Alenka berjalan dengan lemas menuju sekolah. Membuat Yolla yang jalan bersamanya menjadi bingung. Ia menatap Alenka yang tak bersemangat sama sekali. "Kamu kenapa sih Al?" Tanya Yolla mulai penasaran.
"Aku mikirin hukuman apa yang akan aku terima, Yol." Jawab Alenka dengan wajah lesu.
"Nyebelin banget emang tuh orang.." Gerutu Alenka. Dia takut dengan hukuman yang akan ia terima. Kemudian mengumpat Gio yang menjadi penyebab semua itu.
"Sabar. Sabar Al!" Kata Yolla sembari mengelus lengan Alenka. Ia tahu Alenka takut saat ini. Namun, Yolla juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Sesampainya di sekolah. Alenka langsung diminta menghadap kepala sekolah. Dengan wajah lesu dan langkah lemas, Alenka menuju kantor kepala sekolah. Dia memantapkan hatinya untuk menerima apapun hukuman yang akan ia terima.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Dery. Lelaki yang dekat dengannya. Yang disangkanya jika mereka telah pacaran. Faktanya mereka hanyalah berteman. "Al.." Sapa Dery.
"Aku udah denger masalah kamu kemarin. Kenapa kamu kabur. Kamu tenang aja, aku pasti akan hajar si bule begajulan itu." Kata Dery.
Dery tahu tentang Gio karena dia juga salah satu warga yang menyambut kedatangan Gio malam itu. Ia merupakan anak dari salah satu warga yang dipimpin oleh Haris.
"Aku nggak apa-apa kok, Der. Makasih karena udah perhatian." Kata Alenka sembari tersenyum.
"Sama-sama. Ini kamu mau kemana?" Tanya Dery.
"Ke kantor kepala sekolah. Aku duluan ya!" Pamit Alenka. Lalu ia melanjutkan langkahnya dengan perasaan takut. Namun, ia terus melangkah menuju kantor kepala sekolah.
Tok. Tok. Tok.
Alenka mengetuk pintu ruangan kepala sekolah. Tak lama suara kepala sekolah terdengar, memintanya untuk masuk. "Maaf bu, ada apa ya saya dipanggil kesini?" Tanya Alenka setelah membuka pintu ruangan kepala sekolah tersebut.
"Duduk Al!" Kata kepala sekolah.
Dengan segera Alenka duduk di depan meja kepala sekolah. Masih dengan perasaan takut. Bahkan Alenka sampai tidak berani menatap kepala sekolah. Ia selalu menundukan kepalanya sembari *******-***** tangannya sendiri.
"Jadi gini. Ibu sudah dengar permasalahan kemarin itu. Ibu menilai kamu tidak salah sepenuhnya. Jadi, ibu memutuskan untuk memberi kamu hukuman lari keliling halaman sekolah sebanyak lima kali." Wajah Alenka mulai berseri. Ternyata hukuman tersebut masih sangat ringan untuknya.
"Dengan catatan, kamu tidak boleh mengulanginya. Meskipun kamu dipaksa, tapi kamu tetap tidak boleh mengulangi lagi!" Lanjut kepala sekolah.
"Iya bu, saya janji. Saya tidak akan mengulangi lagi." Sahut Alenka dengan cepat. Ia merasa senang, ternyata hukuman itu tidak terlalu berat.
Tak lama, pintu ruangan kepala sekolah kembali diketuk. Kepala sekolah mempersilahkan masuk tanpa meminta Alenka meninggalkan ruangan. Masuklah seorang ibu berpakaian anggun dan mewah dengan seorang anak lelakinya yang berpenampilan agak urakan. Datang ke sekolah hanya memakai kaos dibalut jaket berwana hitam. Dengan celana panjang yang sobek di bagian lutut.
"Selamat pagi bu. Saya Nadin, adik pak Haris." Nadin masuk bersama dengan Gio.
"Alenka?" Sapa Nadin juga ketika melihat Alenka.
"Bu Nadin." Sapa Alenka balik sembari melirik Gio yang terlihat cuek. Berbeda dengan sikap dia kemarin.
"Kebetulan kamu disini. Saya mau minta maaf atas kelakuan Gio yang bawa kabur kamu kemarin ya?" Ucap Nadin meminta maaf atas apa yang telah Gio lakukan terhadap Alenka.
"Tidak apa-apa bu."
"Tuh kan mom, dia aja nggak apa-apa. Karena dia pasti seneng, bisa jalan-jalan sama aku. Kapan lagi jalan-jalan sama cowok ganteng kayak aku." Sahut dengan percaya diri.
"Gio!" Nadin mencubit lengan anaknya yang tidak sopan.
Sementara Alenka memutar bola matanya melihat kepercayaan diri Gio. Ingin sekali memukul kepala Gio dengan keras agar dia sadar diri.
Karena semakin melihat Gio membuat Alenka semakin kesal. Alenka pun lebih memilih menjalankan hukumannya. Ia pun segera pamit. "Maaf kalau gitu saya pamit dulu!" Kata Alenka.
"Iya Al.." jawab Nadin dan kepala sekolah bersamaan.
"Lo mau kemana?" Gio sengaja menghalangi jalan Alenka.
"Minggir nggak!" Ucap Alenka dengan ketus.
"Kalau nggak mau apa?" Gio semakin ingin menggoda Alenka.
"Mau.. ini." Alenka menginjak kaki Gio sekuat tenaga. Membuat Gio mengerang kesakitan.
"Akh.." erang Gio memenuhi ruangan kepala sekolah.
Sementara Alenka segera meninggalkan ruangan tersebut. Dia keluar dengan senyuman puas.
"Kamu nggak kenapa-napa nak?" Tanya Nadin.
"It's ok mom.." Jawab Gio sembari menahan rasa sakit di kakinya. Alenka menginjaknya dengan sekuat tenaga.
'Awas aja tuh anak kampung.' Gumam Gio dalam hati.
***
Alenka menjalankan hukumannya. Berlari mengelilingi halaman sekolah sebanyak 5 kali. Meskipun hanya 5 kali. Tapi halaman sekolah itu cukup luas tentu saja itu menguras tenaga Alenka. "Huh.. hah.." nafas Alenka terdengar ngos-ngosan.
"Semangat Alenka, masih satu putaran lagi.." Gumamnya pada diri sendiri. Ia menyemangati dirinya sendiri.
Namun tanpa diduga. Ada seorang siswa yang ikut berlari disampingnya. Alenka menoleh, dia nelihat wajah tampan tersenyum padanya. Dia adalah Dery.
"Der, kamu ngapain?" Tanyanya.
"Temenin kamu." Jawab Dery dengan santai. Ia sengaja menemani Alenka menyelesaikan hukumannya.
Senyuman manis terlukis di wajah Alenka yang penuh dengan keringat. "Makasih ya Der.." kata Alenka dengan nafas ngos-ngosan.
Setelah mengintari halaman sekolah sebanyak 5 kali. Alenka segera berjalan menuju kantin bersama dengan Dery. Ia mengusap keningnya yang penub keringat menggunakan tangannya.
"Pakai ini!" Dery menyodorkan sapu tangannya untuk Alenka.
Namun, seketika Alenka mematung. Ia menatap Dery dengan wajah tersenyum. Lebih kaget lagi saat Dery mengelap keringat di wajahnya. Alenka mematung dan terdiam. Akan tetapi, itu tak berlangsung lama. Beberapa detik kemudian, Alenka menyadari itu. Ia lalu meminta sapu tangan tersebut. Kemudian mengelap keringatnya sendiri.
"Makasih banget ya Der!" Kata Alenka.
Dery hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Kemudian ia kembali mensejajarkan langkahnya dengan langkah Alenka. "Aku traktir minum." Kata Alenka lagi.
"Serius?"
"Hmm.." Alenka dengan segera menganggukan kepalanya.
Dari kejauhan. Edgar menatap Alenka yang semakin dekat dengan Dery. Ia hanya terus memandangi keduanya yang sedang bersendau gurau. Tiba-tiba Gio muncul dan menepuk bahunya. "Kalau lo suka bilang aja!" Kata Gio mengagetkan Edgar.
"Itu pacarnya cewek kampung itu?" Tanya Gio lagi. Dia juga menatap Alenka yang sedang bercanda dengan Dery.
"Masih gantengan gue." Gumam Gio seorang diri. Dia tak tahu kenapa dia ingin sekali marah saat melihat Alenka yang sedang bercanda dengan cowok lain. Ada rasa ingin menghajar lelaki itu. Hatinya juga merasa tak nyaman.
"Biarin aja. Kalau Alenka bahagia, aku juga ikut seneng." Kata Edgar lagi. Kata-kata itu yang selalu ia katakan. Meskipun ia anak dadi kepala desa. Namun Edgar adalah cowok pemalu. Dia tidak memiliki kepercayaan diri saat dekat dengan seorang wanita. Apalagi wanita yang dia suka. Dia juga seorang lelaki pendiam. Tidak pernah membanggakan kekuasaan orang tuanya.
"Halah cemen." Olok Gio. Namun Edgar tetap diam saja. Dia sama sekali tidak ingin merusak hubungan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments