Tepatnya pada hari libur,kedua mertuaku,Tesi dan juga om Lean sedang berkumpul,termasuk suamiku.Waktu masih menunjukan jam 10 pagi,aku sedang memandikan anakku.Tiba-tiba ada yang mengetuk-ngetuk pintu depan.
"Elena,,, Elena!coba kamu lihat itu siapa di depan."Teriak mama mertuaku,padahal Mami tau kalau aku sedang memandikan rizky,lalu om Dian bangkit dari duduknya.
"Biar aku saja mi,elena kan lagi mandiin Rizky."Kata suamiku sambil melangkah berjalan ke depan untuk membukakan pintu.Ceklek,pintu dibuka."Ohh, nenek,,Mama,mari silahkan masuk Nek ,,, Ma."Terdengar suamiku mempersilahkan Mama dan Nenek untuk masuk,aku cepat-cepat menyelesaikan acara mandi Rizky.
"Nenek,,Mama..ayo silahkan duduk dulu,aku mau memakaikan baju Rizky dulu."Kupersilahkan keduanya untuk duduk.Terlihat Nenek menenteng kantong di kedua tangannya,begitupun juga dengan Mama.
"Ini ada sedikit makanan,kami bawa untuk mu dan juga untuk semuanya."Ujar nenek.
"Ah iya nek,terimakasih banyak,sudah merepotkan."Kataku.Lalu kupindahkan makanannya kedalam piring dan kuletakan di atas meja makan.Kami berbincang di ruang depan.Sedangkan Mami dan anak anaknya berpindah duduk di dekat meja makan yang berada di ruangan tengah.Selang beberapa menit kemudian,terdengar suara om Lean dari arah ruang tengah.
"Eh,ini makanan apa kok begini,sangat tidak menggugah selera."Ketus om Lean sembari mengutak ngatik makanan dipiring.
"Iya,kok ini putih-putih meleleh apa nih,makanan begini kok dibawa ke sini."Timpal Mami.
Aku benar benar merasa tak enak hati pada Nenek dan juga Mama.Padahal mungkin itu gula halus yang meleleh karena terkena pancaran sinar matahari yang masuk melalui jendela rumah. Tapi Nenek dan Mama tidak memperdulikan pembicaraan orang orang yang di ruang tengah.Nenek dan Mama sudah tau sifat mereka.Tak berselang lama pun,Nenek dan Mama segera berpamitan pulang.Aku merasa sangat tidak enak hati dibuatnya,kenapa kok keluarga mertuaku sebegitu buruk sifatnya.Seketika aku teringat pesan Mama,akupun cepat-cepat melupakan kejadian tadi.
Keseharianku aku lalui cuma begitu-begitu saja,sangat membosankan.
Sampai sudah berlalu lebih dari tiga bulan,dari waktu pertama kali aku melahirkan,aku masih saja mengalami pendarahan.Dan hari itu pendarahan yang begitu parah pun,aku alami.
"Kangggg,akangggg!"suaraku memekik memanggil manggil om Dian.
"Iya Elena,ada apa?"sahut suamiku yang terlihat terkejut.
"Kok darahku makin banyak saja kang,dari tadi tidak berhenti mengalir terus terusan.Aku takut kang,di bagian bawahku juga terasa sakit."Om Dian pun terlihat sangat panik dan ketakutan.
"Ayo kita pergi periksa El!"om Dian cepat-cepat mengeluarkan mobil dan segera membawaku pergi ke dokter.Sesampainya di dokter,akupun lekas diperiksa.Dokter memberikan keterangan kepadaku,kalau itu bukan sekedar nifas sehabis melahirkan.Tetapi memang itu pendarahan yang dikarenakan aku terlalu Lelah serta banyak mengangkat beban yang berat.Lalu dokter menyarankan untuk aku lebih banyak beristirahat,tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat-berat,sampai aku benar-benar pulih.
"Ibu Elena,ini saya kasih resep obatnya.Jangan lupa dihabiskan ya Bu,dan ingat Bu,Pak.Ibu Elena tidak boleh terlalu lelah,apalagi mengangkat yang berat-berat."Ujarnya,seraya menyodorkan resep obatnya.
Aku dan om Dian serentak menjawab."Iya baik dok,terimakasih."Setelah selesai melakukan pemeriksaan kami pun bergegas pulang.
Selama dalam perjalanan pulang,aku mengutarakan isi hatiku ke om dian."Kang,aku mau pulang saja ke rumah mama kang,aku tidak mau mengalami sakit yang lebih parah daripada ini."Ujarku sambil berkaca-kaca.
"Ya sudah,mulai besok kita pulang ke rumah mamamu el,nanti akang yang akan bicara ke mami."0m Dian pun menyetujui permintaanku.
"Syukurlah kang kalau begitu,aku benar-benar sudah tidak tahan lagi oleh semua perlakuan keluargamu itu,kasihan anak kita nanti."Aku menimpali perkataan om Dian,sambil tak kuasa menahan air mata Kala teringat perlakuan Mami dan Tesi.
Keesokan harinya,aku dan om Dian pindah ke rumah Mama.Nenek dan Mama sangat senang dengan kepulanganku.
"Syukurlah nak,kalau memang kamu memutuskan untuk tinggal di sini,jadi kami tidak harus repot repot lagi menjengukmu ke sana."Ucap Nenek tersenyum.
"Ya sudah El,Mama mau beli buah dulu ya,kamu pasti jarang makan buah-buahan,sampai-sampai bibir kamu kering seperti itu."Timpal Mama.
Di rumah Mama,aku benar-benar bisa beristirahat total,tidak harus kerepotan lagi seperti waktu di rumah mertua.Di rumah Mama aku benar-benar diperhatikan,segala keperluanku pun di urus sebaik mungkin,tanpa harus kelelahan.
Kenapa tidak dari awal saja aku langsung pulang ke rumah Mama,pikirku,tapi semuanya sudah terlanjur terjadi.
"Elena,ini obat apa nak?"tanya nenek setelah melihat bungkusan obat dari dokter.
"Euhhh itu nek,obat dari dokter."Dengan ragu aku menjawab pertanyaan Nenek.
"Iya Nenek juga tau pasti ini obat dari dokter,terlihat dari bungkusnya.Maksud Nenek obat untuk apa,kamu sakit apa El?"Tanya Nenek dengan nada kesal.
"Emmh,iya nek,itu obat untuk pemulihan aku nek,waktu kemarin aku mengalami pendarahan."Jawabku sambil tertunduk.
Nenek menjawab."Sudah kuduga."Aku tidak berani melanjutkan pembicaraanku dengan Nenek,takut berkepanjangan.Beruntung Nenek pun tidak bertanya lagi,karena mungkin takut menyinggung suamiku.
Keluargaku memang sangat mengutamakan menjaga perasaan orang lain,walau sering kali diperlakukan tidak baik oleh orang lain.
Hari masih sangat pagi,aku sedang menyusui anakku,dan suamiku sedang membantu membuatkan sarapan untuk kami.
Seperti terdengar suara dari kejauhan,teriak teriak menyerukan nama suamiku.
"Dian,,,Dian,,,Dian."Aku dan suamiku saling bertatap mata dan berseru secara bersamaan."Mamii!"coba lihat kang,kayanya beneran suara Mami.Tapi kok kaya dari arah mesjid ya suaranya?"aku cepat-cepat menyuruh om Dian untuk mengeceknya.Om Dian pun bergegas keluar rumah.
Jarak dari rumah ke mesjid sekitar kurang lebih 6 meter.
Mamaku bertanya."Ada apa elena,suamimu mau kemana kok buru-buru begitu?"mamaku keheranan melihat om Dian yang setengah berlari.
"Itu ma,seperti suara Mami manggil manggil kang Dian ma,tapi sepertinya terdengar dari arah mesjid."Jawabku.
"Masa sih El,kenapa tidak datang kesini kalau emang beneran itu mama mertuamu?"tanya mama keheranan.
"Makanya itu ma,makanya kang Dian lagi cek kesana."Tak lama kemudian suamiku datang.
"Iya El,itu tadi beneran Mami yang teriak manggil akang."Ucap suamiku terlihat seperti merasa tak enak hati dengan sikap Mami.
"Lahhh trus,mana sekarang Maminya kang,kok gak kesini?"aku dan Mama keheranan dibuatnya.
"Akang juga gak tau,Mami nyuruh akang pulang dulu,katanya mau minta antar pergi gak ada yang nyetir."Sahut om Dian.
"Ya sudah antar dulu sana Mama kamu ,kasihan."Ucap Mama.
Om dian pun bergegas mengganti pakaian dan berpamitan."ya sudah El,akang pergi dulu ya."Sambil berjalan keluar rumah.
"Iya hati-hati kang."Sahutku.
Setelah kepergian suamiku,aku dan Mama saling bertatap mata.
Lalu aku bertanya pada Nama."Ma ,,, kok mamanya kang Dian sampe segitunya ya ma,tidak mau bertandang ke rumah kita,sampai-sampai ada perlu ke anaknya pun harus teriak teriak dari kejauhan.apa kata orang nanti."
"Yah,Mama juga gak tau El,kita pasrah sajalah El.Sudah,kamu jangan terlalu pikirkan hal itu."Mama pun segera menyudahi pembicaraan.
Hari demi hari kesehatanku berangsur pulih,pendarahan pun sudah berhenti."Ma,darahku sudah tidak ada lagi ma,apa aku sembuh ya ma?' tanyaku.
"Ya Mama harap begitu dong nak,tapi kamu jangan coba coba lagi angkat yang berat-berat ya El,Mama tidak mau kalau nanti kamu pendarahan lagi."Ujar Mama.
"Iya ma,kan aku sudah tinggal di sini sama Mama sama Nenek,jadi aku tidak akan kelelahan lagi."Lalu kami pun tersenyum bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments