Bab 5

Suara berisik semua pengunjung seolah lesap begitu saja bagi Angkasa. Dia seperti itu lantaran fokusnya hanya ada pada wanita di depannya kini.

“Kasa, kamu ingat aku.” Myria bertanya hati-hati karena Angkasa tak lekas menjawab. Rasa takut mendadak menyerang kepercayaan diri dan berpikir mungkinkah Angkasa membencinya sehingga pria itu mengabaikan?

“Ka … sa.” Myria mengulang ragu.

Angkasa baru mengangguk setelah panggilan ketiga. Kemudian, dia tidak berkata apa pun dan justru memutar setengah badan karena enggan menghadap mantan istrinya lagi.

Hati Myria seketika nyeri mendapati sikap Angkasa. Tidak pernah tebersit bahwa mantan suaminya itu akan bersikap dingin, bahkan lebih parah dibanding masa sekolah. Myria pikir akan bisa bertegur sapa dan bersikap biasa saja, tetapi kenyataan tidak sesuai harapan.

Waktu, pengalaman, serta lingkungan memang bisa mengubah sikap seseorang, dan itu Myria dapati secara nyata pada Angkasa. Suka atau tidak, dia harus siap terima itu semua.

Tuan Aji dan Nyonya Nasita ikut bersedih, tetapi dua orang tua itu tidak ingin memihak siapa pun. Perpisahan menantu dan sang putra adalah salah satu goresan takdir yang tak bisa lagi diulang. Hukum tabur tuai memang terjadi dan Tuan Aji tidak pernah mengira imbas dari pernikahan mendiang ibunya bersama Tuan Sastra dahulu akan dialami putranya kini.

Tuan Aji juga tidak mau menyalahkan Tuan Tirta. Beliau memahami posisi kakak tirinya itu sama-sama tidak mudah, apalagi sampai melihat penderitaan ibu kandung yang harus menjalani poligami.

Situasi kurang nyaman itu tidak bertahan lama karena tiba-tiba suara pembawa acara mulai menyambut. Tuan Aji dan Nyonya Nasita pamit pada anak-anak yang mengelilingi. Dua orang tua itu sempat memberi tepukan ke bahu putranya sebelum benar-benar pergi dan sikap itu tidak lepas dari perhatian Myria.

Demi mengurai kecanggungan yang membelenggu , Sakti berinisiatif membawa Angkasa pergi. Sedikit banyak, dia hafal perangai sahabatnya sejak dahulu. “Acara udah dimulai. Gue pamit sama kalian. Belum nemuin nyokap juga ini tadi,” katanya membuyarkan perhatian Myria.

“Oh, iya. Aku sama Friska juga mau cari tempat duduk, kok.”

Sakti mengangguk, lalu merangkul punggung Angkasa dan berpamitan pada dua wanita yang dahulu jadi teman kelasnya.

“Lo kuat, Ka?” Aura jelas terasa berbeda, Sakti bisa merasakan tubuh Angkasa mendadak sedikit kaku. Dia khawatir kecemasan sahabatnya kambuh dan membuat heboh seisi gedung. “Sorry banget kalau bawa lo justru ketemu sama Myria. Abis ketemu nyokap, kita pulang aja.”

“Nggak perlu.” Setelah puluhan menit membisu, mulut Angkasa terbuka juga. Tatapan pria itu tetap lurus ke depan tanpa menoleh pada Sakti yang berusaha menenangkan. “Gimana pun juga, gue harus bisa ngelawan trauma itu. Gue masih pengin hidup.”

Hati Sakti ikut sakit mendengar perkataan Angkasa. Meski dirinya seorang lelaki, tetapi tidak pernah tenang menyaksikan kehancuran sahabatnya di masa lalu. “Istighfar, Bro. Gue ada buat lo.”

Langkah dua pria itu berhenti. Angkasa baru menoleh pada Sakti, lalu menepuk punggung. “Thanks.”

Acara berlangsung tenang. Sambutan dari pemilik dan pimpinan perusahaan mengisi keheningan. Semua menyimak dan mencoba memahami apa yang ingin disampaikan.

Ucapan terima kasih, beberapa rencana ke depannya perkara Kalastra Group dibahas bersama. Dalam kondisi seperti ini, Tuan Tirta dan Tuan Aji tidak terlihat saling bermusuhan. Justru, yang ada sikap saling professional sebagai owner serta pemegang jabatan tertinggi yang saling menghormati.

“Beberapa bulan ke depan, kami ada rencana akan mengembangkan bisnis ke ranah rumah tangga. Salah satu anak perusahaan yang bergerak di industry makanan, kami harap bisa membangun pabrik baru dengan produk baru yang bisa diterima di masyarakat.” Tuan Aji menyampaikan pidato, sementara Tuan Tirta yang sedang duduk jadi penyimak bersama Nyonya Caroline dan Daniel.

“Hal ini masih tahap pengembangan, kami akan mencari investor agar semua rencana ini segera terealisasikan. Sebelum keputusan final, saya beserta jajaran direksi akan membahasnya pada pemilik Kalastra Group yang kebetulan tahun ini hadir.”

Tepukan semua orang menyambut saat beberapa menoleh pada Tuan Tirta. Pria yang jadi pusat perhatian itu hanya tersenyum tipis.

“Hebat bener orang satu ini.” Sakti bicara tanpa sadar. Dua tangannya masih memberi tepukan, sementara mata terus fokus pada Tuan Aji dan Tuan Tirta bergantian.

Angkasa terdiam. Dia hanya bersuara dalam hati, “Lo aja ngakuin kalau Paman Mandala bukan orang biasa, Sakti, padahal harta keluarga lo juga nggak kalah banyak. Kalau gini, alasan apa yang bikin gue percaya diri buat dapetin Myria lagi?”

Berbeda dari Angkasa dan Sakti yang fokus ke depan, Myria justru sejak tadi memperhatikan dua pria itu. Deret kursinya bersama Friska berada di satu garis dengan Angkasa sehingga pandangan wanita itu beberapa kali terarah pada pria berlesung pipit tersebut.

“My.” Friska memanggil. Bukan dia tidak tahu sikap Myria sejak tadi yang terus memperhatikan Angkasa, tetapi dia sengaja membiarkan asal tidak kebablasan.

“Myria.” Wanita berkulit kuning langsat itu mencolek lengan sahabatnya.

“Eh, iy-iya, Fris.”

Bibir Friska tak lekas berkata. Dia pikirkan masak-masak apa yang ingin disampaikan. Namun, semua itu diurungkan karena khawatir Myria akan sakit hati. “Aku mau ke toilet dulu,” katanya mengganti maksud.

“Oh, iya. Ayo, aku temenin.”

“Nggak perlu. Kamu di sini aja, aku bisa cari sendiri.”

Kursi didorong Friska sedikit. Dia segera meninggalkan tempat setelah dapat persetujuan dari Myria. Kemudian, wanita itu bergegas menuju arah toilet.

“Sakti.” Baru saja menyingkir dari kerumunan orang-orang, Friska mempercepat langkah untuk mengejar pria yang lebih dahulu beranjak dari barisan kursi tadi. Sebenarnya, hanya akal-akalannya saja mengenai keperluan ke toilet. Tujuan utama Friska ternyata adalah sahabat Angkasa tersebut.

“Ya.” Tubuh Sakti berputar. Dengan satu tangan berada di saku celana, pria itu menunggu wanita yang berjalan ke arahnya.

“Elo, Fris.” Sakti keheranan, tetapi  lekas mengubah ekspresi karena merasa spesial sampai-sampai dikejar. “Lo buntutin gue?”

“Iya,” jawab Friska jujur.

“Astaghfirullah, Ukhty, itu sepertinya sedikit aneh. Seharusnya pihak laki-laki yang mengejar wanita, bukan? Tapi, nggak pa-pa, gue justru merasa tersanjung kalau gini.”

“Ngomon apa, sih, lo?” Friska memukul lengan Sakti dengan mini bag yang dibawanya. “Gue bela-belain ngejar lo ke sini karena mau nanya soal Kasa.”

Sakti mencebik. “Kasa kenapa? Gue kebelet, buruan kalau ngomong.”

“Ya, udah, sana ke toilet dulu. Gue tungguin lo di depan pintu.”

“Yakin lo?” Tawa renyah Sakti memenuhi lorong menuju toilet. Pria itu geleng-geleng dan lanjut berjalan.

Abaikan ejekan Sakti, Friska serius dengan ucapannya. Dia ikut melangkah ke mana mantan teman kelasnya itu berjalan dan berhenti di dekat pintu masuk toilet laki-laki. Meski agak aneh dan khawatir ada yang melihat, Friska nekad menunggu sampai sepuluh menit.

“Jiah, masih di sini lo,” kata Sakti saat muncul.

Friska memutar bola matanya. Demi Myria, dia rela berkorban. “Buruan, deh, ceritain soal Kasa.”

“Kepo banget lo!” Bukannya menjawab, Sakti mengabaikan itu dan melenggang kembali.

“Sakti, tunggu!” Kaki Friska berusaha menyejajari langkah Sakti meski sedikit kesusahan karena heels yang tidak mendukung. “Bukannya kepo atau ikut campur. Tapi, masa lo nggak mau berbagi cerita kehidupan lo sama Kasa setelah kita lulus. Kuliah di mana, kerja di mana, sekarang sibuk apa gitu? Kita udah lama nggak ketemu, lho.”

Bibir Sakti menyeringai aneh. “Cewek emang pinter bener kalau ngomong. Gue tahu lo cuma modus.”

Wajah Friska memberengut. Susah sekali merayu Sakti.

“Tapi santai aja, gue masih anggep lo temen. Kalau sekarang emang gue nggak banyak waktu buat ngomong, Fris, apalagi pergi ke acara ini tadi sama Kasa. Gue kasih lo kartu nama, besok atau kapan lo ada waktu senggang, kabari gue buat ngobrol.”

Kartu hitam kecil dengan bentuk persegi panjang diterima Friska. Wanita itu mengeja tulisan yang tercetak di atasnya. “Sakti Eka Pradana, Direktur perusahaan Angkasa Pradana.”

Friska berpikir sejenak. Otaknya baru terhubung beberapa menit setelah Sakti pergi. “Tunggu! Ini artinya dia satu kerjaan sama Kasa?”

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

tuan aji kan direktur perusahaan masak rmhnya sederhana thor

2024-12-04

1

Nendah Wenda

Nendah Wenda

betul fris

2023-12-19

0

Happyy

Happyy

😘😘

2023-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100: Revisi
101 INFO
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Akhir Perjuangan
109 Extra Part
110 Extra Part (2)
111 kisah Sakti (Angkasa seri 3)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100: Revisi
101
INFO
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Akhir Perjuangan
109
Extra Part
110
Extra Part (2)
111
kisah Sakti (Angkasa seri 3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!