Hari pertama bekerja sebagai petani buah. Tempat ini adalah surga wewangian saat musim panen. Tepat sekali ini adalah musim panen.
Ada kebun stroberi, mangga, jeruk, manggis, dan melon. Semuanya di tanam dengan metode khusus sehingga bisa ditanam di tanah ini.
Mula-mula, mbak Melinda mengajariku cara memetik stroberi yang benar, agar tidak merusak pohonnya.
Selanjutnya memetik jeruk yang bisa dilakukan tanpa keahlian khusus.
Kebanyakan tugas yang diserahkan padaku adalah memetik buah di bawah panas yang terik. Tugas untuk besok akan berbeda lagi karena buah tidak tumbuh setiap hari.
Aku tak bisa berhenti memikirkan hasrat ingin menunjukkan kemampuanku. Aroma yang terus masuk ke hidungku membuatku bergairah, sangat bersemangat, dan juga bahagia. Walaupun terkadang rasa nyeri bekas kecelakaan datang di tengah aktivitasku.
Lalu akhirnya kesempatan yang aku tunggu datang, yaitu saat bos kami mbak Melinda mengizinkan kami membawa beberapa buah untuk dibawa pulang.
Dengan cepat aku melesat ke depan meja dan membiarkan yang lain mengambil terlebih dulu. Bau keringat mereka tidak bisa memblokir penciumanku. Itu semakin tajam hari ini. Aku baikan bisa mencium bau yang sangat indah dari jarak 3 meter.
Aku terkejut stroberi yang paling manis tidak diambil oleh siapapun, jadi ku ambil saja semua stroberi manis lalu memberikan 5 buahnya ke mbak Melinda.
Tujuanku adalah meninggalkan kesan di ingatan bosku itu. Dia pasti akan kaget sama memakan stroberinya. Aku pun sangat kaget saat sebelumnya mencicipi buah itu. Itu sangat manis. Panen kali ini sukses besar jika aku hitung jumlah stroberi manis yang lebih baik daripada yang asam.
Di rumah aku berikan ayah dan ibu masing-masing satu stroberi lalu aku tanya pendapat mereka soal rasa buah itu.
"Manis, seumur hidup baru pertama kalinya ayah mencicipi stroberi yang manis. Padahal setahu ayah yang manis itu hanya ibu kamu." Gombalan sang ayah membuat sang ibu malu dan membuat Hasan tertawa geli di dalam hati.
"Apa kamu diperbolehkan membawa pulang storberi manis sebanyak ini?."
"Diizinkan dong bu. Mbak Melinda memasukkannya dalam satu wadah yang sama dengan stroberi asam." Jawabku.
Aku yang lelah memutuskan tidur. Meskipun sekarang tidur tidak senikmat dulu lagi, aku tidak putus asa dan memutuskan untuk tidur duduk sambil dihimpit tembok dan bantal.
Terkadang aku bisa merasakan tatapan sedih orang tuaku ketika aku tidur seperti ini. Rumah kami juga tidak harum. Tidak ada hal bagus disini selain keluarga yang bertahan. Besok aku akan membeli pengharum ruangan untuk memanjakan indera penciumanku.
***
Tidak seperti hari sebelumnya, hari ini aku disuruh ke pasar buah untuk mengantarkan beberapa keranjang mangga dan stroberi.
Perlu kalian tahu, hubunganku dengan petani lainnya kurang baik. Setiap aku mengajak mereka ngobrol mereka pasti mengalihkan topik ke pekerjaan kemudian meninggalkanku.
Mereka mungkin kesal karena aku mendapatkan perhatian khusus dari bos. Bukan salahku terlahir dengan wajah sedikit ganteng.
Saat menginjakkan kaki di pasar buah aku tergelincir dan jatuh tengkurap dengan keranjang buah di bawahku.
Seketika itu juga dadaku terasa panas dan nyeri luar biasa.
Ada yang menyebar kulit pisang di depan pintu masuk pasar. Hanya ada satu orang yang mungkin menyebar kulit pisang disana, yaitu penjual buah yang berada tepat di samping pintu masuk namanya mas Arya.
Aku akan mengurusnya setelah ini.
"Kami tidak apa-apa?."
Karena kesal aku menepis tangan petani itu, lagipula aku sudah tahu mereka tidak menyukaiku.
"Ini uangnya." Aku menerimakan uang untuk diberikan pada bos.
Tapi sebelum kembali aku ingin meminta pertanggungan jawaban mas Arya. Walaupun sempat dicegah oleh petani lainnya aku tetap memaksa sebab dadaku masih sakit setelah terjatuh tadi.
"Permisi mas Arya. Apa mas tidak lihat ada kulit pisang berserakan di depan jalan masuk pasar?."
Mas Arya menatapku dengan mata sipitnya yang dilindungi lemak wajah.
"Maaf ya mas, saya tidak melihatnya. Saya juga baru lihat saat mas nya jatuh." Jawab Arya. Dia pintar bersandiwara rupanya. Petani lain menarik tanganku, mereka menyuruhku memaafkan mas Arya.
Aku pun mengalah. "Ingat ya mas, jaga kebersihan. Gara-gara mas tidak membersihkan area sekitar toko saya jadi jatuh dan dada saya sangat sakit!."
"Iya iya maaf mas."
Kami pun kembali ke kebun.
***
Dadaku masih terasa sakit, keadaan ini membuatku ragu bisa tidur nanti malam.
Sama seperti hari sebelumnya, hari ini pun para petani diizinkan membawa beberapa buah yang masih segar untuk dibawa pulang. Aku memilih 3 buah mangga. Dan berencana memberikan salah satunya ke mbak Melinda. Tapi sayang dia tidak datang kesini hari ini.
Aku yakin mendengar gunjingan para petani tentangku. Mereka menyebutku caper karena mendatangi mbak Melinda di kantornya untuk urusan pribadi.
Kegiatanku ketika pulang ke rumah pun sama yaitu mandi secukupnya, makan nasi kalau masih ada, lalu memakan buah-buahan itu bersama orang tuaku.
"Tadi siang aku jatuh tengkurap di pasar. Penyebabnya karena menginjak kulit pisang. Sekarang dada Hasan rasanya sakit banget."
Ayah dan ibu bertanya bagaimana kondisiku. Dan aku menjawab seperti yang kusebutkan di atas tadi.
"Hasan curiga kalau ada yang sengaja menaruh kulit pisang disitu."
"Kenapa kamu berpikir begitu nak?." Tanya ibu.
"Karena pasar itu berisikan pedagang pedagang yang kompetitif. Jadi ada kemungkinan mereka mencoba menjatuhkan satu sama lain."
"Kompetitif itu apa?." Tanya Ayah.
Ayahku tidak lulus sd jadi harap dimaklumi jika pengetahuan beliau agak longsor.
Aku menjelaskannya pelan-pelan pada ayah. "Anggaplah di pasar itu banyak pedagang yang kompetitif menarik pembeli. Berarti di pasar itu terjadi persaingan yang sangat ketat antara para pedagang. Tentu saja maksudnya bersaing siapa yang jualannya paling laku. Tapi di pasar itu tidak hanya persaingan sehat yang terjadi tapi mereka mencoba saling menjatuhkan."
"Jangan berburuk sangka nak. Satu orang jahat bukan berarti semua yang ada di pasar itu jahat." Nasihat ibu.
Aku pro dan kontra dengan pendapat ibu. Karena sebelumnya aku pernah bekerja dan memiliki banyak saingan aku jadi tahu realita dunia kerja itu seperti apa.
Anak paling culun saat di sekolah pun akan berubah agresif jika menyangkut pekerjaan dan uang. Bahkan di kebun pun banyak yang iri padaku. Realita dunia kerja yang pernah aku geluti sangat menyedihkan.
***
Besoknya di kebun, Mbak Melinda kembali.
"Anu mbak Melinda, bukannya mbak bekerja sebagai pengurus administrasi rumah sakit?. Kok mbak sering kesini?." Tanyaku yang penasaran.
"Hari itu saya jadi petugas administrasi cuma untuk menggantikan adik saya. Aslinya berkebun adalah pekerjaan saya."
"Ohh begitu..." Aku menggosok dagu.
Hari ini saatnya menanam bibit baru. Tepat di hari itu juga datang kesempatan untukku menunjukkan kemampuanku.
Mbak Melinda bertanya padaku yang mana buah melon yang segar dan yang mana yang busuk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments