Setelah melahirkan aku pun kembali dibawa pulang ke rumah mertua,sesampainya di rumah mertua,aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dengan sangat hati-hati.
Kamar yang kutempati terletak di area depan dekat pintu utama,yang otomatis ada jendela yang mengarah ke gang depan rumah,jadi sangat cukup untuk memudahkan udara dan juga sinar matahari masuk ke dalam ruangan.
Banyak kerabat dan juga tetangga yang berdatangan untuk melihat makhluk kecilku yang baru saja lahir.Mereka yang datang selalu menyelipkan amplop berisi sejumlah uang ke bagian bawah bantal bayiku.Setelah kubuka,isinya beragam,ada yang berjumlah banyak ada pula yang berjumlah sedikit.Dan amplop yang dari kerabat sudah pasti kebanyakan jumlah isinya banyak,alhamdulillah.
Suamiku sudah selesai mencuci kain bekas aku melahirkan.Lalu dia bertanya kepadaku."Kamu mau tetap tinggal disini,apa mau di rumah orang tuamu ?"
Aku hanya menjawab."Terserah akang saja kang,aku nurut saja sama akang."
"Ya sudah,untuk sementara waktu,kita tinggal disini saja dulu."Sahut om Dian.
Secara kebetulan memang pekerjaan om Dian masih serabutan,mungkin om Dian merasa malu kalau harus tinggal dirumah orang tuaku,karena memang belum memiliki pekerjaan yang tetap.
"Kang,akang belum memberi nama pada bayi kita kang."Kataku sembari memberikan susu pada bayiku.
"Oh iya,kira kira nama yang bagus untuk anak kita apa El?"tanya om Dian
"Biar kakeknya saja kang yang kasih nama,sepertinya akang tidak akan bisa mencari nama apa yang bagus untuk anak kita,apalagi aku kang,jadi sebaiknya biar Bapak saja yang kasih nama."Titahku.
Akhirnya om Dian pun menuruti perkataanku,dan lekas meminta Bapak untuk mencarikan nama yang bagus untuk anakku.
Anakku diberi nama Rizky.
Pada pagi hari mama mertuaku menghampiriku, masuk ke kamar yang kutempati bersama anakku,lalu dengan tidak ada perasaan malu sedikitpun atau bahkan kasihan,tiba tiba saja mama mertuaku berucap"Elena,Mami pinjam dulu uangmu dong,Mami mau ada keperluan."
"Tapi mi,,aku kan tidak punya uang mi."Jawabku pada Mami
Tetapi mama mertuaku tak perduli"kan itu ada uang debay,nanti Mami ganti kok,Mami buru-buru" Aku pun pasrah,ku rogoh amplop milik anakku,kukeluarkan uangnya dan ku kasih mama mertua.
"Ya Uda mi tapi nanti beneran ganti ya mi.kasihan itu kan uangnya Rizky yang dikasih kasih orang."Jawabku sembari menyodorkan beberapa lembar uang yang kuambil dari beberapa amplop
"iya,mami pasti ganti kok kamu tenang saja Elena."Sahut mama mertuaku.
Sering kali mama mertuaku meminjam uang anakku,tapi hanya meminjam saja,sedangkan janji untuk mengembalikan sama sekali tidak pernah terjadi.Ingin sekali aku marah,karena itu uang anakku,uang pemberian dari semua kerabat juga tetangga,tetapi kenyataannya aku sungguh tidak berdaya.
Hari hari kulalui selalu dengan kesedihan.Karena Mami selalu memperlakukan aku dan Rizky dengan sesuka hatinya.Mungkin sikap Mami seperti itu dikarenakan Mami merasa dirinya paling kaya,merasa dialah satu satunya orang kaya yang memiliki rumah besar dan juga kendaraan didaerah kami.Hanya bapak mertua dan om Deni saja yang bersikap baik padaku.Om Dian pun hanya begitu-begitu saja,kerjaannya cuma kumpul-kumpul dengan teman-temanya,pulang larut malam dengan keadaan sudah mabuk berat,sungguh sangat disesalkan.
Mama mertuaku setiap hari selalu pergi keluar rumah dengan konco konconya,biasa lah ibu ibu sosialita,ada saja alasan untuk keluar rumah.Senam lah,arisan lah,ini lah itu lah,aku yang masih belum lama melahirkan seolah tidak penting dimatanya.Padahal sepengetahuanku,orang yang habis melahirkan itu sama saja dengan orang yang sedang sakit,yang kalau mau melakukan apapun harus banyak dibantu.Tetapi semua pekerjaan rumah pun kulakukan sendiri,walau dengan perut yang masih sakit.Dari mulai menyapu,memasak,mencuci dan lain sebagainya.Mami pun kalau pergi keluar rumah,selalu memperingatkanku terlebih dahulu,tentang semua pekerjaan rumah seperti memperlakukan seorang pembantu.
"Elena,mami mau pergi dulu ya,mau acara senam dengan ibu-ibu,tadi mami belanja sayuran,nanti kamu masakin itu sayur asem,jangan lupa bikin sambal dan juga goreng ikan asin ya,gorengin tempe juga."Mami menyuruh sesuka hatinya lalu pergi dengan tanpa memperdulikan keadaanku.
"oh,iya mi."Jawabku sambil berkaca kaca.
"Duh,gimana ini,anakku masih belum kenyang menyusu,padahal seharusnya aku sudah mulai memasak."Hari sudah menjelang sore,terpaksa aku lepas paksa mulut anakku yang sedang asik menyusu,aku tak menghiraukan tangisan Rizky.
Ketika aku sedang menggoreng tempe,terdengar suara teh Dewi kakak sepupu om Dian memanggil manggil namaku.
"Elena,,Elena kamu dimana El?"
"Ya teh,saya di dapur teh lagi masak."Sahutku.
Teh Dewi menghampiriku,dan Rizky sudah berada dalam gendongannya.Rumah teh Dewi memang berdampingan dengan rumah mertuaku,hanya dibatasi gang kecil.
"Kamu gimana sih El,teteh denger anak kamu kejer dari tadi Lo,teteh pikir kamu tidak ada di rumah,makanya teteh langsung samperin,takut anak kamu kenapa-kenapa."Ucap teh Dewi sembari berusaha mendiamkan rizky dalam gendongannya.
"Ya teh,saya takut mami keburu pulang teh.Tadi pagi sebelum mami pergi,mami udah pesanin ke saya untuk masak buat makan sore teh."Jawabku,penuh khawatir.
"Ya ampunnnn,kasihan anakmu Elena,sampai merah begini mukanya."Sahut teh Dewi
"Ya habis gimana dong teh,kan memang tidak ada orang lagi dirumah,tesi kerja,bapak kerja,mami pergi juga kan teh."
"Memangnya si Dian kemana sih El,kerja?"tanya teh Dewi sembari matanya mengedar kesekeliling rumah mencari keberadaan om dian.
"Tidak tau teh,tadi dia keluar tanpa sepengetahuan saya."Jawabku sembari memasukan tempe ke dalam wajan.
"Ya sudah,kamu lanjut dulu aja masaknya,biar anak kamu teteh yang jagain."Timpalnya lagi.
"Terimakasih banyak ya teh,maaf kalau saya jadi merepotkan teteh."Aku jadi merasa tidak enak hati karena merasa sudah merepotkan teh Dewi.
"Tidak apa apa El,ya sudah selesaikan saja pekerjaanmu."Titahnya lagi
"Baik teh."Aku pun bergegas melanjutkan masak hingga selesai,lalu setelahnya kusiapkan semua di meja makan.
"Teh,terimakasih banyak ya teh.Teteh sudah jagain rizky."sembari meraih Rizky dari gendongan teh Dewi.
"Iya sama-sama Elena,lain kali kalau kamu butuh bantuan,kamu tidak usah sungkan bilang ke teteh kasihan,kan anak kamu."Timpal teh Dewi seraya melepaskan gendongannya.
"Iya teh,terimakasih banyak karena teteh sudah baik sama saya."Ucapku sembari mengencangkan kain gendongan Rizky.
"Kita kan saudara El,harus saling membantu ya sudah susui anakmu,kasihan dia.Teteh pulang dulu sudah sore."Teh Dewi menatapku penuh haru.
Mama mertuaku sudah pulang."Elena,kamu sudah masak belum?"tanya mami sembari celingukan ke dapur.
"Sudah mi,sudah rapih semua di meja makan."Sahutku seraya meletakkan Rizky di atas tempat tidur,Rizky tidur setelah puas menyusu.
"Bagus deh,mami lapar dan cape."Ujar mami seraya membuka tudung saji.
Ya Tuhan,apa mama mertuaku tidak kasihan melihatku,yang kerepotan dirumah,mandi saja belum sempat apalagi makan.Selang beberapa menit kemudian,adik iparku pulang dari kerjanya."Mi...Mi ... Tesi pulang Mi"Tesi memanggil manggil Mami dari ambang pintu.
Mama mertuaku sedang makan."Eh,,kamu sudah pulang nak,ayo makan dulu kamu pasti lapar setelah seharian kerja."Mami mengajak Tesi untuk makan bersama dengannya.Tesi pun langsung menyerbu makanan yang ada di meja makan tanpa perduli padaku.
"Hmmm,enak mi,Tesi lapar banget."Mereka tak menghiraukanku.
Bapak mertuaku yang baru saja sampai ke rumah,langsung memanggilku."Elena,kamu sudah makan belum nak,mari sini kita makan sama-sama?"ajak bapak padaku dengan tatapan kasihan.
"Belum pak,nanti saja sebentar lagi."Jawabku sambil melirik Rizky yang terbangun karena teriakkan Tesi.
"Tidak ada nanti nanti Elena,kamu pasti belum sempat makan dari tadi,ayo makan sama sama."Bapak memaksaku untuk makan bersama sama,akhirnya kuturuti apa kata bapak,karena memang aku sudah sangat lapar.Setelah selesai makan,aku bergegas membersihkan semua bekas makan kami.
"Elena,ingat nak kamu itu sedang menyusui,kamu harus banyak makan,dan tidak boleh telat makan."Ujar bapak mengingatkanku.
"iya pak."Aku hanya mengangguk.
***
"Suamimu kemana,sudah malam kok masih keliaran?"tanya Bapak.
"Paling juga lagi sama teman-temannya pak."Sahut mami yang lagi asik nonton sinetron.
"Iya,kang Dian kan sudah biasa nongkrong sama teman-temannya pak."Timpal Tesi.
Aku hanya terdiam sambil mengelus kepala anakku..
"Kebiasaan tuh si Dian,sudah menikah dan punya anak masih saja kekanakan."Tukas bapak.
Aku tidak mau mendengar obrolan mereka yang semakin berkepanjangan membahas suamiku,aku pun cepat-cepat masuk ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments