Inayah POV
"Aska, cepat nak, nanti kita telat loh"
"iya mama" aku letakkan ke-dua tangan ku di pinggang, putra kesayangan ku kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil mainan.
"Aska ko bawa mainan, nak?"
"Boleh ya ma, Aska mau main di sana" aku ambil lagi mainan dari tangan Aska dan meletakkannya di atas nakas di samping ku.
"mama ko di simpan sih" ku tahan pergelangan tangan kecil Aska yang ingin kembali meraih mainannya.
"Nggak boleh bawa mainan sayang mama, di sana ada mainan yangs sudah di siapkan untuk Aska sama teman-teman" aku menutup pintu setelah Aska keluar dari rumah, ku genggam tangan kecilnya menyusuri lorong jalan perumahan.
"di sana banyak mainannya ya mah?"
"iya sayang mama, nanti di sana Aska main sambil belajar, jadi seru, ada teman-teman juga di sekolah" Aska melepas tautan tangan nya, anak kecil itu berpindah berdiri di depan ku dengan senyum mengembang sempurna, gigi susunya yang putih dan terawat terlihat begitu jelas.
"serius mah?" sebegitu antusiasnya pria kecil ku ini, semoga anak ku betah di sekolahnya dan belajar banyak hal, aku mengangguk mengiyakan ucapan anak ku.
"hore!!!, Aska banyak temannya" ku raih lagi tangan mungil itu untuk ku genggam, aku takut Aska berlari kejalan raya karena anak itu benar-benar super aktif.
Aku sudah memesan taksi online, dan syukurnya taksi pesanan ku tiba tepat waktu. Aku takut telat dan membuat Aska merasa tidak nyaman karena melihat teman-temannya sudah duduk di kelas. Aku takut first time Aska tidak bagus, untungnya itu hanyalah kekwatiran ku yang berlebihan saja, mungkin aku terlalu berlebihan dalam memberikan kasih sayang pada Aska, itu juga yang membuat Zidan sering marah pada ku.
"om taksi, Aska hari ini mau sekolah loh" ku lirik Aska yang tiba-tiba berteriak mengajak supir taksi mengobrol.
"wah pintanya anak ganteng satu ini" si supir taksi tersenyum hangat, aku lihat dari pantulan cermin di depannya.
"om, sekolah juga nggak?" waduh, anakku ini memang ada ada saja pertanyaan nya, untung saja si supir taksi tidak merasa risih, tapi aku yang merasa tidak enak dengan beliau.
"Aska ko nanya gitu sih nak" aku tegur Aska
"nggak papa bu, saya senang juga lihat anaknya, anak ibu seumuran sama cucu saya"
"aduh pa, saya nggak enak, Aska ini anaknya emang kaya gitu pak, anaknya hiper aktif"
"bagus dong bu, ada baiknya juga kalau kaya gitu" Aku hanya tersenyum menatap Aska ku yang sekarang justru sibuk dengan cemilannya, tidak tau saja dia bagaimana perasaan mamahnya sekarang.
....
Sesampainya di sekolah tadi, aku langsung pulang, aku benar-benar sudah mengira anak ku itu akan langsung berbaur dengan teman-temannya, dan benar saja dugaan ku, tidak butuh waktu lama bagi Aska untuk berbaur dengan anak-anak yang lain begitulah anak ku.
Aska akan pulang di jam satu siang, setelah sholat Dzuhur, aku putuskan untuk pulang dan menyelesaikan pekerjaan rumah ku.
Aku ingin berbagi rasa bahagia dengan suami ku juga.
Aku menelponnya tapi tidak ada jawaban, mungkin Zidan sibuk, ku putuskan untuk mengirim poto-poto yang tadi sempat aku ambil saat Aska ada di dalam kelas.
*pesan untuk papahnya Aska*
"Assalamualaikum, Zi. sibuk banget ya sayang, hari ini Aska sudah mulai masuk sekolah, kalau sudah nggak sibuk lagi telepon aku ya, sayang"
"lucu banget anak kita, sayang, di sini dia memperkenalkan nama di depan teman-temannya, Aska bahagia banget Zi, coba lihat mukanya gemesin banget kan? "
"nggak tau deh ini Aska kenapa, dia kaya malu-malu gitu sama anak cewek di kelasnya, aku jadi gemes Banget sama dia"
"masyaallah, anak kita Zi, ganteng banget, mirip banget sama kamu Zi"
Pesan ku si langsung di baca olehnya, tapi tidak ada jawaban dari Zidan, baiklah mungkin suami ku itu sibuk, biasalah kan dia pemimpin perusahaan, aku bisa memaklumi kesibukannya.
Ku letakkan ponsel ku di atas meja, sedangkan aku melanjutkan pekerjaan rumah, aku tadi pagi belum sempat mengepel ruangan, hanya menyapu saja, jadi baru aku sempat kerjakan sekarang.
Ponsel ku berdering, bergegas ku angkat dan itu balasan dari Zidan.
*Papanya Aska*
"apa sih berisik!"
"itu anak nggak ada mirip-mirip nya sama aku, tuh anak lebih mirip kamu " Ada apa dengan Zidan, kenapa jawabannya ketus sekali, aku tau orang-orang bilang Aska lebih mirip dengan ku, tapi kan Aska anak kami berdua, kenapa tidak ia iyakan saja.
Sempat aku terdiam menatap dan berulang-ulang membaca pesan Zidan, aku baru sadar ada yang beda dari ketikan Zidan, kami bersama sudah 10 tahun lebih, dari usiaku 15 tahun sampai 26 tahun sekarang. Aku hapal cara suami ku mengirim pesan, ini juga bukan kali pertama aku mendapatkan balasan pesan seperti ini, ku sentuh dadaku yang tiba-tiba bergemuruh.
"siapa yang menggunakan hp Zidan?" aku menggeleng, menyingkirkan semua pikiran kotor dari dalam kepala ku.
"kamu mikirin apa sih, Aya, nggak mungkin lah Zidan macam-macam di belakang kamu, mungkin Zidan lelah jadi berucap ketus" aku bergumam untuk menenangkan diri ku sendiri, aku tidak membalas lagi, takut zidan terganggu dengan pesan-pesan yang selalu masuk ke ponselnya.
Aku berusaha terus berpikir positif, aku tidak ingin mempengaruhi hatiku dengan pikiran-pikiran kotor yang pada akhirnya merugikan ku sendiri. Aku percaya betul dengan Zidan, suami ku itu tidak akan pernah menodai cinta suci kami.
....
author POV
"Cucu oma makin cantik aja sih" wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik itu mencubit gemas pipi kiri Vanesha.
"cakit Oma pipi Eca, Oma kenapa cih di cubit" Omel si kecil berusia tiga tahun yang mengundang gelak tawa orang-orang dewasa di meja makan. Zidan yang duduk di samping anaknya mengusap pucuk kepala Vanesha.
"Sakit mamah pipi anak Zidan ih, jangan di cubit" Zidan membela anaknya, Vanesha turun dari kursi dan minta digendong Zidan di pangkuannya. langsung saja Zidan memangku putri tercintanya itu, Vanesha menenggelamkan wajahnya di dada sang papa.
"sayang banget sama papa ya, nak?"
"cayang lah, kan Papanya Eca" ucap Eca dengan ketus, Vanesha menepis Sendok yang di arahkan Karina ke mulutnya.
"Vanesha!" tegur Karina geram, sekarang baju yang di kenakan Zidan kotor karena ulahnya, bibir mungil Vanesha melengkung kebawah, mata Kecilnya mulai berkaca-kaca, suara tangisannya mulai terdengar memekikkan telinga, Zidan berdiri menggendong putrinya itu untuk di tenangkan.
"udah udah sayang nya papa" Zidan mengusap usap punggung putrinya, Zidan memilih pergi tanpa menyelesaikan makanannya.
"Zidan sangat menyayangi Vanesha ya Rin!"
"iya mah, begitulah keduanya dekat banget"
"kamu sudah bilang ke Zidan untuk menceraikan perempuan miskin itu?"
"sudah mah, tapi Zidan nggak mau, aku nggak tau lagi cara membujuk anak mama itu"
"kamu yang sabar ya, nanti mama yang bilang ke Zidan"
"makasih ya ma"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Masiah Cia
nyesek
2023-08-29
0
Uthie
semoga Inayah bisa kuat nanti saat tau kelakuan suaminya 😡💪
2023-07-03
0
Suyadi Yadi
ya Allah semoga setelah kebongkar Yuni pergi jauh dengan putranya dan hidup bahagia 🙏🙏
2023-06-24
1