Kenangan Yang Menyakitkan

"Mereka semua baik. Tapi..." Zemi menggantung kata-katanya.

"Tapi apa?" Tanya Camel penasaran.

"Mel, kamu masih ingat Ravin?" tanya Zemi.

"Ravin? Ravin yang mana?" tanya Camel.

"Ravin, anak kelas XA dulu, crush aku." jawab Zemi.

"Oh iya ingat, yang pernah kamu tembak kan tapi dia nolak kamu?" Balas Camel.

"Gak usah di perjelas tentang di tolaknya, bikin malu aja!" omel Zemi.

Camel terkekeh kecil.

"Kenapa dia? Apa dia kerja disana juga?" tanya Camel.

Zemi menganggukkan kepalanya.

"Bahkan dia CEO Ganesh Production." ucap Zemi.

"Woah... Ada bau-bau CLBK nih." goda Camel.

"Ya gak lah! Siapa juga yang masih suka sama dia. Sudah sepuluh tahun berlalu, aku sudah gak punya perasaan apa-apa sama dia." jawab Zemi.

Ooooh. Camel membulatkan mulutnya.

"Tapi semuanya jadi terasa canggung." lirih Zemi.

"Kenapa canggung? Tadi kamu bilang udah gak punya perasaan apa-apa lagi, kalau sudah gak punya perasaan apa-apa yah gak usah canggung." balas Camel.

"Masalahnya, aku jadi inget penolakan dia dulu. Itu yang bikin aku canggung. Udah malah dia makin ganteng lagi sekarang." balas Zemi.

"Makin ganteng? Berarti boleh lah di coba sekali lagi ngungkapin perasaan sama dia, manatau aja kali ini kamu diterima." goda Camel.

"Gak! Itu sama aja merendahkan harga diri aku! Lagian mana mungkin lah dia mau nerima aku, waktu SMA aja mukanya masih pas-pasan dia nolak aku, apalagi sekarang udah makin ganteng. Makin gak mau lah nerima aku!" balas Zemi.

"Belum apa-apa udah putus asa duluan." celetuk Camel.

"Siapa yang putus asa! Memang aku udah gak suka kok sama dia!" balas Zemi.

"Iya iya percaya." balas Camel sambil terkekeh kecil.

💋💋💋

(Mimpi)

"Ravin..." panggil Zemi.

Ravin yang berjalan menuju kelas pun menoleh ke belakang.

"Ada apa?" tanya Ravin.

"Aku suka kamu. Mau gak kamu jadi pacar aku?" tanya Zemi dengan nafas yang terengah-engah.

Ravin terdiam.

"Gak perlu di jawab sekarang, lusa ulang tahun aku, aku akan minta jawaban kamu hari itu." ucap Zemi. Setelah mengatakan itu Zemi pun pergi dari hadapan Ravin.

06 Juni.

Tanggal yang dinantikan Zemi pun tiba, sesampainya disekolah Zemi langsung mencari Ravin untuk meminta jawaban Ravin.

Tapi setelah Zemi mencari kesekeliling sekolah, Zemi tidak menemukan Ravin dimana-mana. Bahkan sampai acara pertandingan olah raga antar kelas di mulai pun, Ravin juga tidak muncul.

Zemi terus menunggu Ravin di lapangan basket, karena dari informasi yang Zemi dapat, Ravin akan tanding basket.

Saat Zemi sedang menunggu Ravin, ternyata Edu, Kakak kelas Zemi tiba-tiba membuat kejutan ulang tahun untuk Zemi dan sekalian Edu mengungkapkan isi hatinya pada Zemi hingga membuat Zemi menjadi pusat perhatian.

Zemi yang memiliki trauma perayaan, tubuhnya langsung bergetar hebat, dadanya sesak, sekujur tubuhnya keluar keringat dingin serta pandangannya langsung kabur. Sebelum pandangannya kabur, Zemi sempat melihat sosok Ravin yang berdiri tak jauh di belakang Edu, setelah itu Zemi pun pingsan.

Saat Zemi sadar Zemi sudah berada di rumah sakit. Tak lama seorang perawat datang membawa surat untuk Zemi dari Ravin, surat yang berisi penolakan Ravin.

Membaca surat itu, Zemi langsung menangis tersedu-sedu, bukan karena penolakan Ravin, tapi cara Ravin menolak bagi Zemi begitu sadis. Apa tidak bisa menunggu Zemi sampai keluar dari rumah sakit baru Ravin menolak pernyataan cintanya? Kenapa saat Zemi masih terbaring lemah di rumah sakit, Ravin memberi jawabannya? Itulah yang ada di pikiran Zemi.

💋💋💋

Mata Zemi langsung terbuka lebar kala kejadian sepuluh tahun itu kembali terputar di memori otaknya.

"Huh... kenapa harus memimpikan itu lagi? Kejadian itu sudah lama sekali, tapi kenapa masih belum bisa hilang dari memori otak ku!" gerutu Zemi lalu mendudukkan dirinya kemudian menenggak air minum yang ada di nakas.

"Kenapa lah aku harus ketemu lagi sama Ravin? Apa dunia sesempit ini?" gumam Zemi.

💋💋💋

Pukul 08.30

Ganesh Production.

Kini Zemi sudah berada di kantor.

Sesampainya di kantor, Zemi pikir dia lah karyawan bagian kreator yang paling rajin karena sudah sampai setengah jam lebih awal dari jam masuk kerja. Tapi ternyata Zemi salah, sudah ada Juan, Kenzie, Raihan, Amara dan Bella.

"Woah cepat sekali kalian datang? Tadinya aku pikir aku orang pertama yang datang di ruangan ini." sapa Zemi.

"Kami sudah sampai disini jam setengah delapan tadi. Semalam Pak Bos meminta kami untuk membuat ide game baru." balas Juan.

"Membuat game baru? Kok Pak Bos gak ada kirim pesan ke aku?" tanya Zemi.

"Pak Bos ngirim perintah di grup." jawab Juan.

"Grup?" tanya Zemi.

"Kamu belum masuk grup yah?" tanya Amara.

Zemi menganggukkan kepalanya.

"Sini pindai QR WhatsApp mu, biar aku tambahkan ke grup. Kebetulan aku adminnya." pinta Amara.

Zemi pun mendekati Amara dan memindai kode QR WhatsAppnya ke ponsel Amara.

Zemi pun sudah masuk ke dalam grup.

"Huh... kenapa lah Pak Bos selalu membuat kerjaan dadakan! Kalau begini kan mana bisa mikir!" gerutu Juan.

"Kenapa hanya kalian yang baru datang, lalu yang lainnya apa mereka tidak dapat perintah dari Pak Bos?" tanya Zemi.

"Yang lainnya masih mengerjakan proyek game sebelumnya. Dibagian ini kita dibagi menjadi dua tim. Tim A dan Tim B, bulan lalu Tim B sudah mendapat proyek membuat game simulator pertanian dan kali ini giliran kita Tim A yang diminta membuat ide untuk game baru." jawab Juan.

"Padahal game Tim B saja belum luncur dan masih tahap finishing. Tapi kita Tim A sudah diminta untuk membuat game baru." timpal Kenzie.

"Lalu aku ini di Tim mana?" tanya Zemi.

"Um... Kalau itu nanti kamu tanya saja sama Pak Bos." jawab Amara.

Oh... Zemi membulatkan mulutnya.

"Oh iya apa kalian semua sudah sarapan?" tanya Zemi.

"Belum." jawab Juan dan karyawan lainnya.

"Kalau begitu biar aku belikan kalian roti dan kopi, aku yang traktir." ucap Zemi.

"Woah... karyawan baru yang pengertian." puji Juan dan Kenzie.

Zemi hanya tersenyum lalu keluar dari ruangan kreator.

💋💋💋

Coffee Shop.

Kini Zemi sedang mengantri di coffee shop. Antrian cukup panjang, sambil mengantri, Zemi mengirim pesan di grup untuk menanyakan roti dan kopi apa saja yang ingin di pesan teman-temannya.

Karena Zemi bertanya di grup, sudah pasti bukan hanya Tim A yang menjawab, tapi Tim B juga ikutan memesan roti dan kopi. Karena sudah terlanjur, Zemi tidak mungkin menolak pesanan Tim B.

Tibalah saatnya Zemi memesan. Zemi menyebutkan pesanan teman-temannya.

"Totalnya empat ratus dua puluh ribu." ucap kasir.

Dengan penuh percaya dirinya Zemi mengeluarkan kartu hitamnya dan memberikannya pada kasir. Zemi masih belum sadar kalau semua asetnya sudah di bekukan Kakek Abraham.

💋💋💋

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

kasian dong Zemi di permalukan kakek nya...

2023-06-25

0

lindsey

lindsey

waaahhh bisa malu2in nih klo ga bisa bayar... zemi...zemi🤣🤣🤣

2023-06-24

4

Nanda Jihan

Nanda Jihan

lnjut

2023-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Perjodohan Berkedok Taruhan
2 Minta Dicarikan Kerja
3 Bertemu Crush
4 Ditolak Waktu SMA
5 Kenangan Yang Menyakitkan
6 Gara-Gara CV, Zemi Kena Batunya
7 Kedatangan Vivian
8 Dinner
9 Cerita Versi Ravin
10 Menjadi Penjamin
11 Tutor
12 Biarkan Kali Ini Aku Yang Mengejarmu
13 Cemburu
14 Yakin Bisa Move On?
15 Masih Ngambek
16 Niatnya Memang Ingin Menyatakan Cinta
17 Menguntit
18 Kencan Buta
19 Keciduk
20 Mukbang Terus
21 Briefing
22 Drama Pulang Kerja
23 Takut Dimukbang
24 Tes Fisik
25 Si Licik, Si Tukang Sirik, Si Jago Nge-Kick Dan Si Paling Cerdik
26 Belum Apa-Apa Sudah Tegang
27 Ngerjain Yang Terniat
28 Interogasi
29 Dibalik Trauma Zemi
30 Zander Rindu Zemi
31 Si Omes
32 Ternyata Mau Main Game
33 Bagaimana Kalau Kita Menikah?
34 Sarung Tinju Si Junior
35 Zander Gercep
36 Penasaran Dengan Surat
37 Gara-Gara Ganti Password
38 Kotak Kenangan
39 Kehebohan Musang Kecil Masuk Kandang
40 Kabar Edu
41 Zemi Diculik
42 Si Penculik
43 Tanduk Bawah vs Dengkul Sakti
44 Salah Lawan
45 Sudah Tidak Sabar
46 Petugasnya Tidak Bersahabat
47 Serahkan Semua Pada Ravin
48 Tuan Abraham Menyerah
49 Atas-Bawah Harus Seragam
50 Kamu Bisa Kan?
51 Latihan
52 Game Baru Ciptaan Ravin?
53 Sok Polos, Padahal Minta Di Polosin
54 Akhirnya Silahturahmi
55 Siapa Yang Datang?
56 Berdamai
57 Ancaman Zander
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Perjodohan Berkedok Taruhan
2
Minta Dicarikan Kerja
3
Bertemu Crush
4
Ditolak Waktu SMA
5
Kenangan Yang Menyakitkan
6
Gara-Gara CV, Zemi Kena Batunya
7
Kedatangan Vivian
8
Dinner
9
Cerita Versi Ravin
10
Menjadi Penjamin
11
Tutor
12
Biarkan Kali Ini Aku Yang Mengejarmu
13
Cemburu
14
Yakin Bisa Move On?
15
Masih Ngambek
16
Niatnya Memang Ingin Menyatakan Cinta
17
Menguntit
18
Kencan Buta
19
Keciduk
20
Mukbang Terus
21
Briefing
22
Drama Pulang Kerja
23
Takut Dimukbang
24
Tes Fisik
25
Si Licik, Si Tukang Sirik, Si Jago Nge-Kick Dan Si Paling Cerdik
26
Belum Apa-Apa Sudah Tegang
27
Ngerjain Yang Terniat
28
Interogasi
29
Dibalik Trauma Zemi
30
Zander Rindu Zemi
31
Si Omes
32
Ternyata Mau Main Game
33
Bagaimana Kalau Kita Menikah?
34
Sarung Tinju Si Junior
35
Zander Gercep
36
Penasaran Dengan Surat
37
Gara-Gara Ganti Password
38
Kotak Kenangan
39
Kehebohan Musang Kecil Masuk Kandang
40
Kabar Edu
41
Zemi Diculik
42
Si Penculik
43
Tanduk Bawah vs Dengkul Sakti
44
Salah Lawan
45
Sudah Tidak Sabar
46
Petugasnya Tidak Bersahabat
47
Serahkan Semua Pada Ravin
48
Tuan Abraham Menyerah
49
Atas-Bawah Harus Seragam
50
Kamu Bisa Kan?
51
Latihan
52
Game Baru Ciptaan Ravin?
53
Sok Polos, Padahal Minta Di Polosin
54
Akhirnya Silahturahmi
55
Siapa Yang Datang?
56
Berdamai
57
Ancaman Zander

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!