Hari- hari terus berlalu, waktu pernikahan Ikun semakin dekat. Sementara Alexa, pun sudah mulai masuk ke perkuliahan S2nya, hingga kebersamaan Bersama Amer berkurang. Jika sebelumnya mereka menyempatkan bertemu seusai bekerja, kini, Siska membagi waktunya pagi bekerja dan siang kuliah. Amer juga membagi waktu untuk bekerja dan untuk keluarganya.
Dan hari ini, hari pernikahan Ikun tiba, Amer tidak berangkat ke kantor, akan tetapi mendampingi saudara kembarnya melangsungkan akad di sebuah masjid dekat dengan tempat tinggal mempelai perempuan. Selesai akad mereka pun melanjutkan acara di rumah mempelai putri.
Karena saudara ipar Amer dari kalangan sederhana, acara juga pun berjalan sederhana namun terjaga kesakralan dan hikmatnya. Akan tetapi tetap saja, karena yang membuat acara adalah WO paketan dari pihak keluarga Ikun, rangkaian acara seperti pada umumnya tetap ada. Termasuk acara lempar bunga. Walau Ikun dan mempelai putri sebenarnya tidak begitu suka tapi karena sudah disediakan mereka menghormati pihak WO.
Daan saat moment lempar bunga, sebenaranya Amer tak terlalu menghiraukan, bahkan Amer baru saja menerima telepon dari Alexa kalau hari ini dia ada kuliah, dan tidak bisa memenuhi permintaan Amer untuk datang ke akad adik Amer dan berjanji datang ke resepsi yang akan di gelar di hotel besok.
Akan tetapi, tepat saat menutup telpon dan menghadap ke keramaian, bunga jatuh ke hadapanya dan mau tidak mau Amer yang menangkapnya.
Semua pun bersorak Bahagia, apalagi semua tahu, Ikun dan Amer itu saudara kembar, tak terkecuali, Buna dan adik- adik Amer.
“Yeaay…Amer dapat bunganya, nyusul niih nyusul...” teriak Jingga kakak Amer yang kini sedang hamil anak kedua.
“Bismillah ya Kak. Meski kita nggak boleh percaya ritual beginian, dan hanya untuk seru- seruan, tapi doa banyak orang semoga terkabulkan, Kakak nyusul Kak Ikun! Nila doain Kak...” tutur Nila adik Amer mendekat memberi doa.
“Ck… kalian, sirik tahu percaya beginian!” ucap Amer berdecak, tidak percaya hal- hal seperti itu.
“Yeaayy… kan kita Cuma doain bukan percaya sama ritual lempar bunga! Kita doain kamu. Ayo gera nikah. Udah tua juga!” jawab Jingga mencebik.
Amer tidak peduli.
"“Nih, ngapain sih ada acara lempar bunga segala, bikin resah aja!” Amer malah menyodorkan bunganya ke pihak WO yang ada kebetulan ada di situ sedikit kasar, lalu berlalu begitu saja. Kebetulan WO yang disewa Amer adalah WO teman Amer dan disewa Amer menghandle semua acara Ikun.
Tidak menunggu ucapan maaf tim WO teman Amer, Amer berlalu ke stand makanan.
Amer tidak peduli malu, walau belum ada tamu yang ambil makan. Amer mengambil dessert dan duduk di kursi VVIP yang sudah disediaakan oleh mempelai perempuan.
Kak Jingga dan adik- adik Amer yang paham watak Amer tak memperdulilan dan kembali sibuk dengan keluarganya menikmati acara. Akan tetapi berbedaa dengan Buna Alya, Ibu Amer. Buna kemudian mendekat ke Amer.
“Buna memang tidak percaya dengan ritual lempar Bunga, Nak! Tapi Buna juga berharap dan berdoa tahu, kamu segera menyusul adikmu,” ucap Buna tiba- tiba.
“Uhuk… uhuk..,” Amer yang sedang menyantap brownis coklat langsung tersedak.
“Hmmm…,” Buna jadi menghela nafasnya dan menepuk Pundak Amer juga meminta air petugas catering yang lewat.
Amer langsung memuntahkan makananya ke tissue lalu minum air mineral yang disodorkan pegawai catering.
“Huuh?” Amer lalu menghela nafasnya dan menatap ibunya. “Buna tadi ngomong apa?”
“Kamu punya kuping kan? Nggak usah suka pura- pura tuli seperti Babamu, kebiasaan! Ibunya ngomong nggak didengerin!” omel Buna ngambek.
Seketika itu Amer langsung merekahkan senyum ke Bunanya.
“Bunaa… anak Buna sekarang kan lagi nikahan, udah sih Bun. Buna nikmati syukuran Ikun, Buna nanti cepet tua kalau banyak berfikir, Buna nggak usah mikirin Amer, Oke!” jawab Amer dengan selengekan.
“Ck..,” Buna tambah berdecak, anaknya yang satu ini benar- benar, suka sekali meremehkan ibunya dan selalu menganggap semuanya santai.
“Buna udah makan belum? Amer ambilkan makan ya!” ucap Amer malah menawarkan makan merayu Bunanya.
Buna tambah mencebik, Buna benar- benar ingin anaknya ini menikah.
“Kamu kasihkan ke siapa tadi bunganya?” tanya Buna.
“Apaan sih Bun? Masih bahas Bunga, dosa tahayul Bun.” Jawab Amer.
“Buna cuma tanya, dia temanmu kan? Kamu kenal kan?” tanya Buna lagi.
“Ya kenal kan dia yang jadi parnert kita urus semua dekorasi ini,” jawab Amer ngegas.
“Cantik nggak?” tanya Buna lagi.
Bukanya menjawab Amer malah mengernyit.
“Buna kesambet apa gimana sih?"
"Kesambet gimana? Dia cantik kan?" tanya Buna lagi dengan lembut dan melirik si perempuan yang memakai seragam jas hitam dengan rambut di kuncir kuda. Perempuan ini sebenarnya hanya pegawai dari pemilik WO sebenarnya. Tapi dia terlihat sangat aktif dan cekatan.
Amer ikut melirik, ya dia teman Amer yang bari dia marahi karena ada acara lempar bunga segala. Amer pun mencebik.
"Buna tenang aja, Buna jangan khawatir, Amer masih bisa bedain cewek cantik. Nggak usah ditanya, Amer jago Bun nyari cewek cantik!" jawab Amer malah membercandai Bunanya.
Buna tambah mengurut dada, kenapa anak- anaknya suka sekali menguji kesabaranya.
“Jawab dulu pertanyaan Buna. Tadi yang kamu kasih Bunga temanmu kan? Dia cantik kan? Kamu dekat sama dia kan?” tanya Buna lagi.
“Buna apaan sih? Udahlah Amer lapar, Amer mau makan!” jawab Amer merasa ibunya ngaco kenapa tiba- tiba bahas temanya itu. Amer pun beranjal dan meninggalkan Bunanya.
Buna pun menghela nafasnya, lalu Buna menerawang entah menatap apa. Hingga tiba- tiba Buna dikagetkan oleh sapaan seorang perempuan cantik.
"Bu Alya?" sapanya.
"Eh.. Nak Mira,"
"Boleh saya duduk di sini?" ijinya sopan.
"Tentu saja boleh dong. Silahkan?"
"Maaf mengganggu waktunya. Saya sebagai ketua tim ini. Saya minta maaf, karena saya tidak mendiskusikan dulu tentang moment lempar bunga ini. Sepertianya Tuan Amer tidak berkenan!" ucapnya sopan ternyata dia tersinggung.
Tentu saja Buna langsung tersenyum ramah dan mengelus bahu perempuan tersebut.
"Nggak apa- apa Mbak. Tamu- tamu dan teman Ikun senang kok. Ini kan pesta sifatnya hiburan. Amer nggak suka ya sudah tidak usah dipedulikan! Kamu mengerjakan pekeejaanmu sangat baik. Kita suka dengan dekornya! MCnya juga keren!" tutur Buna sangat bijak
Perempuan itu pun menyunggingkan senyumnya yang manis. "Terima kasih, tuturnya sopan!"
Buna mengangguk dan perempuan itu kembali bekerja.
Selang beberapa waktu Baba dan adik- adik Amer mendekat ke Buna mengajak mereka foto bersama dan melalui acara itu sampai akhir.
*****
Jarum jam pun berputar cepat hingga tak terasa waktu terus berganti. Setelah acara akad, acara resepsi dan ngunduh mantu pun digelar. Acara ngunduh mantu ini diselenggarakn di hotel milik Baba.
Tentu saja semua berjalan megah dan meriah. Dan semuanya dihandle oleh Amer. Keluarga Amer pun bersuka cita dan bergembira.
Akan tetapi sampai acara selesai dan semua pulang ke rumah, dari ratusan handai tolan dan sanak saudara, hari itu hanya Amer yang masih tetap tidak bisa tersenyum dan dahinya mengkerut.
Keluarganya pun jadi timbul banyak spekulasi. Apakah Amer bete karena lelah dia yang bertanggung jwab semuanya. Namun acaranua sukses harusnya Amer bahagia.
Atau Amer iri dan baper kalau adiknya menikah? Tapi Buna sudah berulangkali menanyakan, dan Amer selalu ngeles kalau dibahas tentang nikah.
****
Beberapa hari setelah acara resepsi Ikun.
"Buna nggak mau menunda Ba. Besok kita pertemukan mereka!" tutur Buna saat berdiskusi dengan suaminya memikirkan Amer.
"Mungkin Amer itu murung karena lelah Bun, tunggu dululah! Pikirkan dulu!" jawab Baba menenangkan.
"Buna sudah mantap Ba. Buna yakin dia adalah perempuan terbaik dan tepat untuk Amer!"
"Tapi. Kita bicarakan dulu. Nanti Amer kaget malah bisa sedih lho!" sahut Baba.
"Buna itu ibunya. Buna pikir Amer itu susah cari perempuan karena sibuk. Dia pasti merasa kehilangan dan kesepian. Ikun dan Amer itu saudara satu kantong. Ikun sekarang sudah bahagia bersama istrinya. Sementara Amer kesepian. Pokoknya cepat telepon Amer. Adakan temu di restoran kita besok. Amer tidak boleh menolak dan harus mau. Buna tidak mau kalau Amer malah salah pilih!" tutur Buna kekeh.
"Ya!" jawab Baba setuju. Baba Amer sudah tua. Baba tidak mau ribut dengan istrinya. Apalagi Baba juga tahu niat istrinya ini baik. Baba pun menghubungi Amer untuk makan siang bersama Ayah Ibunya besok.
Sementara Buna menghubungi pihak perempuan pilihan Buna.
*****
Amer yang sekarang sudah tinggal terpisah dari keluarganya dan tinggal di apartemen, mendapati permintaan Babanya patuh bersedia menjawab. Amer pun mengancel acaranya demi orang tuanya. Padahal acara itu adalah acara bertemu dengan Alexa menemani Alexa mendatangi sebuah kantor demi mengerjalan tuga s Alexa.
"Mas katanya udah maafin aku? Maaf waktu itu aku presentasi jadi aku nggak bisa datang ke acara Pak Ikun. Please jangan balas dendam gini dong!" tutur Alexa merayu manja saat Amer membatalkan janjian kencanya.
Spontan Amer langsung memencet hidung pacarnya itu dengan gemas dan tersenyum. Alexa pun mencebik manja.
"Iya. Sayang. Jujur Mas hari itu bete banget dan marah banget kamu nggak bisa datang. Padahal kan di situ kamu bisa lebih kenal keluargaku," tutut Amer.
"Uluuuh maaf!" ucap Alexa lagi menangkupkan tanganya dan cemberut manja.
"Tapi sekarang udah nggak kok. Mas tahu. Kuliah itu nomor satu. Lalukan tugasmu dengan baik.ya. Hari ini aku nggak bisa temani kamu. Soalnya Baba sama Buna ajak Mas makan siang. Apa kamu mau ketemu? Ya ayo sekalian. Abis makan Mas antar kamu!" tutur Amer menawarkan dan memberitahu.
Ternyata saat acara Ikun. Amer cemberut karena Alexa tidak memenuhi janjinya.
Alexa dengan cepat menyilangkan kedua tanganya mendengar penuturan Amer.
"Enggak. Lexa belum siap Mas ketemu Baba Bunanya Mas. Lexa belum percaya diri. Nanti yah kalau Lexa udau S2. Lexa akan percaya diri berkenalan dengan orang tua Mas sebagai pacar Mas!" jawab Lexa
Amer tersenyum terharu.
"Tapi Buna dan Babaku nggak memandang itu kok!" jawab Amer memberitahu.
"Tetap aja. Kalau sekarang Lexa belum PD!" jawab Lexa ngotot.
"Oke. Ya udah Mas berangkat ya?" pamit Amer.
"Ya deh. Berarti Lexa pergi sendiri ya?"
"Maaf ya!" ucap Amer mengacak- acak rambu Lexa dengan penuh kasih.
Lexa pun mengangguk mengerti dan dengan mobil sport mewahnya. Amer melaju ke salah satu hotel yang di dalamnya terdapat restoran indah dimana tempat Baba dan Buna menunggu.
Ya di lantai ke 30, di salah satu ruang privat yang berdindingkan kaca sehingga mereka bisa menatap ibukota yang dipenuhi gedung pencakar langit yang berjejer indah, Baba dan Buna sudah menunggu.
Amer sedikit tercengang, sebab dekor meja makanya tersetting mewah dan eksklusif
"Siang Ba Bun!" sapa Amer.
"Alhamdulillah kamu datang awal! Nggak malu Buna!" jawab Buna
Amer pun mengernyit, heran. Lalu menatap meja yang dihias indah juga kursinya tertata tidak hanya 3 tapi ada 5.
"Perasaan hari annive Baba dan Buna masih bulan depan. Hari ulang tahun Buna dan Baba juga bukan sekarang. Ada acara apa nih? Kak Jingga? Dhek Nila? Bang Adip sama Pak Rendi nggak ikut? Mana adik- adik?" tanya Amer mengira Buna dan Baba buat acara keluarga.
Buna pun tersenyum
"Ini adalah acaramu. Tidak perlu ada mereka. Mereka nanti di undang di hari H nya!" jawab Baba.
Amer semakin memicingkan matanya dan mulai gelisah.
"Maksud Baba apa?" tanya Amer.
Buna pun tersenyum.
"Buna mohon, kali ini nurut sama Buna ya!" ucap Buna lagi.
Amer semakin gusar.
"Buna jangan bercanda!" ucap Amer.
"Buna sudah pilihkan perempuan terbaik untuk kamu. Menikahlah Nak. Kamu sudah menggenapi syarat dan rukun nikah. Menikahlah agar hidupmu lebih terarah!" tutur Buna mengutarakan maksudnya dengan jelas.
Spontan Amer langsung menggelengkan kepalanya dan menyeringai kecewa, Amer menolak.
Akan tetapi tepat di saat itu terdengar langkah kaki, dan suara waitress mempersilahkan seseorang duduk
"Itu mereka sudah datang!" ucap Buna tersenyum.
Amer pun tambah pucat, Amer gelagapan campur marah. Rasanya dongkol ingin berontak. Tapi Amer tak kuasa.
"Assalamu'alaikum...," terdengar sapaan lembut di kuping Amer.
Hingga Amer yang tadinya rahangnya mengencang kaku, juga berat menolehkan mukanya mau tidak mau matanya tergerak menoleh.
Saat wajah manis perempuan tertangkap di netranya. Amer tambah membelalakan matanya.
"Amira!" pekik Amer benar- benar syok. Amer kemudian memicingkan matanya menatap ayah ibunya.
Kenapa selera Baba dan Bunanya jungkir balik. Amer kira dia akan di jodohkan dengan seorang perempuan sholikhah, atau anak direktur ternama, atau mungkin anak pejabat. Kenapa malah Amira si gadis yang dia kasih Bunga. Sejak kapan Bunanya percaya hal- hal yang tidak masuk akal. Amira memang anak seorang mantan pejabat tapi kan sudah meninggal dan sekarang tak punya pengaruh apapun hingga dia terpaksa bekerja keras
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Susi Sidi
lexsa pasti kaget ples nyesel karna ngulur waktu pinangan amer.. karna amer dijodohin sama temen nya sendiri.. mungkin juga emang gak jodoh kali yahh..
2023-08-31
0
Ida Nur Hidayati
aduh bingung ya Amer...bisa bisanya buna nyiapkan jodoh untukmu....
2023-08-27
0
qeeraira
Amer pastinya shock 🤭🤭🤭 ga ada angin ato hujan badai tau tau suruh nikah sama calon yang sudah ada disiapkan Buna 😁😁
**melihat cara Alexa seperti menghindari keluarga baba tiap acara ga hadir walaupun ada alasan,, tapi cara Alexa membuat orang berfikir negatif..
**semangat Amer ✊✊✊
**lanjuuuut ka Ririn 🤗🤗🤗🤗
2023-08-25
1