalu ceria, bergabung dalam percakapan, "Benar sekali! Kita tidak akan menyerah. Bersama-sama, kita bisa melewati segala rintangan dan meraih kesuksesan yang kita impikan. Jangan pernah lupakan bahwa kita adalah tim, dan tim kita tidak bisa dikalahkan!"
Maya, Rani, dan Siska menggenggam tangan satu sama lain, saling memberikan kekuatan dan semangat. Mereka tahu bahwa perjalanan menuju impian mereka tidak akan mudah, tetapi dengan persahabatan dan tekad yang kuat, mereka siap menghadapinya. Bersama, mereka melangkah ke depan dengan keyakinan bahwa masa depan cerah menanti di kota yang baru.
**
Setelah hari yang penuh makna di bawah pohon rindang itu, Maya pulang dengan perasaan bahagia yang tak terkira. Dia merasa terinspirasi oleh teman-temannya, Rina dan Siska, yang selalu mendukung dan memotivasinya. Maya tiba di rumah dengan senyum cerah di wajahnya, membawa kabar gembira kepada kedua orang tuanya.
"Ma, Pah, aku punya berita baik!" seru Maya dengan semangat saat memasuki rumah mereka.
Kedua orang tuanya, yang sedang duduk di ruang tengah, memandang Maya dengan penasaran berita apa kali ini. Mereka tahu betapa kerasnya Maya bekerja dan berjuang untuk mengubah takdirnya agar impiannya berjalan dengan baik.
Ibunya, dengan penuh kelembutan menjawab, "Apa kabar baiknya, Nak? Ceritakan Lah."
Maya berdiri tegak di hadapan orang tuanya, bibirnya bergetar sedikit karena kegembiraan. "Ma, Pah, aku sangat beruntung. Orang tua Rani, juragan kita, bersedia membiayai untuk kuliahku di kota!"
Wajah kedua orang tua Maya tersirat kaget dan dengan kekaguman dan kebahagiaan yang tak terkira. Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa bangga mereka terhadap putri mereka yang tangguh dan berbakat. Dalam bathin Ibunya mengucap terima kasih kepada orang tua Rani atas kedermawanan dan kebaikan hatinya. Dalam hati ayahnya maya, ia masih memikirkan apa bentuk konsekuensi dari keputusan ini dan semoga tidak terlalu memberatkan.
**
Keesokan harinya, kedua orang tua Rani mengundang Maya dan kedua orang tuanya untuk datang ke rumah mereka. Mereka ingin membahas rencana detail perjalanan dan tinggal Maya ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Saat di rumah orang tua Rani, Maya dan Rani saling berpegangan tangan serasa tidak boleh ada yang memisahkan mereka. Mereka duduk bersama di ruang keluarga, membicarakan apa saja yang di perlukan di lakukan mereka untuk melanjutkan pendidikan yang otomatis harus tinggal ke kota.
Rani menggenggam erat tangan Maya selama mendengarkan ayah maya dan ayah rani berinteraksi membicarakan banyak hal. Dalam diam mereka berjanji akan tetap menjaga hubungan persahabatan mereka dan merencanakan untuk tinggal bersama di kota. Mereka percaya bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi semua tantangan yang ada. Dan orang tua rani dengan tulus membantu memberikan beasiswa kepada Maya tanpa menghitung untung ruginya, tetapi suatu saat setelah maya mendapatkan ilmu ia harus memberikan kontribusi terkait bisnis gandum itu sendiri.
Setelah pertemuan itu, rani mengundang Siska untuk mereka bertiga keluar makan malam dan menikmati hidangan laut di restoran satu-satunya yang ada di desa itu untuk merayakan kejadian ini. Setibanya di restoran, mereka memilih duduk di pojok dengan pemandangan terbuka, menggenggam tangan satu sama lain, dan berbicara tentang masa depan mereka di kota nantinya. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi berbagai rintangan dan tantangan di sepanjang jalan, tetapi dengan persahabatan mereka yang kuat dan tekad yang tak tergoyahkan, mereka siap menghadapinya.
**
Dalam cahaya senja yang indah, mereka menggenggam janji satu sama lain. Mereka berjanji akan saling mendukung, memotivasi, dan selalu ada di samping satu sama lain dalam perjalanan mereka menuju mimpi-mimpi mereka. Bersama-sama, mereka akan menghadapi dunia dengan keberanian dan keteguhan hati, tak peduli apa pun yang datang menghadang.
Dan di balik cahaya senja, terpancar kepercayaan diri Maya yang baru. Dia tahu bahwa dengan dukungan teman-teman dan kedua orang tuanya, tidak ada yang tak mungkin baginya. Bersama Rani dan Siska, Maya siap menghadapi tantangan apa pun yang menunggunya di perjalanan hidupnya yang baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
sweet❤️
Mampir juga ya Di karya aku
2023-08-10
1