Happy reading....
Dengan cepat Meliana berlari dan keluar jalan besar. Sampai menemukan keramaian, agar dapat ia minta tolong.
"Eeeit ... mau kemana loe. " Saat tiba-tiba tangan Meliana ada yang menarik.
"Aaaa ... lepasin, sakit. Tolooong ... tolooong ..." Meliana berontak dan berteriak.
Untuk kali ini Meliana benar-benar sangat ketakutan. Apalagi teman- temannya ikut mendekat, dan bantu memegangi Liana. Sedangkan Bram tersenyum menyeringai menatap gadis di hadapannya itu.
Bram menyentuh kedua pipi Meliana dengan kencang, hanya dengan satu jari.
"Benar kata teman-teman yang lain, gadis cantik kaya elo. Kalau di anggurin mubazir, hahaha ..." kata Bram dengan tawa jahatnya.
"Lepasin, brengsek!" teriak Meliana.
"Berisik! Banyak bac*t loe ya dari tadi!"
PLAK!
Meliana di tampar oleh Bram, sampai tak sadarkan diri. Liana lalu di bawa ke sebuah gang kecil yang buntu terdapat tumpukan barang yang sudah tak terpakai.
Saat Meliana tak sadarkan diri, Bram mencoba membuka kancing bajunya. Mereka berniat ingin melec**hkan Liana.
Bram dan kawan-kawannya sudah menunjukkan tatapan naf*u nya saat kancing baju Liana sudah terbuka dua. Namun tiba-tiba ...
Brak!
Terdengar suara motor terjatuh, saat di lihat ada laki-laki yang sudah berdiri di depan motor mereka yang kini sudah terjatuh.
"Woy! Elo apain motor kami!" bentak seorang pria berwajah garang.
"Yang harusnya bertanya itu gue? Kalian mau apain gadis itu? Dia teman gue!"
"Gue kenal dia Bram. Kalau gak salah dia Gunawan anak motor yang suka balapan bareng Choky. Dia temannya Tomas," Bisik salah satu temannya, ke bos nya.
"Choky, Tomas?" tanya Bram dengan senyuman menyeringai. "Gue gak peduli!"
"Eeh ... anak kecil, mau ngapain loe kesini. Meskipun dia teman loe, tapi dia sekarang milik gue." Mendengar itu Gunawan mengepalkan tangannya.
"Jika elo sentuh dia, elo sendiri bakalan abis sama gue!" ancam Gunawan.
"Berani loe bocah tengik." Ucap Bram dengan langkah menantang.
"Setelah ini, kalian bisa liat. bocah tengik kaya gue, bakalan gue abisin kalian satu persatu!" kata Gunawan dengan mengikat tangan dengan saputangan merah.
Gunawan menggunakan pengikat kepala, membuat dirinya seakan menantang. Apalagi Gun menunjukkan senyuman menyeringai, terlihat kalau dirinya benar- benar sangat murka.
Gunawan dengan terpasang kuda-kuda, dan tangannya yang terkepal. Menatap wajah abang-abang di hadapannya itu dengan tatapan membunuh.
BUGH .... BUUGGH ....
DUUGH ...
BRAGH ...
Ketika sebuah bogem dan pukulan mendarat di perutnya Bram, justru dia doyong dan tersungkur jatuh terkena motor.
Sebuah balok, mengenai tepat di lehernya Gunawan. Saat Gun menoleh, pria itu di ten* ang olehnya dan terpental lalu tersungkur dengan darah yang keluar dari bibirnya.
Gunawan masih menunjukan wajah menantang. " Siapa lagi di antara kalian yang ingin maju?"
Lalu ada satu pria bertubuh kekar, dengan rambut panjang. Ia menunjukkan wajah sangar kepada Gunawan, namun Gun tak menunjukkan rasa takut.
Pria itu memberikan sebuah pukulan ke arah Gunawan, namun ia menahannya, dengan cepat Gun melayangkan tendangan, sampai pria itu mundur beberapa langkah.
Gunawan tak mau menyerah, Gun memutar badan dengan cepat ia melayangkan tend*ngan ke bagian dada dan perut. Hingga pria itu memuntahkan cairan, dan di bantu temannya agar tidak terjatuh.
"Gue bilang apa, dia temannya Tomas, dan Choky. Bisa abis kita di tangan dia. Dari pada kehilangan nyawa kita, mendingan kita lari dari sini!" kata salah satu temannya.
Karena sudah tiga orang menjadi korban akibat Gunawan. Akhirnya mereka semua melarikan diri, terbirit-birit.
Gunawan tersenyum menyeringai, lalu ia sadar akan Meliana. Lalu ia mencarinya, dan ternyata Gun melihat Liana terbaring tak sadarkan diri.
Gunawan juga melihat dua kancing baju Liana sudah terbuka, karena pria bajingan tadi.
"Ya ampun Liana." Gunawan melepaskan jaketnya untuk menutupi bagian depan, Meliana yang terbuka.
Gunawan menepuk pipi Liana agar tersadar. "Meliana, Mel." panggilannya dengan suaranya yang serak, namun begitu lembut.
Meliana membuka matanya dengan perlahan, dan melihat ada pria di hadapannya. Namun Liana berteriak histeris.
"Aaaaa ... saya mohon jangan apa-apakan saya." Meliana menutup wajahnya, dengan telapak tangannya.
"Liana. Hei ini aku, Gunawan. Jangan takut, mereka semuanya sudah pergi." Gun memegangi tangan Meliana, agar tidak terus berontak.
Benar saja saat Meliana membuka matanya, ada sosok pria dengan ikat kepala di keningnya dengan senyuman hangat.
"Gun _ Gunawan," ucap Meliana.
Gunawan pun mengangguk. "Iya ini aku, Gun. Jangan takut, semua berandalan itu sudah pergi," jelasnya.
Bulir bening pun keluar dari pelupuk matanya, Meliana pun langsung memeluk Gunawan.
Gunawan tercengang ketika Meliana memeluknya. "Terima kasih Gun. Hiks ... hiks... jujur aku sangat takut."
Gunawan sendiri bingung harus apa, dengan Meliana yang menangis ketakutan seperti ini.
Namun seketika tangannya terulur, membalas pelukannya, dan membuat Liana sedikit tenang.
"Uuusssttt ... jangan takut. Kamu sekarang sudah aman." Gunawan membelai rambut Liana dengan lembut.
Saat Meliana sudah sedikit tenang, Gunawan membawanya ke sebuah taman. Gunawan mengobati luka yang ada pada Liana.
"Terimakasih Gun, kamu udah nolongin aku. Kalau gak ada kamu mungkin aku ..." Meliana tak melanjutkan perkataannya.
"Sama-sama Mel, Tadi aku sempat mau balik ke kontrakan. Terus liat kamu, mangkanya aku langsung menolong kamu. Tapi kamu belum sempat di apa-apain kan, dengan mereka?" Tanya Gunawan, dan Meliana menggeleng.
"Mereka belum sempat apa-apakan aku. Hanya tadi pria yang bernama Bram menampar ku, selebihnya aku gak tau." Jawab Meliana. "Jujur aku jadi takut, kalau pulang sendirian,"
"Jangan takut, kalau mau aku bisa antar kamu pulang setiap hari?" kata Gunawan dengan menawarkan dirinya.
Meliana yang mendengarnya, tertegun. Sedangkan Gunawan tersenyum saat melihat gadis di hadapannya menjadi salah tingkah saat di perhatikan olehnya.
"Maksudnya apa ya Gun?"
"Kalau boleh, aku jemput kamu ya? Itu pun kalau gak ada pria lain yang marah?"
Meliana terkekeh mendengar jawaban Gunawan. "Pria lain? Memang siapa yang akan marah?"
"Pacar kamu,"
"Enggak punya juga," jawab Meliana.
Mendengar jawaban dari Meliana, Gunawan pun tersenyum.
Sejak saat itu, Gunawan dan Meliana terlihat semakin dekat. Meskipun hanya sebatas teman, namun teman yang selalu memberikan perhatian satu sama lain.
Meliana juga sering bermain di kontrakan Gunawan, bahkan suka menemaninya di bengkel.
Meliana tak malu, dekat dengan seorang laki-laki yang tiap harinya hanya di bengkel.
Mengotak atik, mesin bermain oli. Begitupun juga dengan Gunawan, dengan adanya gadis yang ia sukai. Bekerja pun jadi lebih bersemangat.
Dua bulan kemudian.
Di mana, Meliana dan Ratna sedang melakukan ujian sekolah. Lalu mereka semua lulus dari sekolah, dan melanjutkan perjalanan pendidikan selanjutnya.
Setelah lulus sekolah, untuk pertama kalinya, dua sahabat yang selalu bersama, kemanapun, kini harus berpisah. Meliana melanjutkan kuliahnya di universitas, di Jakarta. Sedangkan Ratna, lebih memilih bekerja di sebuah restoran sebagai waiters untuk membantu ekonomi keluarga.
Untuk Meliana dan Gunawan, ternyata mereka memiliki hubungan spesial tanpa sepengetahuan Ratna sahabatnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Gadis Bar-bar
Lanjutkan
2023-06-26
0