🌹 Happy Reading 🌹
Jangan lupa tinggalin jejak dengan like dan komentarnya yah, ooh iya tekan bentuk hati agar tidak ketinggalan ceritanya yah. Salam sayang dari Author 🤗.
" Cepat bereskan pakaian kalian." desak Nenek.
" Untuk apa ?" tanya Ayah Surya.
" Tentu saja pergi ke Jakarta." jawab Nenek.
" Sekarang ?" tanya Jenny karena merasa ini terlalu terburu-buru.
" Iya, banyak agenda yang akan kita lakukan, Dita..." teriak Nenek pada menantunya.
Dita melempar sebuah kertas daftar yang memiliki panjang 2 meter, Dita dan Nenek tersenyum bahagia tapi beda hal dengan Jenny dan Ayah Surya yang kaget melihat kertas daftar itu.
" I..ini apa." tanya Ayah terbata-bata sakin syoknya melihat daftar itu.
" Ini daftar rencana kegiatan pernikahan Jenny dan putra Satria." jelas Nenek tersenyum tanpa dosa.
" Apa harus sepanjang ini ?" ucap Ayah mengangkat ujung kertas daftar itu.
" Apa maksudmu, ini masih sebagian dari daftar yang aku buat tahu." ucap Nenek kesal karena Ayah Surya bilang ini sangat panjang padahal ini baru sebagian.
" Sebagian ? pernikahan apa yang bibi ingin lakukan ?" tanya ayah Surya tidak percaya dengan ucapan Nenek.
" Tentu saja aku ingin pernikahan ini dilakukan dengan sangat meriah."
" Aku menolak, aku ingin pernikahan ini dilakukan dengan sederhana saja." tegas Ayah Surya.
" Pernikahan sederhana katamu ? tidak.. pernikahan ini adalah pernikahan yang sudah sangat lama aku tunggu." tegas Nenek.
" Dan kamu mau melakukannya dengan sederhana." Nenek menunjukkan wajah kesalnya.
" Aku tidak bermaksud membantah bibi, tapi aku dari keluarga yang sederhana tentu saja tidak pantas untuk melakukan pernikahan yang mewah." jelas Ayah Surya.
" Kau selalu saja membuat ku kesal." ucap nenek dan memukul lengan Ayah Surya cukup keras.
" Kau selalu merendahkan dirimu sendiri dan mengasinkan diri."
" Sudah berapa kali aku katakan kamu adalah anakku." teriak Nenek kesal membuat Ayah Surya menatap Nenek dengan tatapan sendu.
" Aku..."
" Jika kau masih menghargai ku, maka jangan mencegah ku." ucap Nenek kesal.
" Baiklah." Ayah Surya terpaksa mengalah.
" Nah begitu dong, bukannya dari tadi malah banyak omel." ucap Nenek.
" Ayo cepat kemas pakaian mu sayang." ucap Nenek menarik pelan tangan Jenny.
" Sepertinya pernikahan ini terlalu cepat Nek" ucap Jenny karena merasa ini terlalu cepat untuk dia yang baru saja setuju untuk dijodohkan.
" Tidak sayang, Oma mau kalian menikah secepatnya karena Oma sekarang sedang mengidap..." ucap nenek dengan sendu.
" Apakah Oma sedang.." tanya Jenny tapi belum selesai Jenny bicara Nenek langsung mengangguk dengan wajah menahan tangisnya.
" Ba..baiklah oma, aku akan menuruti oma." ucap Jenny dengan polosnya mengira bahwa nenek sedang sakit.
" Hiks..makasih sayang." nenek akting dengan sangat bagus dia memeluk Jenny dan pura-pura menangis, sebenarnya yang Nenek maksud adalah mengidap penyakit tidak sabar untuk mengatur persiapannya pernikahan mereka, karena sudah sejak lama Nenek tidak melakukan ini lagi sebab semua anaknya sudah menikah.
Ayah Surya setuju untuk ikut ke Jakarta, mereka berdua mengemasi pakaian mereka dan mengecek rumah agar aman untuk di tinggali beberapa bulan, karena mungkin Ayah tidak akan pulang dengan mudah setelah dia sampai di Jakarta.
" Apakah sudah selesai ?" tanya Nenek.
" Iya."
" Kalau begitu, mari kita berangkat."
Merekapun berangkat ke Jakarta menggunakan mobil Toyota Alphard berwarna putih. Di sepanjang jalan Nenek dan Dita tak berhenti mengajak Jenny bicara dan mereka sesekali tertawa terbahak-bahak, tapi 30 menit kemudian Nenek dan Dita perlahan tertidur, mungkin karena kelelahan pulang balik dari Jakarta ke Bandung.
Jenny memandang sendu ke arah luar jendela.
" Ibu, apa pilihan yang aku buat ini sudah tepat." batin Jenny menghembuskan nafas dengan lembut.
" Ibu, sebenarnya aku terpaksa untuk setuju menikah karena aku tahu Ayah sekarang sedang sakit tapi dia menyembunyikannya dari ku."
" Kau tahu ibu, Ayah masih seperti dulu selalu menghawatirkan aku padahal dia yang seharusnya butuh banyak perhatian, maka dari itu aku memilih untuk menikah agar ayah tidak khawatir lagi karena aku sudah memiliki suami yang akan menganti Ayah nanti kelak." batin Jenny menghapus air matanya.
" Ibu jangan khawatir, calon suamiku adalah pria yang baik karena dia adalah pilihan ayah maka aku yakin dia pasti akan mencintai ku seperti kalian mencintaiku." batin Jenny tersenyum dan sesekali air matanya menetes.
Untung saja semuanya tertidur jadi mereka tidak melihat Jenny menangis, walaupun sebenarnya ada sopir tapi sopirnya sedang fokus pada jalan.
Sebenarnya Jenny sudah sejak lama mengetahui Ayahnya sedang menderita kanker otak tapi dia pura-pura tidak tahu, dan pada saat Jenny ingin pergi ke warung untuk beli bahan makan karena kebetulan habis.
Jenny ingin meminta isin kepada Ayahnya yang berada di ruang tamu tapi Jenny mendengar percakapan mereka yang ingin menjodohkan Jenny dengan cucu sahabat Nenek karena alasan janjinya dengan almarhum sang Nenek.
Jenny terdiam dan perlahan berjalan kembali ke kamarnya, sesampainya di kamar Jenny termenung memikirkan perjodohan itu. Pikiran Jenny saat itu mungkin baiknya dia menikah saja agar Ayah tidak khawatir padanya saat dia sudah tidak ada di dunia ini.
" Kiiik." suara gerbang besar terbuka membuat Jenny kagum saat memasuki area mansion.
Jenny melihat di sekelilingnya, dia sangat terpanah dengan pohon di pinggir jalan yang bentuknya sangat rapi dan unik. Jenny melihat ke sisi kanan dan tampak sebuah air mancur yang besar dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang indah.
" Wow, cantik banget." gumam Jenny kagum.
" Nyonya kita sudah sampai." ucap supir menghentikan mobil tepat di depan mansion berwarna yang sangat besar dan menawan.
" Emmm, benarkah." gumam Nenek dengan suara halus karena baru bangun, Ayah dan Dita juga ikut terbangun.
" Astaga aku tertidur di sepanjang jalan." ujar Nenek.
" Ayo sayang kita masuk." ajak Nenek pada Jenny.
" Iya Oma."
Mereka keluar dari mobil, Jenny masih memandang kagum pada rumah di depannya. Sedangkan Ayah menatap sendu dan tersenyum karena sudah 20 tahun lebih dia kembali sejak dia kabur dari mansion ini karena alasan tidak ingin menyusahkan Nenek lagi.
" Selamat datang kembali Kak." sambut Satria dan Intan.
" Kakak." teriak Intan berlari ke arah Ayah Surya sambil menangis.
" Intan ?." gumam Ayah Surya karena tidak percaya wanita yang lari di depannya adalah adik kecilnya.
" Puuk." Intan melompat ke pelukan Ayah Surya.
" Kakak, aku sangat rindu padamu." ucap Intan terisak-isak.
" Kamu Intan ?" tanya Ayah Surya masih tidak percaya wanita di depannya adalah adik kecil yang selalu manja padanya sudah sebesar ini.
" I..iya ini aku Intan gadis kecilmu yang manja." Intan membuat tersenyum dan meletakkan kedua jari telunjuknya ke pipinya.
" Yahh, Intan kamu sudah dewasa sudah memiliki anak, bisa-bisanya kamu melompat ke arah Kakak mu seperti itu." omel Nenek memukul pantat Intan.
" Ahhh, ibu sakit." keluh Intan.
" Kakak, lihat ibu memukulku." Intan mengaduh ke Ayah Surya seperti dulu.
" Hahaha, kamu benar-benar adik kecilku." ujar Ayah Surya tersenyum dan mencubit hidung Intan.
" Heheh."
Intan sekarang berumur 48 tahun beda 7 tahun dengan Ayah Surya, saat Intan berumur 25 tahun Ayah Surya meninggalkan mansion dan pergi bersama istrinya 23 tahun lalu. Intan sejak kecil selalu manja dengan Ayah Surya, mungkin karena reflek Intan kembali ke mode manjanya saat bertemu kembali dengan Ayah Surya.
Thank you for reading 🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments