Marco, salah satu anak buah setia Aidan, telah mendapatkan Clara dan berhasil menyekapnya di tempat yang tersembunyi. Ruangan itu gelap dan menyedihkan, dengan dinding yang kotor dan langit-langit yang remang-remang. Clara, dengan tangan terikat dan matanya penuh ketakutan, berusaha memahami betapa suramnya nasibnya.
"Sudah cukup berisik, Clara," ucap Marco dengan nada sinis, sambil mengawasi pergerakan Clara dengan cermat. "Kamu berada dalam kendali kami sekarang. Jangan berpikir ada jalan keluar untukmu."
Clara menatap Marco dengan mata yang penuh dengan keputusasaan. Di balik ketakutannya, ada tekad yang membara dalam dirinya. Dia tahu bahwa berhadapan dengan anak buah Aidan tidak akan mudah, namun dia bertekad untuk tetap kuat dan mencari peluang untuk melarikan diri.
"Kamu tidak bisa melakukan ini!" seru Clara dengan suara gemetar. "Aidan tidak akan membiarkanmu melukai aku. Dia akan mencariku dan membawaku kembali. Kalian semua akan mendapatkan akibatnya!"
Marco tertawa sinis, merendahkan kata-kata Clara. "Jangan berpikir terlalu tinggi tentang Aidan. Dia adalah bosku, dan aku tahu cara mengatasinya. Kamu berada dalam kendali kami sekarang, dan tak ada yang bisa menyelamatkanmu."
Dalam kegelapan dan keputusasaan, Clara memegang harapan kecil di dalam hatinya. Dia tahu Aidan bukanlah pria yang mudah ditundukkan, dan dia percaya bahwa suatu hari nanti bantuan akan datang. Meskipun terjebak dalam penyekapan yang mengerikan, Clara bertekad untuk tidak menyerah pada takdirnya. Dia akan memperjuangkan kebebasannya dan melawan pengaruh gelap yang mencoba merenggut hidupnya.
Dalam ketegangan yang membebani ruangan itu, Clara berusaha meredakan ketakutannya. Dia mengumpulkan kekuatan dalam hatinya, siap menghadapi setiap rintangan yang ada di hadapannya. Clara tahu bahwa perjalanan menuju kebebasan akan sulit dan penuh dengan bahaya, tetapi dia tidak akan menyerah. Dia akan memperjuangkan hak hidupnya dan memastikan bahwa takdirnya tidak akan ditentukan oleh orang-orang jahat yang memenjarakannya.
Ketakutan merajalela dalam diri Clara saat dia menyadari betapa mengerikan situasinya. Dia menatap Marco dengan mata penuh ketakutan dan kebingungan yang tak terhingga. Keheningan tegang mengisi ruangan saat Clara menemukan keberanian untuk mengajukan pertanyaan yang membebani pikirannya.
"Demi Tuhan, apa tujuan kalian menyekapku?" suara Clara bergema di ruangan yang suram itu. "Apa yang kalian inginkan dariku?"
Marco tersenyum sinis, mencerminkan kekuasaan dan ketidakberdayaan Clara. Dia melangkah mendekati Clara, memberikan pandangan yang penuh dengan ancaman tak terucapkan.
"Kami punya rencana besar, Clara," kata Marco dengan nada yang dingin. "Dan peranmu di dalamnya sangat penting. Kamu hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar."
Clara merasa jantungnya berdegup kencang saat mendengar penjelasan singkat yang menimbulkan rasa takut baru. Dia mencoba mengingat-ingat awal mula penyekapannya, mencari petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi.
"Bagaimana aku bisa berakhir di sini?" desis Clara dengan suara yang gemetar. "Apa yang terjadi sejak aku meninggalkan kantin dan tiba di sini?"
Marco mengejek Clara dengan pandangan sinis. "Oh, kamu tidak perlu tahu semua itu. Yang penting adalah saat ini, kamu berada dalam kendali kami. Dan segera, kamu akan mengetahui peran yang harus kamu jalani dalam rencana besar ini."
Clara merasakan adrenalin mengalir dalam darahnya, memperkuat tekadnya untuk melawan dan mencari peluang untuk melarikan diri. Meskipun ia belum mengetahui seluruh alasan di balik penyekapannya, Clara berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan menyerah pada takdir yang telah dipilihkan untuknya. Dia akan melawan dan mencari kebebasan, dengan harapan agar cerita ini tidak berakhir dengan tragedi yang tak terelakkan.
Marco menatap Clara dengan tatapan tajam, menyeruput kekuasaan atas keadaannya. Dia memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran yang pahit.
"Clara, kamu harus tahu bahwa kedua orang tuamu menjualmu untuk melunasi hutang," kata Marco dengan nada dingin. "Mereka tidak punya pilihan lain dan melihatmu hanya sebagai alat untuk menyelamatkan diri mereka sendiri."
Kata-kata itu meluncur seperti pisau tajam menusuk hati Clara. Air matanya menggenangi matanya yang penuh dengan kekecewaan dan kesedihan. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar, merasa dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya melindungi dan mencintainya.
"Tidak mungkin...," bisik Clara dengan suara tercekat. "Orang tua saya tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Mereka mencintaiku."
Marco tertawa sinis, menyiramkan kebenaran yang kejam. "Sayangnya, kenyataannya tidak seindah yang kamu harapkan. Dunia ini keras, dan orang-orang dapat melakukan hal-hal yang tak terbayangkan demi melunasi hutang mereka. Orang tuamu memilih untuk menjualmu."
Clara merasakan kehampaan dalam dirinya. Segala sesuatu yang ia percayai tentang cinta dan kepercayaan telah hancur dalam sekejap. Dia merasakan patah hati yang dalam, terjebak dalam keputusasaan yang membelenggunya.
Meskipun Clara tergoncang oleh kebenaran yang pahit itu, dalam hatinya tumbuh tekad untuk menemukan kedua orang tuanya dan mencari keadilan. Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban dalam permainan hutang dan kejahatan. Clara bersumpah akan menemukan cara untuk menghadapi pengkhianatan itu dan menemukan jalan untuk memulihkan hidupnya yang hancur.
Dengan mata yang penuh dengan ketekunan dan tekad yang kuat, Clara mengangkat kepalanya. Dia siap untuk melawan takdir yang telah ditetapkan untuknya dan memastikan bahwa masa depannya tidak akan terus terjebak dalam kegelapan dan penderitaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments