Pria tidak dikenal

Happy reading .....

Untuk Meliana dan Gunawan, ternyata mereka memiliki hubungan spesial tanpa sepengetahuan Ratna sahabatnya.

Hingga suatu ketika, saat di mana Ratna baru saja beristirahat sehabis pulang kerja. Entah kenapa ia mendengar suara keributan di depan rumahnya.

Ia juga mendengar suara seseorang yang menyebut namanya dengan nada marah.

Karena penasaran, Ratna keluar kamar, dan melihat siapa yang membuat keributan.

"Nah! Ini dia biang keroknya!" kata seorang wanita yang Ratna kenal.

"Bu Ana. Ada apa ini kok ibu membuat keributan di rumah?" tanya Ranta dengan mendekati wanita yang kini sedang di pegangi orang tuanya.

"Eeh! Ratna, kamu kan yang memperkenalkan Gunawan dengan putri saya. Sampai mereka sekarang berpacaran!" jawab Bu ana, dengan sangat marah.

"Bu mereka memang sudah saling kenal, Gunawan kakak kelas kami. Kalau dia memiliki hubungan saya tidak tau, tentang itu!" Ratna sudah terlihat menahan rasa geramnya.

"Iya awalnya kamu kan yang mengenalkan dia, ke putri saya! Asal kamu tau, anak berandalan seperti dia gak pantas untuk Meliana!"

"Saya sudah bilang Bu, Gunawan kakak kelas kami. Gun bukan anak berandalan. Harusnya ibu berterima kasih dengan dia. Kalau tidak ada dia, Meliana menjadi korban pel*cehan !"

Bu Fitriana diam mendengar apa yang Ratna katakan.

"Kamu bilang apa? Meliana hampir menjadi korban pel"cehan?" Ratna mengangguk.

"Liana hampir di perk*sa oleh pria bernama Bram. Untung ada Gunawan, jika tidak. Ibu bisa membayangkan bagaimana anak ibu!" Ratna menjelaskan.

"Tetap saja saya tidak merestui mereka. Saya ingin anak saya menikah dengan laki-laki kaya, jelas babat, bebet dan bobot nya. Bukan seperti dia, begajulan!"

"Tapi tetap semuanya gara-gara kamu. Karena dia itu teman kamu, mangkanya anak saya jadi dekat dengan anak begajulan seperti Gunawan!" Setelah mengatakan itu Bu ana pergi meninggalkan rumah Ratna dengan gaya angkuhnya.

Keesokan harinya, Meliana dia antar kuliah oleh seorang supir. Orang tuanya sekarang memberikan keamanan untuk putri, sampai ia tidak bisa kemana-mana. Apalagi sampai menemui Gunawan.

Sebenarnya Meliana sangat merasa bersalah kepada Ratna, yang sudah di salahkan oleh orang tuanya karena hubungannya dengan Gunawan.

Sudah hampir seminggu lamanya, Gunawan tak bertemu dengan Meliana. Dia sangat merindukan kekasihnya yang selalu memberikan semangat di hari-harinya.

Hingga suatu ketika, Gunawan mendatangi rumah Ratna. Sebenarnya ia merasa bersalah dengan sahabatnya, yang pernah di marahi oleh ibunya Meliana.

Kebetulan saat itu, Ratna sedang libur kerja, dan kebetulan Gunawan datang.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsallam," jawab orang dari dalam.

Saat pintu terbuka ternyata ayahnya Ratna yang membukakan pintunya. Gunawan mencium tangan pak Syafi'i.

"Ooh Gun, cari Ratna?" Gunawan mengangguk.

"Iya Pak Ratna nya ada?"

"Ada dia di dalam, silahkan duduk Nak! Nanti bapak panggilkan,"

"Iya pak terima kasih,"

Gunawan duduk di kursi depan teras. Menikmati hembusan angin yang bertiup dengan lembut. Saat matanya terpejam, merasakan sejuknya angin, tiba-tiba Ratna datang, dan membuatnya membuka matanya.

"Woy! Ngantuk pak," ledek Ratna.

"Iya. Tiba-tiba ngantuk ketiup angin, semeriwing ..." jawab Gunawan, Ratna terkekeh mendengarnya.

Ratna menatap wajah Gunawan dengan tatapan menyelidik.

"Langsung aja, elo mau ngapain kesini?"

"CK ... galak banget sih Na. Memangnya gak boleh gue kesini?"

"Bukan gak boleh, pasti elo ada maksud lain kan!" tebak Ratna.

"Iya deh! Sebenarnya gue kesini mau tanya. Apa nyokap nya Liana pernah kesini, marahin elo?" tanya Gunawan.

"Kenapa memangnya? Masih peduli sama gue? Karena nyokap cewek loh marahin gue!"

"Gue gak nyangka, kalau elo jadian dengan Liana. Tapi gak bilang ke gue? Cewek loe juga sama!" sungut Ratna.

"Bukan apa-apa, gue kaget saat Bu Ana marahin gue di depan ibu dan ayah. Gue gak mau liat mereka sedih atau marah, karena gue!" Ratna masih nyerocos di depan Gunawan.

"Iya sorry. Gue sebenernya udah jadian sebulan." Kata Gunawan dengan wajah menunduk, karena Ratna menatapnya dengan tatapan marah.

"Jadi udah dua bulan kalian jadiannya. Jahat kalian sama gue! Gue gak tau, hubungan kalian. Tau-tau gue kena semprot!" dumel Ratna lagi.

Gunawan semakin merasa bersalah dengan Ratna, karena ia terlihat sangat kesal.

"Terus bagaimana hubungan kalian sekarang? Setelah keluarganya tau ?"tanya Ratna dengan mengintrogasi Gunawan.

"Sebenarnya seminggu ini, gue gak pernah ketemu Liana. Gue ke kampusnya juga gak pernah ketemu, kayanya dia di perketat deh keamanan nya biar gak ketemu gue,"

"Terus, apa yang loe mau lakuin? Nyerah?" tanya Ratna.

"Ko elo bilang gitu Na? Bikin gue makin lemes tau gak? Kasih semangat apa ke buat gue!"

Gunawan menceritakan tentang hubungan dia dan Liana selama ini. Yang membuatnya senang, kalau Meliana berhasil membuat Gun berhenti ikut balapan liar.

"Elo tau, dulu setiap pulang kerja. Gue selalu ikut balapan. Nah sekarang semnjak kenal dia. Liana melarang gue untuk ikut kegiatan itu lagi, dan menyuruh untuk istirahat,"

"Dengan adanya Liana di hati gue. Dia bikin hidup gue sedikit bermanfaat Na. Elo tau lah hidup gue kaya gimana. Gue suka keluyuran, nongkrong sama temen-temen bengal, dan nakal,"

"Sekarang, gue gak pernah keluyuran dan nongkrong lagi Na. Gue senang aja ada yang kasih perhatiannya ke gue. Sedangkan ortu gue aja mana ada yang peduli? Tanyain kabar juga gak, gue pulang pagi pun mereka gak akan khawatir sama gue. Mungkin kalau gue mati, bisa buat mereka tenang!" ada rasa kesalnya di wajah Gunawan.

"Elo ngomong apa sih! Emangnya mati bisa nyelesain masalah, hah! Bukan gitu caranya, kalau emang ortu elo dah gak peduli. Harusnya elo bisa buktiin ke dia, kalau elo bisa buat mereka bangga!"

"Kalau memang elo cinta dengan Liana, buktikan ke keluarganya. Kalau elo mampu untuk membahagiakan putrinya." Sambil menepuk pundak, Ratna semangatin Gunawan.

"Elo benar Na. Gue harus bisa membuktikan kalau gue akan buat Liana bahagia!"

Ratna tersenyum. "Betul, jangan nyerah sebelum berjuang. Laki-laki harus tangguh, menghadapi masalah yang ada di depan. Masa belum bertarung udah kalah, bukan temen gue loe!" Sindir Ratna mendorong Gunawan.

Gunawan terkekeh dengan sikap Ratna.

"Gue buktiin kalau gue bisa membuat Meliana jadi istri gue!" Gunawan dengan rasa percaya dirinya.

"Nah gitu dong! Kalau elo cinta, ya perjuangkan!" Ratna kasih semangat.

Di beberapa hari kemudian, Gunawan nekat menemui Meliana ke kampusnya. Dengan menyelinap dari pintu belakang.

Gunawan menyamar, menggunakan topi hoddie dan masker di mulutnya. Saat Liana hendak berjalan menuju kantin, ia merasa tangannya seperti ada yang menyentuhnya. Lalu ia di tarik ke belakang gedung kampus, yang di mana tempat itu sangat sepi.

Liana terkejut dengan sikap pria yang tidak dia kenal, yang menariknya secara paksa. Kini ia berada di tempat yang sepi, tanpa adanya satu orang pun di sana. Karena kesal, Meliana mengangkat tangannya.

Pria yang menggunakan hoddie hitam menahan tangan Liana, saat ingin menampar nya. Lalu orang itu membuka masker penutup mulutnya, saat terbuka Meliana terkejut dengan siapa orang yang ada di hadapannya.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!