Bab 3

“My.”

“My, ayo!”

Friska terheran. Dia alihkan posisi ke depan sahabatnya dan menggerakkan tangan ke kanan serta ke kiri perlahan. “Myria, sadar.”

“Astaghfirullah.” Cepat-cepat Myria menoleh. Dia sadar tidak seharusnya memandang pria sebegitu dalamnya bahkan sampai punggung pria itu menghilang. “A-ayo, Fris. Udah deket taksinya.”

“Bentar.” Satu tangan Friska menahan lengan Myria. Tindakan wanita itu tentu menghentikan gerakan sahabatnya. “Kenapa jadi kebingungan gini. Kamu lihat siapa, sih? Cowok tadi? Iya, aku juga lihat dia ganteng. Tapi nggak biasanya kamu gini, My.”

Bibir kemerahan yang tersembunyi di balik cadar itu bergetar, bahkan untuk menyebut nama Angkasa pada sahabatnya saja, Myria masih kesusahan. Jantungnya berdegup hebat seperti usai lari maraton. “A-aku nggak lihat apa-apa. Bukan siapa-siapa, Fris. Cuma orang baik.”

Jawaban Myria nyaris disanggah oleh Friska lagi, tetapi bunyi pemberitahuan dari ponsel menghentikan niat wanita bergamis navy tersebut.

Myria menarik Friska setelah membaca pemberitahuan bahwa taksinya telah menunggu dalam jarak beberapa meter. Mereka akhirnya masuk kendaraan dan berbaur di jalanan yang masih macet.

Tiba di rumah, Friska dan Myria langsung disambut sang ibunda. Wanita paruh baya yang baru pulang dari konveksi itu menyuruh anak dan sahabat sang anak untuk segera mandi.

Meja makan di ruang tengah menjadi tempat duduk saat ini. Myria dilarang pulang cepat karena ibu Friska telah menyiapkan hidangan makan malam.

“Menginap di sini saja, Myria.” Ibunya Friska mulai bicara. Wanita pemiliki konveksi itu menambahkan lauk  ke piring Friska dan Myria bergantian.

Merasa terharu atas apa yang didapat, Myria mengulas senyum dan mengucap terima kasih. “Aku udah check in hotel pagi tadi, Tante. Baju-baju aku juga di sana.”

“Ukuran badanmu dan Friska tidak jauh berbeda. Kalau hanya untuk malam ini, bisa, kan, pakai piyama dia?”

Friska yang tengah menelan makanan itu mengangguk. Dia ikut menambahi. “Iya, ih. Belum puas aku ketemu kamu, My.”

Lengkungan di bibir Myria tak lekas turun. “Tenang aja, kita bakal ketemu tiap hari. Aku menetap di sini sekarang. Udah izin sama Ayah buat tinggal di kota ini lagi.”

Terjadi adu pandang antara ibu dan anak. Friska beserta sang ibu seolah saling bertanya dan tidak percaya atas apa yang diucap Myria. Dua wanita beda usia itu juga tahu tentang Tuan Tirta yang membawa Myria pergi beberapa tahun lalu karena sengaja menjauhkan dari Angkasa.

“Serius kamu, My?”

“Um.” Myria mengangguk lalu menyuap sepotong udang. “Ayah ngasih kebebasan, asal komunikasi tetap berjalan. Ada Om Daniel yang bakal bantuin aku kalau ada apa-apa.”

Mata Friska mengerjap-ngerjap tidak percaya. Makanan di piring bahkan diabaikan beberapa detik.

“Awalnya nggak boleh, sih. Tapi aku yang ngeyel buat pergi dari Singapur. Aku mau mutusin jalan hidup aku sendiri tanpa bergantung pada Ayah.”

Belum usai keheranan Friska, masih harus ditambah penjelasan panjang dari Myria. Sahabatnya satu itu memang mandiri sejak dahulu, kemungkinan itulah yang jadi alasan tidak betah tinggal bersama Tuan Tirta dan keluarga baru.

“Jadi, kamu mau kerja di sini?”

“Betul. Bahkan aku udah kirim beberapa CV ke perusahaan di kota ini.”

Friska tergagap. Dia hanya membuka mulut dan mendadak kehilangan semua kosakata yang biasa dikeluarkan. “Ka–kamu segitunya, My? Kalau nggak pengin ikut Om Tirta di sana dan pengin kerja di sini, kenapa nggak ambil posisi aja di salah satu perusahaan yang ada di bawah naungan Kalastra Group? Kenapa pakai kirim lamaran segala kayak orang susah.”

Ibu Friska ikut bingung. Wanita itu hanya jadi penyimak.

“Enggak. Kalau orang-orang tahu aku anaknya yang punya perusahaan, ntar khawatirnya pada memperlakukan aku beda. Nggak mau kayak gitu, mending kerja di tempat lain biar aku punya tantangan tersendiri.”

Mulut Friska membulat saat mengucap “ooh” atas pengakuan Myria. Sebagai sahabat, dia hanya bisa mendukung setiap keputusan Myria asal tidak membahayakan. Seperti halnya dahulu, saat Myria dan Angkasa memutuskan berpisah, Friska tidak membela siapa pun. Dia masih bersikap baik pada Angkasa sampai ujian akhir kelulusan.

***

“Pertemuan jajajaran direksi dan semua pimpinan perusahaan milik Kalastra Group? Enggak, Ma. Mama aja sama Papa. Aku di rumah.”

Nyonya Nasita mengusap bahu putranya yang masih sibuk di ruang kerja. Wanita itu menyodorkan segelas susu ke meja. “Papa ingin sekali-sekali membawamu dalam acara seperti ini, Nak. Kamu keberatan? Siapa tahu juga kamu dapat kolega baru buat perusahaanmu dan Sakti.”

Angkasa menggeleng. Meski dia akui perusahaannya tidak sebesar tempat kerja sang ayah, tidak sedikit pun Angkasa ingin berurusan dengan Kalastra Group. Pria itu tidak ingin membawa embel-embel keluarga dalam urusan kariernya.

“Nggak, Ma. Aku bisa nyari kolega di luaran sana tanpa harus hadir di tempat itu.”

“Pamanmu hadir tahun ini.”

Ucapan sang ibunda membuat Angkasa menahan napas. Dadanya seolah dihantam kabar mengejutkan setelah hampir sepuluh tahun Tuan Tirta tidak menampakkan diri.

“Bagaimana? Masih tidak ingin ikut? Kemungkinan Jumat, beliau baru akan terbang dari Singapur.” Lagi, Nyonya Nasita memberi penjelasan lebih rinci.

Angkasa menoleh pada Nyonya Nasita dengan tatapan gamang. Bibirnya yang mungil mengatup sempurna. Namun, setelah itu, dia tetap menggeleng. “Ada Paman Mandala, aku justru takut bertemu Myria.”

Ditariknya kepala sang anak ke pelukan, Nyonya Nasita mengusap rambut Angkasa dengan penuh rasa sayang. Wanita bergamis hitam itu menghela napas, lalu berkata, “Mama tidak akan memaksamu lagi. Minum susunya dan segera istirahat.”

Satu kecupan di ubun-ubun didapat Angkasa. Pria itu mengangguk dan membiarkan Nyonya Nasita pergi. Dalam terangnya lampu ruang kerja di rumah, pikiran Angkasa mulai berkelana.

“Gimana rasanya bertemu mantan istri yang sekarang justru lebih baik dianggap jadi kakak sepupu?” Angkasa tersenyum miris. "Apa dia sudah menikah sekarang? Heh." Ingin sekali pria berkaus hitam itu berteriak dan mengatakan pada dunia bahwa dia tidak terima, tetapi apa yang bisa diperbuat. Kedua orang tuanya jauh lebih berharga dibanding kebahagiaan diri sendiri.

Hari berlalu dengan kesibukan masing-masing individu. Angkasa bekerja seperti biasa, sementara Myria beberapa hari ikut Friska ke konveksi. Dua wanita berprofesi sama-sama sebagai desainer itu ikut membantu mengerjakan pesanan kaus olahraga sesuai permintaan sekolahnya dahulu.

“Tante, gimana kalau aku kerja di sini?”

Ibu Friska beserta beberapa karyawan lain langsung menoleh. Aktivitas mereka terjeda beberapa saat.

“Myria, jangan bercanda. Tante tidak bisa memberikanmu gaji besar seperti perusahaan luar negeri.”

Dua mata Myria menyipit. Di balik cadarnya, semua orang tahu wanita itu sedang tersenyum. “Aku nggak butuh gaji banyak, Tan. Tapi butuh pengalaman. Sambil nunggu panggilan kerja, nih. Boleh, ya?”

“Nggak usah aneh-aneh, deh, My. Om Tirta bisa ngeratain bangunan ini kalau tahu anaknya dibiarin kerja di tempat kecil gini.” Friska yang baru ke luar dari kamar mandi berceletuk. “Buka butik sendiri aja, deh, kalau emang nggak mau balik ke sana.”

“Nggak mau. Orang aku maunya deket sama kamu aja. Tiap hari bisa ketemu.”

Mendengar alasan aneh dari Myria, bola mata Friska berputar. Dia meneruskan jahitan di sebelah. “Ya, udah patungan sama aku. Gimana?”

“Tapi kalau ntar aku dapat panggilan kerja gimana?”

“Astaghfirullah, Myria. Ya, nggak usah didatengin. Kan, udah buka usaha sendiri.”

“Nggak jadi, deh. Aku mau jadi pengangguran aja selama nunggu interview.”

“Serah, deh, My. Terserah.” Gemas sendiri Friska sampai tanpa sadar menggigit kain kaus yang akan dijahit. Sontak, tingkah aneh itu mengundang tawa seisi ruang produksi.

.

.

Terpopuler

Comments

murniati cls

murniati cls

apa yg terjd dimasa lalu,n kok istri,bila umur skrg sm 9 THN yg lalu,Brati 18 THN nikah,gmn crtnya

2023-12-22

0

Nendah Wenda

Nendah Wenda

apa yang terjadi di masa lalu angkasa dan Myria jadi penasaran

2023-12-19

1

Happyy

Happyy

👍🏻👍🏻

2023-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100: Revisi
101 INFO
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Akhir Perjuangan
109 Extra Part
110 Extra Part (2)
111 kisah Sakti (Angkasa seri 3)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100: Revisi
101
INFO
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Akhir Perjuangan
109
Extra Part
110
Extra Part (2)
111
kisah Sakti (Angkasa seri 3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!