Bagi Amer, sampai detik ini di usianya yang menginjak angka 25 tahun, perempuan paling baik dan berharga baginya adalah Ibunya, Buna Alya.
Dia adalah cinta pertamanya, perempuan yang paling ia takuti walau tak pernah memarahinya. Perempuan yang selalu ia pikirkan apakah Buna suka atau tidak saat melakukan sesuatu, walau Bunanya tak pernah mengaturnya. Perempuan yang tak pernah habis dia ceritakan juga pada pacarnya, itu sebabnya juga, Lexa ingin berharga untuk Amer.
“Ehm… minum- minum,” tutur Amer tersedak mendengar pertanyaan Lexa.
Dengan muka masam, Lexa memberikan minumnya. Amer pun segera meneguknya.
“Maaf, Lexa salah tanya ya?” tanya Lexa peka.
“Hhh…,” Amer segera meraih tisu membersihkan mulutnya kemudian tersenyum pada gadis yang sudah memikat hatinya itu.
“Sayang, berpa kali aku bilang ke kamu. Ibuku, adiku, kakakku, kamu, semuanya berharga untukku, kalian selalu mempunyai tempat di hatiku. Nggak bisa dibandingin. Masakanmu enak, aku suka. Masakan ibuku dan adiku juga enak. Aku suka semuanya, tidak ada yang paling enak, semua aku suka. Jadi nggak usah tanya gitu lagi ya!” ucap Amer memberitahu.
Lexa pun mengangguk menngerti. Walau matanya masih menyitatkan rasa kecewa.
“Aku habisin nih tapi masa aku sendirian, kamu juga makan dong, Mas suapin ya!” tutur Amer hangat.
“Emem…” Dengan muka manjanya, Lexa pun menerima suapan Amer.
Amer ingat adiknya Ikun yang hendak menikah. Amer pun berfikir, sebaiknya secepatnya dia juga mempersiapkan Alexa untuk bertemu dengan Ibu dan keluarganya, mengenalkan Alexa sebagai calon istri.
“Sayang…,” panggil Amer di akhir makan mereka.
“Hmmm…,” jawab Lexa menoleh menampakan muka manisnya.
“Adek kembarku pamit mau nikah?” tutur Amer cepat.
“Huh? Pak Ikun? Baguslah. Kata Mas dia jomblo? Nikah sama siapa?” tanya Lexa. Lexa tahu kembaran pacarnya juga seorang pembisnis hebat, dan dia menghormatinya.
“Dia taaruf katanya, Mas juga belum kenal. Katanya ketemu di acara seminar waktu Ikun jadi pembicara, sebagai pengusaha milenial gitu. Nah dia panitianya!” jawab Amer.
“Masih mahasiswa juga?” tanya Lexa.
“Bukan, kerja di Yayasan kalau nggak salah!” jawab Amer lagi.
“Oh… pakai hijab juga?” tanya Lexa lagi.
“Kalau difoto. Pakai cadar malah kayaknya,” jawab Amer lagi.
"Oh!" Seketika itu, Lexa langsung diam dan menunduk.
“Kenaapa kok diam?” tanya Amer.
“Aku harus pakai kerudung juga ya?” tanya Lexa.
“Ya nggak harus, jadi diri sendiri aja. Mas nggak akan maksa kamu!" jawab Amer.
"Tapi Buna Mas suka sama perempuan berkerudung kan?" tanya Lexa lagi.
"Kamu udah pernah ketemu Bunaku waktu nikahan Nila kan? Buna baik kan? Nggak! Buna pernah bilang apa- apa kok!” tanya Amer menenangkan.
Ya. Siska Alexa memang sudah mengenal keluarga Amer, sebab kakak Lexa berteman dengan ipar Amer. Akan tetapi mereka berkenalan sebagai kerabat.
Amer masih merahasiakan hubunganya, sebab ia tahu. Di keluarga mereka tidak menyukai hubungan pacaran. Jika mantap harus segera menikah. Sementara Lexa mengatakan belum siap menikah atau dikenalkan sebagai pacar.
“Iya sih, Lexa percaya Buna baik, tapi Buna, Kak Jingga, Nila juga memakai hijab, berarti Lexa juga iya kan?" jawab Lexa lagi balik bertanya.
“Masalah memakai hijab, Buna tidak akan mempermasalahkan sayang. Itu hak masing- masing orang. Sekarang yang dipikirkan, kapan kamu siap, Mas ajak ke rumah dan kita sampaikan ke Buna dan Baba tentang hubunhan kita,” jawab Amer untuk yang ke sekian kali mengajak Lexa.
“Eists! No!” jawab Lexa cepat menyilangkan tangan di depan dadanya.
“Kenapa?"
"Nanti kita disuruh tunangan dan nikah lagi!" jawab Lexa
"Ya kan baik Sayang. Emang kamu nggak mau nikah sama aku? Heh?"
"Bukan nggak mau. Mas. Jangan sekarang!" "Ya. Bisa dibahas nanti. Yang penting kan mereka tahu dulu. Kamu udah kenal adikku, udah kenal Buna. Kita tinggal bilang aja!”
“Please Mas. Lexa mohon, Lexa belum siap!” jawab Lexa lagi.
“Hhh…,oke!” jawab Amer menghela nafas mencoba mengerti mau Lexa.
Seketika itu, Lexa menyeringai.
“Lexa juga mau ngomong sesuatu,” celetuk Lexa.
“Apa?”
“Hehe…, ini,” tutur Lexa lalu mengeluarkan selembar kertas ke Amer.
“Apa ini?” tanya Amer.
“Baca!” ucap Lexa lagi.
Dengan cepat, Amer membuka kertas itu. Dan sepersekian detik, bibir Amer terangkat mencebik lalu menatap Lexa.
“Lexa janiji akan bagi waktu, ijinin ya, Bos gantengku, pacarku yang sweet! Hmm… please!” ucap Lexa menangkupkan kedua tanganya memohon dengan jurus manisnya.
Seketika itu, Amer terdiam, ada rasa tercekat di leher, akan tetapi melihat mata gadis yang dia cintai begitu berbinar, dan apa yang ada di tanganya adalah hal positif, Amer kemudian menggerakan bibirnya membentuk seulas senyum walau rasaya hambar.
“Yah… selamat ya. Ini cita- cita kamu kan?” ucap Amer kemudian.
Dan seketika itu, Lexa langsung melebarkan senyumnya. “Iya, Mas dukung kan? Jadi nanti dulu, kasih tahu Buna dan Baba tentang hubungan kita. Lexa selesaikan S2 Lexa, nggak apa- apa kan?” tanya Lexa dengan wajah berbinar.
Amer pun mengangguk tersenyum. Dan dengan berat hati. Amer mengangguk.
“Ya. Bekerjalah dengan baik, belajar yang serius dan raih cita- citamu. Apapun yang buat kamu happy. Mas dukung!” tutur Amer dengan bijak.
“Mm… makasih, Mas. Lexa seneng banget. I love you…,” tutur Lexa, spontan mendekat ke Amer lalu memeluk Amer.
Amer pun menerimanya walau sedikit canggung. Di keluarga Amer, sebenarnya sangat mengatur hubungan antara laki- laki dan perempuan agar jaga jarak. Amer menyayangi Lexa dengan tetap menjaganya dengan terhormat.
"Oh ya Mas!" celetuk Lexa lagi.
"Apa lagi?"
"Barangkali, keluarga Mas nyari dekorasi. Temenku ada yang lagi buka usaha dekor. Bagus lho! Keren. Kekinian banget!" ucap Lexa memberi usul.
Amer pun mengernyit mempertimbangkan.
"Lexa kirim kartu nama dan IG nya," ucap Lexa lagi, lalu merogoh sakunya mengambil hp mencari alamat IG temanya itu.
"Boleh!" jawab Amer.
Amer pun segera memeriksa alamat IG yang Lexa tunjukan.
"Lhoh ini kan Amira?" pekik Amer kaget melihat teman yang ditunjukan Lexa.
"Iya. Mas kenal?"
"Dia temanku!" jawab Amer ternyata kenal.
"Keren tau Mas. Lexa aja ingin pakai ini kalau nikah. Dia viral tahu. Artis aja ada yang make ini!" sahut Lexa.
"Mas kenal dia kok. Dia memang seleranya bagus. Nanti mas usulkan ke keluarga Mas!" jawab Amer.
Lexa pun mengerlingkan matanya setuju.
Setelah hidangan makan siang selesai, walau di kantor sendiri. Amer dan Lexa professional. Mereka tidak korupsi waktu atau bermalas- malasan berpacaran.
Mereka pun segera kembali ke ruanganya. Lexa segera bergabung di divisinya dan Amer langsung menemui sekertarisnya dimana jadwalnya sudah menanti. Hingga mereka kembali sibuk dengan pekerjaan masing- masing.
Ya, Amer dan Alexa memang bukan pemuda pemalas, keduanya mempunyai kepribadian sama- sama pekerja keras juga kreatif dan cakap. Alexa hampit tidak ada cacat, cantik, pintar rajin ramah perhatian dan pekerja keras. Itu sebabnya Amer jatuh hati pada Alexa.
Alexa juga banyak membantu Amer. Dan begitulah hubungan mereka, selama beberapa tahun, mereka berpartner dan bekerja sama. Saling berbagi cerita hingga jatuh cinta.
****
Beberapa hari berlalu. Setelah Amer menjadi orang pertama yang dipamiti Ikun untuk melamar wanita tambatan hatinya, Ikun meminta restu pada orang tuanya.
Orang tua Amer dan Ikun yang mempunyai background agama yang baik dan sangat mendukung pernikahan, menyambut baik ijin dari Ikun, bahkan meminta Ikun segera menyiapkan lamaran, dan hari ini, Amer beserta keluarganya, mengikuti acara lamaran adiknya.
Rupanya, calon dari adiknya yang juga sudah mempunyai perusahaan adalah keluarga dari kalangan biasa, bukan pengusaha atau konglongmerat. Bahkan calon mertua dari Ikun hanya seorang pegawai Negeri Sipil rendahan di sebuah kota.
Akan tetapi, gadisnya itu mempunyai kepribadian baik sehingga membuat Ikun jatuh hati. Hal itu pun menjadi pegangan Amer dan menegaskan, orang tua Amer, tidak memandang status social menantunya. Akan tetapi yang utama adalah anaknya juga akhlaknya.
Di dalam acara lamaran pun langsung dibahas hari pernikahan. Di antara kesepakatan keluarga pihak perempuan dan keluarga Amer keduanya ternyata mempunyai pandangan yang sama, menyegerakan pernikahan adalah lebih baik daripada menunda.
Mereka pun sepakat untuk menikah 1 bulan dari waktu mereka lamaran. Keluarga Amer pun pulang dengan semangat mempersiapkan pernikahan mereka.
“Kamu nyiapin yang untuk acara di rumah Salma aja, Kun. Acara di rumah, biar aku yang urus!” celetuk Amer dengan berbesar hati menawarkan bantuan. Begitu mereka sampai di rumah mereka segera membahas persiapan pernikahan.
Mendengar pernyataan Amer, Ikun dan keluarga yang lain langsung menoleh terhenyak.
“Kakak serius?” tanya Ikun.
“Ya. Kenapa tidak?” jawab Amer mantap.
"Ikun tidak mau merepotkan Kakak. Biar Ikun urus sendiri saja Kak!" jawab Ikun sungkan. Sudah melangkahi kakaknya masih mau merepotkan.
"Hei. Merepotkan gimana? Saudara kembarku akan menikah, tentu saja aku tidak boleh tinggal diam. Aku akan buatkan pesta yang meriah untuk adikku!” ucap Amer mantap.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih sebelumnya!" Ikun tersenyum senang mendengarnya, dan spontan memeluk kakaknya erat.
Amer pun memeluk adik kembarnya balik, hingga kedua saudara kembar itu pun berpelukan. Kasih sayang mereka tergambar begitu nyata, kasih sayang sebagai saudara satu nafas dalam kandungan yang terus terjaga sampai sekarang.
“Tes…,” hingga tanpa sadar Ibu dan ayah mereka yang melihatnya menitikan air mata haru melihat kasih sayang mereka. Tapi segera Buna dan Baba tahan agar tak terlihat.
"Baba dan Buna banggak ke kalian! Nanti Buna dan Baba juga bantu kok," ucap Baba dan Buna mereka mendekat ke mereka.
"Nggak apa- apa. Bun. Ini perkara mudah. Kebetulan, Amer punya kenalan WO bagus Bun!" tutur Amer ingat tawaran Lexa
"WO mana? Buna juga lagi kenal sama salah satu WO yang lagi viral," tanya Buna penasaran
"Amira!" jawab Amer.
"Lhoh ya itu. Buna kemarin juga di acara pertemuan bakti sosial ketemu sama pemiliknya!" jawab Buna girang.
Siang itu pun Amer, juga adik dan keluarganya langsung membahas dengan rinci detail persiapan acara pernikahan Ikun dan adiknya. Hingga Amer mengcancle semua agendanya dan waktu rapat berlanjut sampai malam.
Setelah semua disepakati. Amer langsung beraksi mengerahkan anak buahnya untuk bergerak dan esok hari langsung menghubungi rekan- rekan terkait. Barulah mereka beristirahat.
****
Di kamar tidur rumah orang tua Amer. Orang tua Amer pun deeptalk sebelum memejamkan mata.
“Aku kepikiran Amer, Ba!” tutur Ibu Amer sesampainya di kamar.
“Apa Buna memikirkan jodoh Amer?” jawab Baba menebak.
Buna pun mengangguk, rupanya suami istri ini mempunyai pikiran yang sama.
“Kok Baba tahu?"
"Ya. Usia Amer sekarang sudah dewasa!" jawab Baba.
"Buna kasihan ke Amer, Ba! Nila saja sudah Bahagia dengan keluarganya, Ikun juga akan segera melepas masa lajangnya, Amer masih saja sibuk bekerja. 25 tahun waktu yang tepat untuk menikah,” tutur Buna pelan ke suaminya.
“Buna kan dekat dengan Amer, ya sudah tanyakan, dia sudah punya calon belum!” ucap Baba memberi saran.
“Tidak usah ditanya, Ba! Buna sudah punya pilihan untuk Amer yang menurut Buna pas!” ucap Buna Amer yakin.
“Gleg!” Baba langsung menoleh kaget ke istrinya.
“Buna mau jodohkan Amer?” tanya Baba.
Dan Buna mengangguk.
“Baba nggak salah?” tanya Baba mengulangi.
Di keluarga Amer, Baba dan Buna terkenal, Baba yang sering memaksakan kehendak, bahkan dua saudara Amer pernah dijodohkan oleh Baba, dan semua menentang. Buna sendiri pernah meminta agar tak menjodohkan anaknya, tapi entahlah, kali ini Buna ingin menjodohkan putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Susi Sidi
nah loh.. Amer mu dijodohin sama siapa yah ma bunda? 😱
2023-08-31
0
Ida Nur Hidayati
buna kan selalu bijak...ditanya dulu buna Amer.udah ada jodoh apa belum. jangan langsung jodohin...
2023-08-27
0
qeeraira
hati seorang ibu punya insting sendiri,, terkadang soal perasaan susah dibohongin kalo udah kecantol.. seperti Buna yang sudah kecantol sama pilihannya untuk Amer walaupun gatau apa nanti Amer menerimanya..
**lanjuuuut ka Ririn 🤗🤗🤗🤗
2023-08-15
0