Pria yang menggunakan hoddie hitam menahan tangan Liana, saat ingin menampar. Lalu orang itu membuka masker penutup mulutnya, saat terbuka Meliana terkejut dengan siapa orang yang ada di hadapannya.
Meliana menutup mulutnya sendiri karena terkejut, dengan mata mengembun Liana langsung memeluk pria di hadapannya itu.
Pria itu membalas pelukan Liana, dengan begitu erat.
"Gunawan kamu di sini? Aku rindu banget sama kamu Gun,"
"Aku juga sangat merindukan kamu sayang. Rasanya aku hampir gila seminggu lebih gak ketemu kamu."
"Aku pun juga Gun. Aku rasanya hampir gila gak bertemu kamu,"
"Masa sih? Tapi sekarang kamu belum gila kan? Kalau aku gila kamu gila, wah berabeh urusannya," goda Gunawan.
"Iiih apaan si Gun, gak lucu tau gak." Liana mencubit pinggang Gunawan dengan manja.
Gunawan terkekeh melihat Liana yang sangat menggemaskan baginya. Gun melihat wajah kekasih nampak murung.
"Gun ayah dan ibuku tidak merestui hubungan kita. Mereka memaksa aku untuk mengakhiri hubungan dengan kamu," Liana nampak sedih.
"Kalau begitu yasudah kita akhiri saja hubungan kita ini!" Jawab Gunawan dengan wajah yang serius.
Meliana diam menatap wajah Gunawan dengan rasa tak percaya apa yang di katakan oleh kekasihnya. Seketika hatinya begitu sesak, bulir bening pun lolos dari mata indah gadis itu.
Liana tersenyum kecut, menerima keputusan Gunawan yang ingin mengakhiri hubungan dengannya. Meliana segera hapus air matanya yang sudah membasahi pipinya.
"Jadi kamu ingin mengakhiri hubungan kita?"tanya Liana, dan seketika bulir bening itupun kembali lolos dari pelupuk matanya. "Yasudah kalau begitu, kita putus!"
Meskipun Liana begitu berat dan kecewa dengan apa yang Gunawan katakan, ia harus terima.
Setelah mengatakan itu, Liana berjalan meninggalkan Gunawan, dengan kekecewaan yang di rasanya. Hubungan yang ingin di pertahankan, ternyata memang harus berakhir.
Dengan mata terpejam, Gunawan menyesal sudah mengatakan itu kepada Liana. Gun berlari dan mengejar Liana, lalu menarik tangannya.
"Liana ..." Gunawan berhasil meraih tangan kekasihnya.
"Lepasin!" Liana berontak dan sangat marah kepada Gunawan.
Karena tak ingin Liana pergi, Gunawan memeluknya dengan erat.
"Lepasin ... kenapa kamu menghalangi aku? Bukankah kamu ingin mengakhiri hubungan kita?" Liana masih berontak disaat Gunawan memeluknya.
"Aku minta maaf! Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu! Aku sayang banget sama kamu Liana,"
Liana terdiam mendengar apa yang Gunawan katakan.
"Sebenarnya aku tidak ingin hubungan kita berakhir. Aku sayang banget sama Liana, hanya kamu wanita yang mengerti aku." Gunawan melepaskan tangannya dari pelukan.
Meliana menatap Gunawan, yang saat ini sedang menundukkan kepalanya. Dirinya tak mengerti maksud dari yang Gunawan katakan.
"Maksud kamu apa? Jika kamu sayang, kenapa kamu juga ingin mengakhiri hubungan kita?" tanya Liana, dengan rasa geramnya.
"Aku tidak ingin kamu menyesal nanti dengan ku. Orang tuamu tak menyukai aku, sebelum hubungan kita semakin jauh, ya kita akhiri saja Liana," suara Gunawan memelas.
PLAK!
Sebuah tamparan Liana mengenai pipi Gunawan.
"Apa aku mengatakan kalau aku menyesal sama kamu? Hubungan kita udah jauh Gun! Jika memang kamu sayang dengan aku, harusnya kita berjuang untuk mempertahankan hubungan kita. Bukan menyerah, jujur aku kecewa !"
Hiks ... hiks ... hiks..
Meliana menangis, Gunawan tak tega dengan kekasihnya yang menangis, karenanya. Ia memeluk Liana sampai tenang.
"Aku minta maaf Liana, aku sadar aku sudah membuat kamu kecewa." Gunawan membelai lembut kepala Liana, sampai ia benar-benar tenang.
"Aku cinta kamu Gun,"
"Aku lebih sangat mencintai kamu. Maaf kan aku ya?" Meliana mengangguk.
Setelah cukup tenang, mereka berdua saling duduk bersama, sambil berpegangan tangan.
Begitulah Gunawan dan Liana, mereka selau bersembunyi dari orang suruhan keluarganya untuk mengawasinya.
Bahkan Gunawan dan Liana keluar kampus, dengan mengendap-endap lewat pintu belakang. Yang tak terlihat oleh orang suruhan Bu Fitria, ibunya Meliana.
Bahkan sampai suatu hari, saat Gun menemui kekasihnya. Liana meminta Gunawan untuk mengajaknya ke restauran tempat Ratna bekerja.
Karena sudah lama niat Gunawan ingin mengajak Meliana untuk kesana. Mereka berdua datang tanpa memberitahu si empunya, sampai Ratna terkejut saat melihat dua sahabatnya datang ke tempatnya bekerja.
"Kalian di sini?" tanya Ratna.
"Kenapa? Gak boleh gue makan di tempat elo kerja!" jawab Gunawan dengan tersenyum.
Liana hanya tersenyum melihat raut wajah sahabatnya terlihat kesal.
"Iiiissshhh ... bukan gitu. Hanya aja gue males jika nanti gue liat kalian berdua mesra-mesraan. Jiwa jomblo gue meronta-ronta."
"Apaan sih Na! Gue kesini kangen tau sama elo. Semenjak elo kerja, kita gak pernah ketemu. Gak ada lagi tempat gue bercerita, mengeluarkan kesedihan gue." Liana memeluk lengan Ratna.
"Masih butuh gue! Bukannya udah ada pangeran Gunawan, yang menjadi tempat sandaran loe," goda Ratna membuat Liana tersipu malu.
Gunawan tersenyum melihat kekasihnya dan sahabatnya bisa bertemu kembali. Karena memang selama ini Liana merengek ingin bertemu Ratna, namun karena masalah yang ada. Membuat dirinya harus menunda niat baiknya untuk mempertemukan dua sahabat yang tak pernah berjumpa.
"Ratna ..." Liana memeluk lengan sahabatnya.
Kini Liana dan Gunawan menikmati menu hidangan yang mereka pesan. Ratna menemani sebentar, mendengar sahabatnya bercerita.
Setelah itu Ratna kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebenarnya dua sahabatnya sudah meminta untuk menemaninya, namun ia tak enak dengan karyawan yang lainnya jika terlalu lama.
Sepulang dari tempat Ratna, Liana di antar kembali ke kampusnya dan lewat dari pintu belakang. Meliana berjalan menuju parkiran yang di mana seorang supir dan penjaga untuk mengawasi menunggu.
Raut wajah Liana kembali menunjukkan wajah datarnya tanpa ekspresi. Padahal suasana hatinya bahagia karena habis jalan bareng Gunawan menemui Ratna.
Meliana di sini harus pandai berakting di hadapannya suruhan orang tuanya untuk mengawasinya. Tanpa mereka sadari, Liana dan Gunawan sudah jalan bareng.
Mereka keluar dari pintu belakang, yang di mana Gunawan sudah bekerja sama, dengan penjaga kampus.
Hari-hari Liana terasa bahagia kembali. Karena hubungannya, dengan Gunawan tidak berakhir. Hingga enam bulan lamanya mereka masih menjalani pacaran dengan sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh keluarganya.
Sedangkan di kediaman pak Pujianto, seorang wanita sedang terlihat sangat marah. Ketika ia mengetahui, jika putrinya masih berhubungan dengan laki-laki yang dia sebut berandalan.
Bu Fitriana, berpikir hubungan putrinya dengan Gunawan sudah berakhir. Karena Meliana setiap pulang kuliah, selalu mengurung diri di kamar.
"Kalian bodoh! Tugas kalian untuk mengawasi putri saya begitu saja, tidak becus!"
"Maafkan kami Bu, tapi kami memang mengawasi non Meliana ke kampus atau kemanapun." Jawab seorang pria dengan rambut yang di kuncir, menundukkan kepalanya.
"Kalau kalian mengawasi putri saya, mana mungkin dia berkeliaran berduaan dengan anak begajulan itu!"
PLAK!
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah kedua orang suruhannya.
"Tamparan itu gak ada apa-apanya, dengan bayaran yang saya berikan kepada kalian! Hanya untuk mengawasi putri saya saja tidak becus! Bisa-bisanya kalian lalai sampai mereka masih bisa bertemu!"
"Sekarang saya minta kalian pergi dari hadapan saya! Keluar ...!" Bu Fitriana terlihat sangat marah.
Sedangkan pak Pujianto dan Arga hanya memperhatikan, Bu Fitriana yang terlihat marah dengan orang suruhannya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Mom Dian
Next kak
2023-06-28
1
Gadis Bar-bar
lanjutkan
2023-06-27
1