Wanita Pilihan
Setelah kelulusan dari Sekolah menengah (SMA), ada tiga orang sahabat wanita yang sedang duduk bersama di bawah sebuah pohon yang cukup rindang di pinggiran desa yang cukup terpencil. Mereka sedang minum kopi dan menikmati cemilan seadanya yang di bawa dari rumah sebelumnya. Mereka sedang membahas kisah masing-masing tentang apa saja yang sudah mereka lalui. Mereka mengenang kehidupan masa kecil hingga bercerita terkait perjalanan apa saja yang sudah di lewati bersama.
Amaya Thamrin yang sering di sapa Maya adalah seorang wanita sederhana, seorang petani gandum di desa tersebut, berkulit putih mulus dengan postur semampai paras wajahnya. Aura kepemimpinan yang tegas terpancar jelas dari tatapannya mata yang kuat melambangkan telah banyak melewati hal kurang baik selama perjalan hidupnya. Dengan kehidupan orang tuanya sebagai petani gandum yang miskin, pakaian yang di gunakan juga adalah pakaian sederhana apa adanya. Tapi Maya itu tetap terlihat anggun dan modis dan aura kecantikan dari dalam tubuhnya selalu terpancar keluar. Dari semasa kecil dia sudah hidup dalam kondisi situasi ekonomi keluarga yang cuma petani kecil, dan hal inilah yang memaksa Maya untuk ikut bekerja keras membantu kedua orang tuanya menggarap ladang gandum, setidaknya itu aktivitas untuk membantu meringankan beban kedua orang tua nya. Maya juga merupakan Putri semata wayang dari pasangan Bapak Farhan dan Ibu Orly orangtuanya.
Di sebelahnya sahabat dekatnya Maharani Putri atau yang biasa di sapa Rani. Rani yang satu ini memiliki karakter sifat keibuan dan pelindung, ia juga kerap menjadi pemutus sebuah keputusan untuk di lakukan jika mereka dalam menemukan masalah atau memutuskan apapun yang akan mereka lakukan.
Kehidupan Rani sedikit lebih baik daripada Maya karena ladang gandum yang di garap oleh orang tua Maya adalah milik keluarga Rani. Semenjak masa kanak-kanak mereka sudah sering bermain bersama karena kerap di ajak orang tua maya bekerja, dan juga di sebabkan umur mereka yang sebaya. Itupun di dukung dari jarak rumah orang tua maya dan orang tua Rani tidak terlalu jauh sehingga akses untuk bermain tidak perlu susah.
Dan yang terakhir adalah Siska Wulandari anak seorang Kepala Desa. Mereka mulai berkenalan saat orang tua siska di tugaskan di daerah itu dan bersekolah di sekolah dasar yang sama. Jika Maya adalah karakter seorang yang lemah dan penakut karena selalu di rundung pembullyan, Rani yang keibuan dan dewasa, sedangkan Siska malah seperti seorang tomboy. Itu terlihat dari pakaian dan riasan yang sering di gunakan olehnya terlalu simple. Dia juga merupakan seorang pengawal handal dan pembela yang kuat ketika Maya atau Rani mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari orang lain. Hal ini pun di dukung karena latar belakang orang tuanya yang menjabat sebagai Pimpinan di desa tersebut.
Semenjak SMP Maya sudah sering di bully di lingkungannya entah itu sekolah atau pun tempat publik. Dan siska lah yang selalu berdiri di depan mengusir atau malah menghajar pembully jika itu sudah keterlaluan. Dan Rani di belakang mendukung dan memberikan semangat untuk bangkit dengan nasihat-nasihat yang baik.
**
Saat ini Rani memandang Maya dengan penuh kekaguman. "Maya, kamu tahu gak, aku selalu kagum sama kamu. kamu itu kuat dan tegar banget meskipun banyak yang berusaha membully atau menjegal mu."
Maya tersenyum, tapi matanya menunjukan kesedihan. "Hehe makasih, Rani. Tapi sebenarnya, di balik kekuatan yang kalian lihat, ada perasaan sakit dan penderitaan yang selalu merusak pikiranku."
Siska menatap Maya dengan penuh empati. "Kami tahu itu, Maya. Kami juga tahu betapa susahnya hidupmu dan segala penderitaan yang kamu alami. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Kami akan selalu di sini untuk mu."
Maya mengangguk dan bibirnya bergetar sedikit. "Aku tahu, temen-temen. Dan aku selalu bersyukur banget punya kalian di sampingku. Kalian itu sumber kekuatanku buat terus maju, meskipun takdirku mungkin tidak sejalan sama yang kalian atau orang-orang harapkan."
Rina menarik napas dalam-dalam. "Sudahlah kamu itu tidak sendirian. Kamu harus yakin dan percaya bahwa wanita pedesaan seperti kita juga bisa punya pengaruh dan kekuatan yang besar. Jangan biarkan siapa pun meremehkan kamu atau berusaha menjegal mimpimu."
Siska mengangguk setuju. "Kamu itu wanita pilihan dan kuat yang gak pernah mundur, meskipun dijegal, menurutku. Kekuatanmu melebihi apa pun di luar sana. Jangan biarkan siapa pun meragukan mu."
Maya merasa hatinya hangat mendengar kata-kata teman-temannya. Dia menyadari bahwa harusnya dia bukanlah korban takdir, melainkan penentu jalan takdirnya sendiri untuk melakukan perubahan. Dia memutuskan untuk bangkit, menunjukkan keberanian dan kekuatan yang dia miliki walau banyak yang masih sering membullynya atau malah ingin menjegalnya.
Seperti insiden saat kelulusan mereka pagi tadi, beberapa siswa berprestasi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di kota. Sedangkan Maya yang merupakan salah satu bagian dari itu tidak mendapatkan hak yang sama. Kepala sekolah dengan jelas mengatakan pada saat pidatonya bahwa Maya sekali pun di berikan beasiswa itu akan sia-sia karena dengan kondisi finansial keluarganya. Maya tidak akan bertahan hidup di kota metropolitan dalam jangka waktu yang lama, Jadi percuma beasiswa itu di berikan jika di pakai tapi tidak akan berhasil sampai selesai. Di tambahkan oleh Kepala sekolahnya, Maya berasal dari keluarga petani yang miskin, kontribusi maya ke depan pun tidak akan membuat perubahan yang signifikan terhadap desa jika pun ia menyelesaikan studinya.
Alasan Maya tidak di berikan beasiswa itu sebenarnya semua orang bisa berspekulasi jika, penerima setelah maya tidak lain adalah anak Kepala sekolah itu sendiri Merlin. Semua teman-teman seangkatannya tau dengan baik nilai akademik merlin seperti apa, tapi yang mengejutkan adalah dia mendapat juara empat nem tertinggi untuk kelulusan di sekolah menengah satau-satunya yang ada di desa itu.
Saat itu Maya ingin protes tapi hal itu di dengarkan semua orang tua wali siswa dari teman-teman seangkatannya. Banyak orang tua tidak setuju dengan keputusan pihak sekolah terhadap Maya salah satu siswa berprestasi, tetapi tidak bisa membatalkan keputusan yang telah di jatuhkan. Karena hampir semua hadirin yang hadir disana tau bagaimana kondisi finansial kedua orang tua Maya. Saat itu Maya sangat malu terhadap kedua orang tuanya, dan setelah acara kelulusan selesai hingga sore ini ia belum pulang karena tidak tega bertemu kedua orang tuanya.
**
Dengan segelas kopi yang terasa semakin dingin di tangan, Maya bersumpah pada dirinya sendiri. "Aku akan lawan takdir yang keras dan menghadapi semua cemoohan orang dengan kepala tegak. Aku bakal jadi wanita kuat yang bisa merubah dunia dan pedesaan ini khususnya." Bathin nya
Obrolan mereka berakhir dengan tawa dan kebersamaan, tetapi di balik itu, ada tekad yang kuat untuk mengubah nasib mereka dan membuktikan bahwa wanita pedesaan juga bisa menjadi pilihan yang berarti.
Dan meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu Rani sebagai anak seorang pemilik beberapa hektar ladang gandum sedangkan Siska yang sebagai anak kepala desa. Dan Maya sebagai anak seorang petani gandum yang miskin dimana orang tuanya bekerja di ladang milik keluarga Rani. Tetapi perbedaan itu tidak serta merta sekalipun melunturkan hubungan persahabatan mereka yang terjalin dari masa kanak-kanak.
Maya adalah sosok yang selalu ceria dan penuh semangat meskipun hidupnya tidak secemerlang Rani dan Siska. Dari saat mereka masih anak-anak, mereka sudah sering bermain bersama di ladang milik orang tua Rani, merasakan kelezatan masakan olahan dari bahan gandum yang ditanam di sana, dan saling mendukung satu sama lain.
Saat ini setelah lulus dari sekolah menengah, cita-cita mereka pun semakin jelas di depan mata untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Rani ingin melanjutkan bisnis keluarganya sebagai pemilik beberapa hektar ladang gandum. Dia bercita-cita mengembangkan dan memperluas bisnis tersebut agar keluarganya semakin sejahtera ke depannya.
Siska memiliki mimpi ingin menjadi inisiator dan pengembang properti. Dia ingin merancang dan membangun lingkungan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Siska selalu memiliki visi yang luas dan terus belajar untuk mewujudkan impian tersebut mengikuti jejak pamannya yang sukses di perkotaan pada pekerjaan yang sama.
Disisi lain Maya, yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, juga sebenarnya memiliki semangat dan keinginan yang besar untuk mengubah jalan takdir hidup nya dan keluarga. Dia juga bercita-cita menjadi seorang wanita karir yang sukses dengan memiliki beberapa anak perusahaan. Maya ingin sekali membawa perubahan positif bagi keluarganya dan masyarakat sekitarnya melalui usahanya di kemudian hari nantinya. Tetapi mimpi itu sepertinya harus di kubur dalam-dalam karena niatnya pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan harus kandas karena situasi ekonomi keluarga yang tidak mendukung itu terwujud.
**
Mereka sudah sering duduk bersama di bawah pohon besar yang ada di dekat ladang milik keluarga Rani, dan selalu berbagi mimpi dan rencana masa depan mereka masing-masing. Saling memberikan dukungan, motivasi, dan ide-ide untuk mencapai tujuan masing-masing.
Rani sendiri juga sudah sering memberikan Maya wawasan tentang bisnis keluarganya dan membantu Maya memperluas pengetahuannya tentang pengelolaan usaha. Siska melalui pengetahuan dari pamannya tentang bisnis properti selalu memberikan panduan kepada Rani dan Maya mengenai pengembangan properti yang berkelanjutan dan menghubungkan mereka dengan profesional di bidang tersebut. Kadang Siska juga memberikan ide-ide inovatif kepada Maya dan Rani. Ia memberikan saran tentang pengembangan properti yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dan juga mencari peluang bisnis di bidang pariwisata. Siska terus mengajak Rani dan Maya untuk berpikir besar dan tidak terjebak dalam keterbatasan lingkungan mereka.
Sehingga ketika nanti mereka akan memasuki usia dewasa, Di harapkan persahabatan mereka semakin kokoh. Saling menginspirasi, saling mendukung, dan bekerja sama untuk mewujudkan impian masing-masing. Rani, Siska, dan Maya ingin mewujudkan melalui persaudaraan sejati, di mana perbedaan sosial dan ekonomi tidak pernah menjadi penghalang dalam menjalin ikatan yang kuat. Tetapi itu dulu saat mereka belum menemukan endingnya akan seperti ini, dan Maya harus menguburkan impiannya, dan melanjutkan membantu kedua orang tuanya menggarap ladang gandum milik keluarga Rani turun temurun.
**
Rencana awal mereka sebelumnya jika selepas mereka lulus dari sekolah menengah ini, Rani, Siska dan Maya berencana untuk melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat perguruan tinggi. Dan memilih jurusan yang di minati mereka masing-masing, Karena seperti di ketahui setiap tahun lima orang siswa-siswi berprestasi akan di beri beasiswa oleh desa untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi di kota. Ayah Siska sebagai seorang kepala desa pun tidak bisa mengambil sikap, karena semua itu sudah merupakan keputusan mutlak dari pihak sekolah. Sebagai pimpinan di desa itu, ia hanya menerima laporan dan memberi persetujuan, karena keputusan berada dalam rapat semua warga atau pihak sekolah seperti kasus saat ini. Dan ia pun tidak bisa memutuskan sepihak terkait masalah yang di hadapi oleh Maya.
Saat mereka masih di bangku sekolah menengah, Rani sudah dengan yakin memilih bidang untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Di sisi lain ia juga merasa memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Dia memilih jurusan Manajemen Bisnis dengan fokus pada pertanian dan agribisnis. Rani berharap bisa diterima di universitas bergengsi yang terkenal dengan program pertanian dan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari para pakar di bidangnya.
Siska, dengan inspirasi dari pamannya yang sukses, memilih jurusan arsitektur untuk mengikuti jejaknya dalam industri properti. Siska juga sudah mendapat dukungan penuh dari pamannya yang sukses di bidang pengembangan properti. Pamannya juga sudah menawarkan diri untuk mengambil Siska tinggal bersama nantinya agar memudahkan memberikan bimbingan serta pelatihan praktis dalam industri properti. Dengan dorongan ini, Siska semakin yakin dan termotivasi untuk mengejar karirnya di bidang arsitektur dengan tekad yang kuat.
Sedangkan Maya saat ini hanya duduk diam dan pasrah tanpa memberikan atau memamerkan keahlian kepada kedua sahabatnya dengan kondisi ekonomi keluarga yang miskin, baginya untuk bisa ikut kuliah seperti teman-temannya saat orang tuanya tidak mampu membiayai kuliah bukanlah ide yang baik. Meskipun berkecimpung dalam kesulitan ekonomi, ia tetap memiliki hasrat yang besar untuk menciptakan perubahan dan berencana menempuh menuju sukses sesuai apa yang diinginkan yaitu bisnis internasional melalui jalan yang berbeda pula. Ia ingin membuktikan bahwa apa yang di sampaikan oleh kepala sekolahnya saat siang tadi tidak sepenuhnya benar. Maya ingin membuktikan bahwa untuk menjadi sukses pasti memiliki jalan berbeda untuk setiap pribadi.
Walau pun saat ini ia sedih karena merasa tak mungkin bisa mewujudkan mimpinya melanjutkan pendidikannya lebih tinggi. Dalam benaknya dia juga sudah berencana merantau ke kota untuk mencari pekerjaan dan mencoba untuk mendaftarkan kuliah suatu saat nanti, jika memiliki kesempatan untuk itu setidaknya menambah wawasannya dalam berpikir dalam meniti karir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
manisnya kamu 😘❤️
Aku mampir thor
Semangat
2023-08-10
2
Author DE LILAH
lanjut kak
2023-08-10
2
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Tetap semangat maya
2023-08-09
2